5Q: Gunakanlah Kemampuan Basketmu Untuk Melarikan Diri

1.6K 159 5
                                    

5Q

Gunakanlah Kemampuan Basketmu Untuk Melarikan Diri

*****

Digo merentangkan tangan dalam posisi berjaga sedangkan aku men-dribble bola dengan serius. Sehabis latihan gabungan dengan SMA lain hari ini, Digo dan Kuroko memergokiku sedang latihan sendiri. Tentu saja Digo tersenyum dengan antusis melihat bagaimana aku memasukkan bola ke ring.

"Aku memantangmu. Kalau kau bisa memasukkan bola itu, berarti kau benar-benar mencintai basket," ujarnya.

"Ha? Tentu saja aku akan kalah. Badanmu itu tinggi dariku," ujarku sedikit terkejut kemudian melirik Kuroko setelah itu menatap Digo sambil tersenyum, "Kalau dua lawan satu, aku mau."

Digo balas tersenyum, "Aku setuju. Kalau kalian menang, aku akan mentraktir kalian makan dan kalau kalian kalah, kalian yang harus mentraktirku. Bagaimana?"

"Baiklah!" seruku bersemangat.

Dan inilah aku, Kuroko, dan Digo terlibat dalam permainan basket. Digo berdiri tak jauh dari ring, berusaha menahanku. Aku mulai bergerak yang sukses membuatnya semakin tersenyum. Aku dengan cepat bergeser ke kanan dan mulai melangkah. Tangan Digo menahanku sehingga membuatku refleks mengoper bola ke Kuroko dengan cepat.

Perhatian Digo teralihkan sesaat dan aku sudah di dekat ring ketika bola itu ditepis oleh Kuroko dengan cepat pula. Aku berhasil menyambutnya yang membuat Digo kaget. Tanpa basi-basi lagi aku berhasil memasukkan bola yang mencetak satu poin. Suara pantulannya ketika sampai di lantai membuat suasana jadi sunyi seketika.

"Ba--Bagaimana bisa?" tanya Digo akhirnya bersuara dengan ekspresi tak percaya.

"Mungkin kau kurang cepat," jawab Kuroko tanpa ekspresi.

Aku tersenyum dengan semangat, "Setelah ini, ayo traktir kami."

"Tapi ... aku tidak melihatmu tadi. Kau seperti ... hantu," gumam Digo, "Ah! Jangan-jangan kau mempunyai kemampuan Misdirection?" matanya membulat.

Kuroko kini menatapku dengan intens sedangkan Digo masih bertanya-tanya. Aku tersenyum tipis menanggapinya dan kurasa itu cukup untuk menjawab pertanyaan Digo. Dia dan Kuroko terlihat terkejut.

"Selain itu apa lagi kemampuanmu?" tanya Digo penasaran.

"Tiga angka," jawab Kuroko.

"Tiga angka? Kau bisa melakukannya? Sugeh!" Digo masih kagum padaku dan itu sukses membuatku sedikit merona.

"Ah, tidak begitu juga. Mungkin aku bisa melakukannya, tapi dengan tinggi seperti ini sedikit sulit," jawabku.

Digo tertawa, "Oh, ya. Kau, kan, pendek."

Entah mengapa ucapannya membuat empat sudut siku-siku muncul di kepalaku, "Jadi tidak kau mentraktir kami?"

"Baik. Baik. Ayo pergi," ajak Digo masih terkekeh.

Setelah aku meletakkan bola di gudang penyimpanan, aku dan kedua pemuda ini segera meninggalkan sekolah. Sempat menunggu bus yang akhirnya datang sekitar sepuluh menit dan tiba dipemberhentian berikutnya. Kali ini tempat pemberhentian yang lebih ramai dan gedung pencakar langit hampir menghiasi di setiap sudut kota. Aku tahu kami berada dimana sekarang. Pusat kota yang padat namun menakjubkan.

"Kau sudah mengelilingi kota ini, Manager?" tanya Digo saat kami sudah berjalan di trotoar.

Aku menggeleng, "Ini pertama kalinya aku jalan-jalan. Maksudku, selama aku tinggal disini, aku belum ada keluar rumah kecuali ke sekolah."

Me And The Baby Blue BoyWhere stories live. Discover now