Room 1408

lima puluh delapan

Dua minggu kemudian.

crpict:pinterest

"Adel ngechat aku tadi malem, dia bilang kangen banget sama kamu." ucap Zee.

"Dia ngechat gue juga.." sambung Marsha.

"Gue juga shel." sambung Kathrin.

"Gue juga." sambung Jessi.

Ashel mencoba tersenyum tenang.

"Please ga usah dibales ya guys, gue tahu kabar Adel tiap hari dari Mamanya. Tenang aja.." ucap Ashel.

"Shel.. apa yang lu lakuin itu ga menutup kemungkinan Adel bisa suka beneran sama Chika." ucap Marsha.

"Iya shel, kenapa harus kaya gini sih?" tanya Kathrin.

Ashel mengalihkan pandangannya.

"Adel sayang banget sama kamu, tiap hari setelah kamu pulang dari Jerman dia ga pernah berhenti nanyain soal kamu shel." jelas Zee.

"Dia masih mau berjuang buat hubungan kalian." ucap Jessi.

Mata Ashel terlihat berkaca-kaca.

"Gue yang ga bisa berada di posisi ini guys.. kalian ga ngerasain gimana jadi gue.." sendu Ashel.

"Ga ada yang mau ambil keputusan kaya gini, tapi gue harus ngalah.." lanjut Ashel.

"Kenapa harus ngalah disaat lu tau Adel pasti milih lu?" tanya Marsha.

Ashel meneteskan airmatanya.

"Gue ga bisa.." isak Ashel.

"Kenapa shel? Lu ga pernah kasi tau ke kita alasan yang jelas kenapa lu mutusin Adel." tanya Jessi.

"Apa lu mergokin Adel selingkuh sama Chika?" tanya Kathrin.

Ashel menggeleng.

"Apa Mamanya Adel yang minta kalian putus?" tanya Marsha.

"Bukan sha.." jawab Ashel.

"Apa karena kamu tahu Adel bakal pindah ke Jerman shel?" tanya Zee.

Ashel perlahan melihat Zee.

"Aku udah ngerasa dari awal kayanya dia bakal stay di sana." lanjut Zee.

"Adel bahkan udah ga masuk sekolah dua minggu, which is itu udah melebihi peraturan di sekolah kita." ucap Zee.

Ashel menunduk dan tidak menjawab pertanyaan Zee.

......