19Q: Aku Jadi Kapten?

1K 105 14
                                    

19Q

Aku Jadi Kapten?

*****

Hari demi hari berlalu, begitu juga pertandingan demi pertandingan. Aku senang lawan berhasil mereka kalahkan, namun kesenangan berakhir pada hari ini. Hari dimana yang akan menjadi penentu siapa yang akan menang.

"FHS! FHS! FHS!"

"Alexandre! Alexandre! Alexandre!"

Napasku terasa tercekat seolah aku bisa merasakan ketegangan teman-temanku yang berdiri di lapangan sana. Tubuh mereka berkeringat, napas mereka memburu, dan tenaga mereka terus berkurang. Tanganku yang saling menggenggam bergetar. Mataku melirik papan skor hati-hati.

Alexandre: 105

FHS: 95

10.23

Aku menarik napas panjang-panjang lalu menghembuskannya pelan-pelan. Sepuluh menit lagi? Berbeda sepuluh skor? Bagaimana ini bisa terjadi? Mereka kuat... benar-benar kuat. Terutama dia. Ren Ayase.

Pemuda itu berlari sembari menggiring bola. Di hadapannya ada Seiji namun belum sempat ia mengeluarkan kemampuannya Ren sudah mengoper bola ke temannya. Gerakkan mereka benar-benar cepat. Kalau seperti ini terus, kami akan kalah!

"Senpai," panggilku ke Aika-senpai yang terlihat berpikir keras.

"Ya, Reika-chan?" tanyanya dengan tatapan serius.

"Saatnya ganti pemain. Masukkan Kuroko dan Digo lagi," kataku sembari mengeratkan genggaman tangan.

Prittt!

"Putih, ganti pemain!" seru sang wasit.

"Kuroko-kun, Digo-kun, berjuanglah. Gantikan Seiji-kun dan Shun-kun," kata Aika-senpai.

Kuroko dan Digo mengangguk bersamaan lalu mereka ke lapangan, bertukar tempat dengan Seiji dan Shun.

Aku berdiri, menangkupkan tangan di sekitar mulut, "BERJUANGLAH!"

"FHS! Maju!"

"FHS! FHS! FHS! FHS! FHS!"

Suara dukungan dari tribun terdengar heboh, berisik, dan bersemangat. Kaki-kaki mereka menghentak-hentak seiiringan dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Spanduk yang dibuat besar-besar diangkat bersama tinggi-tinggi. Maskot FHS yang merupakan burung elang menari-nari di barisan paling depan. Para anggota cheers mengangkat pom-pom mereka sembari bersorak. Hampir semua penghuni FHS berada di sini. Mereka mendukung tim kebanggan mereka.

Di sisi yang lain, para pendukung St. Alexandre tak kalah hebohnya. Penundukung yang didominasi laki-laki itu bersorak, menghentak-hentakkan kaki seperti tentara. Para pemain St. Alexandre sama sekali tidak seperti kelelahan.

Mataku bertemu pandang dengan Ren. Dia menatapku dengan matanya yang lemah lembut. Tapi maaf, Ren. Di tempat ini kita adalah musuh. Aku membalasnya dengan tatapan setajam yang kubisa. Berdoa di dalam hati semoga kami menang.

Kumohon... kalian berjuanglah! Kalahkan mereka!

***

00.04

00.03

Plop!

Napasku tertahan. Napas para pemain tertahan. Napas penonton tertahan. Bola yang berhasil lolos dari ring memantul keras, menggema di seluruh ruangan ini. Terdengar nyaring, bahkan jiwa-jiwa di tempat ini tak cukup berisik sehingga benda bulat merah itu terus bersuara. Thund! Thund! Thund!

Me And The Baby Blue BoyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt