18Q: Jangan Terlalu Percaya Diri

1K 107 2
                                    

18Q

Jangan Terlalu Percaya Diri

*****

Tak ada yang bicara di antara kami. Tak ada yang bergerak di antara kami. Tak ada yang berusaha untuk mencairkan suasana yang tegang ini. Aku kini bersama para anggota juga si pelatih. Kami duduk melingkar, saling berdekatan dengan sinar lampu ruangan yang terang. Suara detik jam terdengar bersamaan lolongan anjing tetangga sebelah. Napas kami teratur, namun tidak dengan pikiran masing-masing. Beberapa di antara lelaki ini berwajah tegang sedangkan yang lainnya terlihat santai bahkan tidak peduli.

Tik... tik... tik...

Masih tidak ada yang bicara. Sungguh ucapan pelatih klub ini mampu membungkam kami semua.

Tik... tik... tik...

Aika-senpai berdehem. Dia menarik napas panjang sebelum menghembuskannya dengan hati-hati, "Kita... pasti bisa! Ayo, jangan tegang begitu! Reika-chan, bantu mencarikan suasana!"

"Eh? H---Hai!" aku terkejut, gelagapan, "a---ano... e... etto... bagaimana kita makan malam dulu, ne? D---Dari tadi belum ada yang makan, kan? Ayo kita ke restauran terdekat," aku tersenyum, dengan keringat dingin di wajah.

Digo menarik napas. Sama seperti Aika-senpai dia menghembuskannya pelan-pelan, "Baiklah... lagipula belum tentu benar informasi yang didapatkan Senpai tadi. St. Alexandre memang belum pernah ikut Inter High dalam lima tahun terakhir, tapi bukan berarti mereka itu kuat, kan? Kita tidak tahu pasti kenapa sekolah itu sempat berhenti ikut pertandingan nasional selama lima tahun dan sekarang ikut bergabung dalam Inter High."

Aika-senpai membolak-balik kertas dokumen di tangannya, "Menurut hasil pertandingan antarsekolah, St. Alexandre memang mencetak skor tinggi dalam waktu singkat," lalu tatapannya berubah serius, "artinya mereka kuat. Inilah yang kukhawatirkan."

Aoki berdecih sambil menggaruk kepala, "Apa yang kau khawatirkan, Senpai? Aku yakin kita pasti akan menang."

"Ya, aku yakin kita menang. Tapi, mengingat data hasil pertandingan mereka, sangat kecil kemungkinan kita akan mengalahkan mereka dengan cepat. Jangan meremehkan mereka. Mereka kuat. Mereka seperti pemain NBA."

"Itu hanya rumor, Senpai," suara Seiji terdengar tenang. Bibirnya sedikit terangat, "Yakinlah bahwa kita akan menang."

"Aku penasaran kenapa sekolah itu tiba-tiba ikut dalam Inter High kembali. Bila kalian lupa, aku akan mengingatkan St. Alexandre itu ada sekolah khusus laki-laki yang dididik secara keras, seperti pelatihan pada tentara. St. Alexandre adalah tempatnya para atlet terkenal, asalkan kau mau tahu itu. Maka dari itu, jangan terlalu meremehkan mereka."

"Kau berlebihan, Senpai. Kita akan menang," kata Aoki dengan tatapan malas.

Dahi Aika-senpai berkedut sebal, "Kalian terlalu meremehkan."

"Tidak masalah, kan, bila kami meremehkan?" lalu senyuman Aoki yang lebih menyeringai itu muncul, "karena kami adalah Generasi Keajaiban, kami akan mengalahkan mereka."

Aku hanya terdiam, terlalu takut untuk bersuara. Digo, Seiji, Ryo, Shun, Kuroko, Aoki, dan Akira terlihat begitu mengesankan di mataku. Tatapan mereka menjadi serius walaupun aku yakin mereka tidak seserius itu. Berbeda dengan kejutuh laki-laki itu, aku menoleh pada para senior yang memasang ekspresi tegang. Jun-senpai, Izumi-senpai, dan Izuki-senpai terlihat tegang, namun aku yakin mereka serius menghadapi pertandingan nanti, pertandingan yang akan dimulai besok.

Aika-senpai mendesah lelah, "Baiklah... aku percaya pada kalian," lalu dia kembali membolak-balik kertas dokumen, "besok kita akan melawan Wolfram High School."

Me And The Baby Blue BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang