0.1.6 Rasa rindu yang terbayar

1K 107 37
                                    

Tuhkan akuma gini kadang suka pengen cepet cepet padahal gatau part oke apa ngga hm

Langsung baca aja jan lupa vote dan komen siapa tau aku up cepet lagi yakan?

o0o

Happy reading!! Semoga suka yaaa!!!

o0o

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, tapi hingga saat ini Nala belum beranjak dari bangkunya atau mungkin tak mau beranjak dari sana. Membuat Rea, Laura dan Anna--yang datang ke kelasnya itu menatapnya jengah.

Sejak tadi, bahkan sejak bel istirahat belum berbunyi dan guru tak masuk karena sakit. Nala hanya diam duduk di bangkunya sambil terus mengutak-ngatik handphone hitam yang tampak asing di mata ketiganya. Entah apa yang sedang Nala lakukan sehingga senyum tak luntur dari wajahnya itu.

"La, lo gak pernah segila ini sebelumnya. Masa cuma karna hp baru lo jadi gini sih? Ya iya gue tau lo seneng punya hp baru, tapi gak gini juga anjir. Hp lo yang lama gak jauh beda sama hp itu, malahan cuma beda warna gada yang special dan lo gak harus senyum-senyum terus kaya gitu. Ngeri tau gak?!" cerocos Rea panjang, ia sudah jengah dengan sahabatnya yang sejak tadi ia bertanya tak ada jawaban apapun darinya.

Dan lagi-lagi Nala tak menjawab membuat Laura dan Anna menatap Rea yang pastinya akan melakukan sesuatu pada Nala. Ingatlah bahwa kesabaran Rea itu setipis tissu wajah, tak mungkin ia akan diam saja saat diabaikan seperti ini.

Bugh.

Brak.

"IH REA!!"

Anna meringis pelan melihat Nala yang sudah melebarkan matanya, berusaha memelototi Rea yang bahkan hanya memasang wajah tanpa dosa.

"Apaan sih Re?!" tanya Nala kesal, ia siap mengambil kembali handphone yang ada di mejanya namun tangan Rea lebih dulu mengambil handphone itu.

"Ih balikin gak?!" pinta Nala langsung.

Rea menggeleng dan malah sibuk mengutak-ngatik handphone hitam itu.

"Jangan!!"

Nala berusaha menggapai handphone itu tapi Rea semakin menjauhkannya. Ia menatap Nala sekilas, "Biasa aja muka lo! Sok-sok an melotot tau gak bisa juga!" ucap Rea semakin membuat Nala melebarkan matanya kesal.

"Balikin gak?! Gue aduin kak Chan nih!" ancam Nala yang tak berpengaruh untuk Rea.

Apa tadi? Sahabatnya ini akan mengadu pada Chandra? Kekasihnya? Yang benar saja! Rea tertawa jahat dalam hati, Nala memang sudah seperti kekasih kedua Chandra. Tapi bukan berarti posisinya ada di atas Rea yang kekasih asli Chandra. Tak bisa dan tak boleh dibiarkan hal itu terjadi.

"Aduin aja sana," suruh Rea dengan santai.

"Rea!! Balikin ih! Nanti hpnya jatuh itu!!" pekik Nala yang benar-benar takut jika handphone hitam itu jatuh.

Semakin Nala memekik takut, semakin jahil juga Rea padanya. Ia pura-pura ingin menjatuhkan handphone itu membuat Nala kembali berteriak.

"Rea!!!" teriaknya kencang dan Rea hanya tertawa melihat wajah kocak sahabatnya.

Laura dan Anna diam saja, keduanya duduk di bangku memperhatikan Nala dan Rea bersama dengan beberapa teman kelasnya yang lain. Tak ada niatan untuk melerai atau pun membantu Nala yang terus menerus meminta handphone itu dikembalikan. Menurut mereka, menonton upin ipin secara live memang seseru itu.

"Re, kalo sampe beneran jat--," BRAK!

Tidak hanya Nala yang melebarkan mata serta mulutnya terkejut, tapi Rea--sang pelaku juga ikut terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Sedang Anna, Laura dan beberapa temannya yang sejak tadi memperhatikan sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah Nala dan Rea.

Caraphernelia (Nala Story) Where stories live. Discover now