0.2.6 Sebuah izin

861 83 11
                                    

Hallooooo!! Malem semua!!!

Siap untuk baca caraphernelia part ke sekian?? Langsung aja oke!!

o0o

Happy reading!! Semoga suka yaaa!!!

o0o

Nala duduk di bangku tunggu dengan jantung berdebar, bersama dengan Rea yang juga duduk di sampingnya. Jika biasanya di mana ada Nala dan Rea, di sana pula ada keributan. Tapi kalo ini tidak, keduanya tampak duduk diam dan bergelut dengan pikiran masing-masing.

Mencerna kejadian beberapa menit lalu, menerka-nerka apakah semua itu karena mereka atau bukan. Jika pun ia kenapa? Baik Nala atau pun Rea tak merasa memiliki musuh, keduanya juga selalu bersikap baik pada siapapun. Tapi kenapa kejadian ini lagi-lagi menimpanya? Perihal teror malam itu juga belum diketahui pasti siapa dalang sebenarnya, namum kini orang-orang asing kembali mencoba mencelakai keduanya. Dan berakhirlah Dio di dalam ruangan sana, sedang diperiksa karena tubuhnya penuh luka pukul juga Dio yang tak sadarkan diri saat di perjalanan.

Jam menunjukan pukul 08.15, tentu saja sudah lewat dari waktu masuk. Namun Nala dan Rea masih duduk di sini, menghiraukan tatapan setiap mata orang-orang yang menatap mereka bingung. Tidak mungkin juga mereka pergi ke sekolah dengan Dio yang masih di tangani di sana. Belum lagi Dio seperti itu juga untuk melindungi keduanya.

Klik.

Seorang wanita cantik dengan jas khas dokter keluar dari ruang di mana Dio diperiksa. Nala langsung bangkit dari duduknya dan mendekat, begitu juga dengan Rea.

"Gimana Dio, bu?" tanya Nala langsung.

Ya, dokter itu adalah ibunya sendiri. Tadi saat sampai di rumah sakit, kebetulan juga saat sang ibu siap untuk pulang. Namun urung karena melihat putrinya berlari dengan raut wajah cemas meminta pertolongan.

"Dio gapapa, cuma luka luar aja nanti tinggal dikasih salep. Tapi ibu akan ambilkan obat dalam, takut-takut lukanya buat Dio demam," jelasnya membuat Nala dan Rea menghela nafas pelan.

Nina menggeleng kecil, "Jadi kalian bolos, hm?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan itu mata Nala mengerjap pelan lalu tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi, "Gapapakan bu?" tanyanya balik.

Tak ada yang bisa dilakukan Nina selain mengiyakan. Lagi pula sudah terlalu telat untuk pergi ke sekolah, kalo pun memaksa pergi ujung-ujungnya akan dihukum juga.

Tangannya terulur untuk menarik telinga Nala pelan, "Baru juga masuk udah bolos," ucapnya membuat Nala semakin menyinggungkan senyumnya.

Lalu tangan itu menarik telinga kanan Rea yang sudah senyum-senyum sendiri, "Ini juga sama."

"Sekali-kali bu, lagian mana mungkin kita berdua tinggalin Dio di sini? Kesian anak yatim dia tuh, kan lumayan juga nambah pahala," sahut Rea yang dibalas anggukan semangat oleh Nala.

"Tumben bener," celetuk Nala membuat Rea memutar mata malas.

"Bu, kita udah boleh liat ke dalem?" tanya Rea yang dibalas anggukan kecil oleh Nina--selaku dokter yang memeriksa Dio.

Keduanya masuk, meninggalkan lelaki tinggi yang berdiri tak jauh dari sana. Lelaki yang kini tengah ditatap lekat-lekat oleh Nina--ibu Nala. Lelaki yang bingung harus merespon apa selain mengangguk sopan dan tersenyum kecil sebelum membalikan tubuhnya.

Iya, ia berniat untuk pergi dari sana. Toh keberadaannya sudah tak diperlukan lagi. Ia juga sudah sedikit meredakan perasaan aneh yang hinggap di hatinya setelah melihat Nala dan tahu bahwa gadis itu baik-baik saja. Ya walau ia juga tahu, Nala sangat pandai menyembunyikan semuanya.

Caraphernelia (Nala Story) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ