0.3.6 Kerinduan seorang papa

817 71 3
                                    

Halooo!! Apa kabar semua?

Langsung aja..

o0o

Happy reading!! Semoga suka yaa!!

o0o

"Hati-hati sayang!" seruan sang ibu yang berada di dapur membuat Nala tanpa sadar mengangguk tidak menjawab.

Padahal ia tahu ibunya tidak akan melihat. Tapi biarlah, yang penting ia sudah menjawab.

Ia pun kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu utama. Katanya, Araksa sudah ada di jalan dan sebentar lagi akan sampai. Makanya ia berniat untuk menunggunya di luar saja, biar tidak ribet. Toh ibunya juga sudah tahu jika Nala akan berangkat diantar Araksa, jadi tidak perlu izin-izin lagi.

Pintu utama rumah Nala terbuka, tapi Nala dikejutkan oleh seseorang yang bukan Araksa. Iya, justru di hadapannya ini terdapat Hendra--papa kandung Arsya.

"Pa--pa?" tanya Nala dengan gugup.

Ya tentu saja gugup, rasanya sudah sangat lama ia tak bertemu dengan mantan ayah mertuanya. Seingatnya terakhir kali ia bertemu adalah 5 bulan lalu, saat tak sengaja berjumpa di sebuah restorant. Hari ini, entah apa maksud dari kedatangan pria dewasa dengan jas formal di tubuhnya, membuat Nala gugup.

Hendra tersenyum, melihat Nala mengingatkan kembali pada Arsya. Ia jadi tahu kenapa Arsya begitu jatuh cinta dengan gadis bertubuh mungil seperti Nala ini. Gadis kuat yang terus berjalan tidak peduli akan semesta bertindak tidak adil padanya. Gadis polos yang menutupi semua rasa sakit dengan senyumannya.

Ia tahu seberapa besar cinta Arsya untuk Nala, juga sebesar apa niat putranya untuk melindungi Nala. Tapi ia juga tahu, kesalahannya di masalalu berdampak pada hubungan kedua anak muda itu. Dan hingga saat ini, ia masih menyesali semuanya. Seandainya ia bisa sedikit saja menurunkan ego dengan tidak membiarkan Shanne pergi, tidak mungkin Shanne akan menikah dengan ayah biologis Nala.

"Papa?" panggil Nala saat mendapati Hendra yang diam menatapnya.

Pria itu mengerjapkan matanya lalu menggeleng kecil, "Boleh papa bicara sebentar?" tanyanya dan Nala mengangguk.

"Mau di dalem apa di sini aja?" tanya balik Nala.

"Di sini."

"Yaudah, silahkan duduk pa," ucap Nala membuat Hendra mengangguk dan langsung mendudukan diri di bangku yang ada di teras depan rumah Nala.

"Mau minum apa pa?" tanya Nala tapi Hendra menggeleng.

"Tidak usah Nala, ibumu ada?"

Nala mengangguk, mengiyakan ucapan Hendra itu, "Papa mau bicara sama ibu?" tanya balik Nala.

Hendra tentu menggeleng, bukan itu tujuan ia datang ke rumah gadis yang selalu menempati posisi pertama untuk putranya. Tapi ada hal lain yang ingin ia tanyakan pada Nala.

"Kamu ... apa kabar?" tanya Hendra, walau bingung Nala tersenyum dan menjawab.

"Jauh lebih baik dari sebelumnya pa," balasnya.

Pria dengan setelas formal itu menghela nafasnya lega. Ia tentu tahu seterpuruk apa Nala saat itu hingga berbulan-bulan setelahnya. Tapi kini mendengar langsung dan melihat keadaannya yang memang jauh lebih baik itu, membuat hatinya lega.

Dulu, saat ia tahu bagaimana kondisi Nala setelah ditinggalkan sang putra Hendra merasa bersalah. Rasa bersalah pada Arsya bertambah berkali-kali lipat saat melihat dan tahu kondisi Nala yang ditinggalkan.

Caraphernelia (Nala Story) Where stories live. Discover now