0.2.7 Beruntungkah Nala?

872 70 7
                                    

Halooo aku up lagi heheheh

o0o

Happy reading!! Semoga suka yaaa

o0o

Duk. Duk. Duk.

Bola berwarna orange itu terus memantul-mantul keluar dari area lapangan, membuar gadis yang tadi tak sengaja melempar bola itu pun berlari mengejar.

"Ih La! Lo mah segala dilempar ke sana sih!" kesal Rea lalu mendudukan dirinya di lapangan, sambil terus memperhatikan Nala yang sudah berlari kecil di sana.

Nala sendiri hanya mendengus kesal, suruh siapa Rea tak bisa menangkapnya. Jadilah bola itu memantul cukup jauh dan sukses menguras tenangannya. Padahal tadi ia sudah menguras habis tenaganya untuk penilaian basket hari ini.

Terlihat dari rambut panjangnya yang diikat asal dengan beberapa helai berjatuhan di leher mulus berkeringatnya. Poni tipis itu juga terlihat sangat lepek, dipadukan wajah bulat yang memerah. Mungkin banyak lelaki yang memang terpesona akan penampilannya saat ini, tapi jujur saja Nala sendiri merasa dirinya seperti gembel di jalanan.

"Jauh banget sih bola!" gerutunya kesal, ingin kembali ke lapangan dan duduk di sana bersama Rea pun sepertinya sudah kepalang.

Ia sudah berjalan cukup jauh dari lapangan, menatap bola yang masih saja bergelinding.

Sampai, sebuah kaki berbalut converse hijau army menahannya. Membuat Nala refleks menonggak untuk melihat siapa yang berhasil menahan bola basket itu.

Matanya melebar dan mengerjap pelan, kala lelaki berkaos putih itu juga menatapnya terkejut.

"Nala kan?" tanyanya, bergerak cepat menggerakan bola itu dengan kakinya membuat bola melambung dan langsung ia tangkap.

"Iya, kak," jawab Nala seraya menerima bola yang memang sudah disodorkan padannya.

"Masih inget gue?" tanyanya membuat Nala mengangguk walau ragu.

"Kak ... Dino?"

Ya, Dino, lebih tepatnya Aldino. Teman Zevan--kekasih Anna juga teman Araksa tentunya.

Nala ingat kapan terakhir kali ia bertemu Dino, waktu itu saat ia pergi ke apotik membeli obat untuk sang ibu. Bersamaan dengan Fino yang tahu bahwa sebelumnya ia pergi ke party Zevan.

Setelah itu ia tak lagi ketemu dengan Dino, karena hari-hari setelahnya tentu saja diisi oleh Araksa. Membuat Nala lupa akan semuanya.

Dino tersenyum, "Bener banget! Tapi bukan dinosaurus ya?" candanya yang hanya Nala balas dengan senyum canggung.

Entahlah kenapa juga ia jadi kaku seperti ini. Atau mungkin karena sudah lama tidak bertemu? Atau karena Dino ini temannya Araksa? Tidak tahu, tapi yang jelas ia ingin cepat-cepat pergi menjauh dari Dino.

Untung saja saat ini masih jam pelajaran, teman-teman kelasnya juga masih berkumpul di lapangan. Jadi tak ada yang melihat ia berbicara dengan Dini. Maka jika itu terjadi, pasti langsung menyebar luas, semua membicarakan dirinya dan bertanya-tanya siapakah Dini.

"Lo lagi olahraga?" tanya Dino dan Nala mengangguk.

"Iya, ini mau balik lagi ke lapangan."

"Yaudah ayo bareng sama gue, gue juga mau ke parkiran," ajaknya, mau tak mau Nala pun mengangguk menyetujui.

Hingga keduanya berjalan beriringan di koridor yang masih sepi itu.

"Gue lupa kalo lo temennya si Anna, pasti sekolah di sini juga. Tapi, gue kok gak pernah liat lo ya?" ucap Dino berusaha menghilangkan kecanggungan yang ada.

Caraphernelia (Nala Story) Where stories live. Discover now