7Q: Benda Keberuntungan

1.5K 151 11
                                    

7Q

Benda Keberuntungan

*****

"Bagaimana kakimu?" tanya Mom tepat saat aku duduk di kursi makan.

Aku tersenyum, "Sudah mendingan."

"Reika, bagaimana jika kakimu patah---"

"Jangan bertanya hal yang tidak-tidak, Reina," jawabku cepat yang dibalas dengan kekehan dari adikku itu.

"Ayo, sarapan. Jangan lama-lama, nanti kalian terlambat," ujar Mom sembari duduk di kursi di depanku.

Aku mengangguk kemudian meraih selembar roti dan mengolesinya dengan selai cokelat. Saat aku menggigit, aku menoleh ke kursi di samping Mom yang tak ditempati.

Aku mendesah, "Mom, kapan Dad pulang?"

Mom tersenyum walaupun aku yakin dia juga merindukan pria yang dicintainya itu, "Sekitar satu minggu lagi. Bersabarlah, Reika. Kata Dad, perusahaan tempatnya bekerja sedang ada proyek besar, jadi Dad tidak bisa pulang untuk beberapa hari."

Aku hanya mengangguk-angguk menanggapi jawaban Mom. Setelah sarapan, aku dan Reina bergegas pergi ke sekolah. Dari apaetemen, kami berjalan melewati beberapa toko serta taman bermain dan setelah itu tiba di pemberhentian bus. Beginilah setiap harinya jika aku mau pergi ke sekolah. Namun, untuk hari ini terasa berat bagiku karena kakiku masih sedikit sakit.

Kemarin aku diperbolehkan pulang dan tak mengikuti kegiatan klub. Seharusnya aku berterima kasih pada Kuroko yang sudah bilang pada Aika-senpai dan Seiji bahwa kakiku sedikit terkilir. Aika-senpai sedikit marah ketika tahu aku jatuh karena tak sengaja ditabrak Ryo sedangkan Seiji hanya diam. Aku pulang ke rumah diantar oleh Ryo itupun dengan omelan Aika-senpai. Hah ... setidaknya kemarin aku tidak dimarah-marah.

Bus datang setelah sekitar sepuluh menit kami menunggu. Kami segera naik dan tak lama bus pun berjalan. Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit, akhirnya kami tiba di FHS. Reina berbelok ke arah bangunan SMP sembari melambai yang kubalas dengan lambaian juga.

Aku menarik napas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Oke. Hari yang lain dimulai. Semoga tidak akan menimbulkan masalah dan semoga hawa keberadaanku tetap tipis. Sebenarnya aku mau hawaku banyak diketahui, tapi tidak dengan cara menjadi pusat perhatian kerena dikerubuti para anggota Klub Basket yang tampan juga bertubuh menawan.

Sejauh ini baik-baik saja sejauh aku melangkah. Pikirianku mulai tidak tenang sekarang. Bagaimana aku ditindas setelah kejadian digendong serta diantar sang Pangeran sekolah? Aku yakin, pasti ada yang melakukan hal keji seperti itu. Tapi, aku harus mempersiapkan diri.

Bibirku terangkat begitu aku tahu bahwa aku selamat sampai di kelas 2-B. Seperti biasa, aku datang awal dan hanya ada beberapa siswa di kelas ini. Sebenarnya aku tidak terlalu suka datang awal. Kenapa? Karena aku tidak punya teman bicara. Aku lebih dekat dengan Digo serta Kuroko --- kurasa --- dan mereka belum datang sama sekali. Aku tidak akrab dengan para penghuni kelas ini karena mereka terlalu sibuk mengurusi urusan mereka sehingga tidak mau berteman denganku. Setidaknya begitu setelah aku tahu, bahwa salahku sendiri karena tidak mengakrabkan diri.

"Selamat pagi, Manager," sapa Digo ketika aku sedang menulis.

"Oh, selamat pagi," balasku tersenyum.

"Bagaimana kakimu?" tanya Digo seraya meletakkan tasnya di atas meja.

"Sudah mendingan," aku melirik Kuroko yang seperti biasa tidak terlalu peduli sengan sekitarnya. Begitulah menurutku.

***

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Aku memutuskan untuk menyalin catatan mata pelajaran Bahasa Inggris milik Digo daripada ke kantin seperti biasanya. Lagipula, kakiku masih sedikit sakit untuk berjalan.

Me And The Baby Blue BoyWhere stories live. Discover now