0.2.2 Dirawat

918 78 2
                                    

Halo!! Hm gimana kabarnya?wkwkw masii pada nungguin gasi?

Gapapa kalo ternyata udah mulai males, bosen atau mungkin cape sama nunggu cerita ini.. tapii aku mau bilang makasii buat kamu yang gabosen nunggu aku up hehe..

Langsung aja, baca ya?

o0o

Happy reading!! Semoga suka yaaa

o0o

Kening Nala mengkerut, ia menatap sekitar dengan bingung. Matanya terus bergerak ke sana ke mari. Pemandangan di sekitarnya ini tampak asing, bahkan sangat asing karena seingatnya ia juga tak pernah ke tempat ini.

Tempat yang mungkin hanya ada dirinya di sini. Ah! Iya, hanya dirinya.

Kepala Nala semakin bergerak ke kanan dan kiri, keningnya mengkerut saat ia menyadari bahwa di tempat yang luas ini hanya ada dirinya sendiri. Tak terdengar suara apapun selain kicauan burung yang bersarang di pohon-pohon besar yang ada di sana. Tak juga ada pemandangan lain selain hamparan rerumputan dengan beberapa bunga yang menjadi tempat persinggahan kupu-kupu.

Dan lihatlah di atas sana, langit tampak sangat cantik dengan warna matahari yang menguning menyinari Nala juga pemandangan di bawahnya.

Lagi, kening Nala semakin mengkerut bingung. Di mana sebenarnya ini? Kenapa bisa ia sampai di tempat indah dan sunyi seperti ini? Apa mungkin ini pemandangan baru bukit kejujuran? Tapi seingatnya, bukit kejujuran itu adalah sebuah bukit yang cukup tinggi bukan hamparan rerumputan yang luas.

Jantung Nala mulai berdebar tak karuan, apa mungkin ia tersesat? Atau diculik?

"Tolong!" teriak Nala dan itu membuat suaranya menggema.

Ia sempat terkejut, kenapa bisa suaranya menggema sedangkan berada di ruang terbuka.

"Tolong!!" lagi, suara Nala tetap menggema.

Nala takut sekarang, ia mulai berjalan dengan kepala yang terus menoleh sekitar. Takut tiba-tiba ada orang jahat yang datang dan menyakitinya atau mungkin melecehkannya. Tidak, tidak, ia menggelengkan kepala cepat. Tak boleh memikirkan sesuatu yang buruk jika tak mau hal itu terjadi.

"Hahaha."

Langkah Nala terhenti saat mendengar suara tawa yang menggema. Bagaimana bisa ia tetap berpikir positif dengan kejadian seperti ini? Siapa orang itu? Kenapa hanya terdengar suaranya saja? Kenapa juga sejak tadi ia tak melihat orang lain di sekitarnya?

"Sayang, sudahlah jangan berlari," suara itu kembali terdengar.

Jantung Nala berdetak sangat cepat, ia melihat pohon besar lalu berlari ke sana. Berjongkok dan memeluk lututnya, membuat tangisnya pecah saat itu juga.

"Loh, kamu nangis Na?" pertanyaan itu terdengar sangat dekat dengannya.

Walau terdengar tak asing, ia tetap tak mau mengangkat kepalanya.

"Na?" panggilnya lagi.

Sampai sebuah tangan besar hinggap di kepalanya, membuat Nala teriak saat itu juga.

"Hei, hei, tenang. Ini saya, Nala," ucapnya membuat Nala memberanikan diri untuk mengangkat kepala dan melihat lelaki di depannya.

"Kak Arsya?" tanya Nala dengan suara seraknya.

Caraphernelia (Nala Story) Where stories live. Discover now