0.1.8 Hampir diculik

891 94 7
                                    

Aku tau ini gajelas banget tapi yaudalah ya dahlama ga up hehe

o0o

Happy reading!! Semoga suka ya!!

o0o

Malam ini adalah malam minggu, malam yang ditunggu-tunggu oleh muda-mudi yang bahkan sudah mempersiapkan malam ini dari jauh-jauh hari. Untuk mereka yang sudah memiliki kekasih, pasti membicarakan akan ke mana lagi mereka malam minggu ini. Dan untuk mereka yang tak memiliki kekasih, pasti akan mencari teman yang sekiranya bisa diajak keluar dan bersenang-senang selayaknya mereka sepasang kekasih.

Sebenarnya malam minggu tak selalu untuk muda-mudi yang ingin berduaan dengan kekasihnya atau melakukan pendekatan. Banyak dari mereka yang kenikmati malam minggunya bersama teman-teman satu tongkrongan, atau bersama keluarga. Bahkan tak sedikit juga yang menikmati malam minggunya seorang diri, membeli banyak makanan lalu duduk di bangku taman sendirian.

Sama halnya dengan Nala yang saat ini tengah berjalan seorang diri menelusuri gerobak-gerobak pendagang kaki lima. Mata bulatnya berbinar menatap sekeliling, semua yang diperjual belikan di sini makanan kesukaan. Nala tak sabar untuk memborong dan memakan semua makanan yang akan ia beli sampai kekenyangan.

Ya, malam minggunya akan Nala habiskan di rumah saja ditemani dengan banyaknya makanan yang ia beli.

Drrrttttt.. Drrrrttttt.. Drrrrttttt...

Nala melihat sekilas layar handphonenya, nama bi Minah tertera di sana.

"Pak beli ya sepuluh ribu," pesan Nala pada penjual cimol.

"Siap neng."

Setelah itu barulah Nala menjawab panggilan dari bi Minah.

"Hal--."

"Non?! Di mana non? Kenapa belum pulang? Non baik-baik ajakan? Non jawab bibi!"

Suara bi Minah langsung menyapa Nala, dengan nada khawatirnya yang membuat Nala meringis pelan. Ia lupa, tadi niatnya hanya ingin ke minimarket membeli beberapa makanan ringan. Tapi sepertinya ia sudah keluar rumah cukup membuat bi Minah khawatir karena dirinya tak kunjung pulang.

"Lala, lagi beli jajan bi," jawab Nala pelan.

"Ya Allah non, kenapa gak kabarin bibi dulu kalo gak langsung pulang? Bibi khawatir ini, hampir aja bibi telpon ibu," sahut bi Minah seraya terdengar helaan nafasnya.

Nala semakin tak enak, bagaimana jika bi Minah tadi mengabari sang ibu? Pasti ibunya akan khawatir di sana, dan yang lebih parahnya lagi ibunya mungkin akan langsung pulang. Tidak, tidak, Nala tak mau mengganggu pekerjaan sang ibu.

"Neng, bumbunya pedas atau tidak?" tanya penjual cimol membuat Nala menoleh.

"Pedes ya pak."

Setelah cimolnya selesai dan Nala juga tak lupa membayarnya, ia kembali berjalan dengan telepon yang masih tersambung.

"Bibi mau apa? Nanti Lala beliin," tawar Nala.

"Bibi gak mau apa-apa, bibi mau non cepet pulang. Non di sana sama siapa? Mas Zidan atau siapa?"

Tanpa sadar Nala menggeleng, "Ngga, Lala sendiri."

"Astagfirullah non, jangan sendirian. Bibi takut ada apa-apa loh."

"Ngga bi, gak bakal. Ini rame kok, lagian gak jauh dari rumah. Lala di taman," jelas Nala agar tak membuat bi Minah semakin khawatir.

"Tapi tetep aja, mau bibi telepon mas Zidan atau mas Dio?"

Caraphernelia (Nala Story) Where stories live. Discover now