23Q: Aku Bersedia

1.1K 105 7
                                    

23Q

Aku Bersedia

*****

Brak!

Aku menendang pintu kamar dengan keras lalu melempar tas ke dinding, "Apa salahku?!" pekikku kesal kemudian merebahkan tubuh di kasur.

Emosiku masih belum bisa kuredakan saat kejadian tadi.

"Reika-san, kenapa kau diam saja? Ayo minta maaf."

Aku terdiam, mengeratkan tangan kuat-kuat. Satu kata itu tidak mampu kuucapkan dengan baik. Suaraku bergetar saat berkata, "Maafkan aku... Chiyo..." lalu aku melarikan diri begitu saja dari gedung klub.

Seharusnya Chiyo yang meminta maaf! Aku tidak bersalah! Aku tidak mendorongnya! Dia menuduhku!

Sebenarnya tuduhan gadis itu tidak begitu membuatku marah. Aku marah pada diriku yang tidak bisa menyangkal. Aku marah pada diriku yang takut begitu ditatap oleh mata biru itu. Begitu tajam dan menusuk.

Apakah... dia masih menyukai Chiyo?

Bohong bila aku tidak mengeluarkan air mata. Aku memang lemah dalam hal ini.

***

Rasanya aku tidak mau masuk sekolah hari ini. Tapi karena Mom memaksa, mau tak mau aku harus pergi ke FHS. Sungguh, aku tidak enak badan. Setidaknya itulah yang kurasakan.

"Kau tidak dengar gosipnya? Anak kelas dua itu mendorng seniornya?"

"Maksudmu si manager centil itu?"

Bisik-bisikkan terdengar di sekelilingku. Aku hanya menunduk, pasrah mendengarkan hinaan-hinaan yang dilempar untukku. Hawa keberadaanku kembali menipis sehingga aku dengan mudah mendengar bisik-bisikkan jahat itu.

Aku tidak mau masuk ke kelas saat ini. Pasti pemuda itu sudah duduk manis di bangkunya dan bila aku melewatinya, dia akan melirikku dengan tatapan lebih dingin dari biasanya. Aku terduduk lemas di bangku koridor. Aku melihat jam di ponselku yang menunjukkan pukul 06.55. Lima menit lagi bel akan berbunyi dan aku tidak ada niat sedikit pun untuk beranjak. Sesekali bolos tidak apa-apa, kan? Aku memutuskan untuk tidur-tiduran di perpustakaan di bangku paling pojok.

-*-*-*-

Kepalanya menoleh ke belakang. Sosok gadis rambut bergelombang itu tidak ada saat ini. Kemana dia? Pemuda bermata biru itu bertanya-tanya.

-*-*-*-

Aku merasakan tubuhku diguncang sehingga aku membuka mata perlahan. Aku mengusap mataku sembari menguap kecil dan melirik orang yang sudah menggangguku dari tidur. Aku terkesiap siapa yang ada di hadapanku kini.

Ketua OSIS!

"S---Seiji?!" tanyaku melebarkan mata.

Seiji tersenyum khas Pangerannya lalu duduk di depanku, "Membolos pelajaran dan tidur di perpustakaan bukanlah perbuatan baik, Shokora."

Kenapa dia bisa tahu aku ada di sini? Kupikir hawa keberadaanku sudah benar-benar tipis.

Aku memalingkan wajah, "Aku tahu."

"Lalu, kenapa kau lakukan?" Seiji meletakkan buku di meja.

"Aku tidak mau ke kelas saja," aku masih memalingkan wajah.

"Kau tidak mau bertemu Aoba?"

Aku diam.

Seiji terkekeh, aku meliriknya, "Tidak baik bila teman saling menjauhi. Aoba bukanlah orang yang emosian. Apa yang diucapkannya kemarin hanyalah rasa khawatir."

Me And The Baby Blue BoyWhere stories live. Discover now