0.2.9 Araksa, Arsya dan mimpi

1.1K 87 5
                                    

Halo semua!! Siap baca part ini? Btw menurutku ini part paling panjang hehe

o0o

Happy reading!! Semoga suka ya!!

o0o

"Putri ibu kok senyum-senyum sendiri?"

Nala menoleh dan langsung mendapat sang ibu yang sudah mengenakan daster rumahan. Rupanya ibu sudah selesai mandi, pikir Nala. Karena memang setengah jam yang lalu ibunya itu pulang dari rumah sakit.

"Keliatannya Lala lagi seneng, kenapa?" tanyanya lalu mendudukan diri di samping Nala yang langsung membuat Nala memeluk tubuhnya dengan erat.

"Gapapa," jawab Nala dalam pelukan itu sambil menggelengkan kepalanya.

"Beneran? Tapu tadi ibu liat Lala senyum-senyum sendiri loh, gak mungkin ibu salah liat," ucapnya masih penasaran dengan apa yang terjadi pada putri kesayangannya ini.

Rasanya sudah sangat lama ia tak melihat Nala duduk diam di sofa, menopang dagunya sambil terus tersenyum. Belum lagi kedua mata yang berbinar seolah Nala tengah memikirkan sesuatu yang membuatnya bahagia. Ya, seperti saat ia tahu Nala telah jatuh cinta pada Arsya.

Atau jangan-jangan saat ini pun Nala sedang jatuh cinta?

"Lagi jatuh cinta hm?" tanya Nina membuat Nala melepas dan menatap sang ibu dengan horor.

"Apa bu?!"

"Jatuh cinta, Lala jatuh cinta?"

Nala menggeleng dengan cepat, "Ngga!!"

"Loh kok ngga?"

"Ya emang ngga bu!"

Ia berdecak pelan, jatuh cinta katanya? Nala kembali menggeleng, mendengar dua kata itu saja bulu kuduknya berdiri apalagi ia kembali merasakannya? Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya nanti.

Lagi pula, ia tak ada niatan untuk memberi celah orang baru agar bisa memasuki hatinya, karena di sana seluruhnya masih dipenuhi oleh Arsya atau mungkin selamanya. Susah bagi Nala untuk bisa benar-benar menerima orang baru untuk tahap pacaran atau mungkin lebih. Tidak bisa, karena sejujurnya hatinya masih menginginkan Arsya untuk kembali. Walau ia juga sadar hal itu tak mungkin terjadi, tapi biarlah ia tak jatuh cinta pada siapa pun agar hatinya kembali pulih dan kembali siap dengan kata kehilangan lainnya.

Karena bagaimana pun juga Nala paham, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Tapi alasan sebenarnya adalah ia takut ... takut kak Arsyanya cemburu.

"Ngga bu, gak jatuh cinta dan gak mau jatuh cinta," ucap Nala membuat Nina mengkerutkan keningnya.

"Kenapa gitu? Jangan gitu loh, ucapan adalah doa gimana kal--."

"Ya jangan diperjelas juga bu, maksud Lala tuh gak mau cinta-cintaan untuk sekarang. Mungkin nanti kalo Lala udah siap sama semua konsekuensinya," jelas Nala memotong perkataan sang ibu.

Nina paham, lantas ia mengusap lembut pipi putrinya.

"Terserah Lala, apapun yang terbaik untuk Lala ibu dukung," balasnya membuat Nala tersenyum lebar, bangga sekali ia lahir dari rahim wanita ini, pikir Nala.

"Tapi gak bosan ibu ngingetinnya, kalo Lala siap untuk jatuh cinta artinya Lala juga siap untuk patah hati, oke?" ucapnya dan Nala mengangguk paham.

Dulu ia pikir jatuh cinta adalah definisi bahagia yang sebenarnya. Karena semua perasaan-perasaan bahagia itu hadir dengan cara yang sederhana. Hanya karena melihat kehadiran Arsya, hanya karena melihat senyum kecil Arsya, hanya karena melihat tatapan mata Arsya, hanya karena melihat tawa singkat Arsya. Juga saat ia mendengar decakan kesal Arsya, ucapan-ucapan tajam Arsya, perhatian-perhatian kecil Arsya, juga omelan Arsya yang selalu menjadi candu untuknya. Semua hal sederhana itu nyatanya bisa membuat Nala sangat amat bahagia.

Caraphernelia (Nala Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang