21Q: Gomen, Aku Hanya Bisa Memberikan Ini

1K 105 3
                                    

21Q

Gomen, Aku Hanya Bisa Memberikan Ini

*****

Dadaku terus saja berdenyut dari beberapa saat yang lalu. Sejak aku dan pemuda itu ke kedai es krim lalu dia mengantarku sampai perempatan jalan, jantungku terus saja berdebar. Aku semakin merona ketika Reina mengatakan bahwa aku menyukai Kuroko. Aku tidak menyukai Kuroko! Kalau memang benar, apa yang kusukai darinya? Penampilannya? Permainannya? Atau apa?

Tapi... kalu dilihat baik-baik, Kuroko itu tampan. Mata birunya itu selalu tenang dan ketika bibir tipisnya terangkat, aku merasa nyaman. Dia juga hebat dalam bermain basket. Kemampuannya benar-benar diakui. Selain itu, dia juga serius pada hal yang disukainya. Dia selalu bersungguh-sungguh.

Ah! Memikirkannya membuat kepalaku panas!

"Masih memikirkan pacarmu itu? Kau tidak senang jauh darinya?" celetuk Reina. Saat ini dia sedang bersandar pada ranjangku sambil bermain game di ponselku.

"S---Sudah kubilang dia bukan pacarku!" aku melemparkan bantal ke arahnya namun dia berhasil menghindar.

"Akuilah, Reika. Kau menyukainya. Jelas terlihat, lho. Wajahmu selalu memerah ketika kau membicarakannya. Seperti sekarang ini," kata Reina santai, masih bermain game.

"Aku tidak menyu---"

"Kau keras kepala seperti biasanya," lalu Reina mendesah, "aku mau tahu. Apa kau selalu dikelilingi para lelaki? Di klubmu dulu?"

"Y---Ya. Tentu saja. Kenapa?"

"Menurutmu siapa yang paling tampan di klub lamamu itu?"

"Um... Ryo dan Seiji."

"Apa kau berdebar-debar dekat dengan mereka?" kali ini Reina menatapku yang sedang duduk di atas kasur.

"Em... y---ya? Saat aku gugup."

Reina mendesah lagi, "Bukan itu yang kumaksudkan. Apa kau berdebar-debar dekat dengan Kuroko?"

"En---Entahlah...," gumamku.

"Reika! Kau itu pernah jatuh cinta tidak, sih?" tanya Reina sedikit mengerutkan alis.

"P---Pernah. Tentu saja pernah! Kau tahu, kan, aku suka pada Ren?"

"Tapi kau berdebar-debar ketika memikirikannya sekarang?"

Aku terdiam sejenak. Berdebar-debar ketika memikirkannya? "Hm... tidak juga."

"Kalau memikirkan Kuroko?"

Wajahku memanas, jantungku kembali memacu, "K---Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Reina memutar bola mata lalu menghampiriku sembari tersenyum, "Kau jatuh cinta padanya, Reika!" kemudian dia mengguncang bahuku, "dan kau berhasil move on dari Ren!"

Aku terdiam. Apa yang diucapkan Reina membuat pikiranku tidak karuan.

Jatuh cinta?

Berhasil move on?

Aku?

***

Aku datang ke sekolah pagi sekali. Semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ketika aku mulai terlelap dan bermimpi, si poker face-lah yang mucul. Astaga! Apa yang terjadi pada diriku?! Ingin rasanya aku menghantamkan kepala ke loker dan menyiram dengan air dingin sehingga tidak panas lagi.

Bicara tentang loker, mataku kembali melebar. Tulisan-tulisan itu ada lagi.

Aku mendecih lalu mengelap lokerku---lagi. Menyebalkan. Kali ini nodanya tidak bisa dihilangkan dengan mudah. Apa mereka sengaja memakai spidol permanen? Keterlaluan!

Me And The Baby Blue BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang