02. wanita tua

357 43 0
                                    

"Orang emang ceritanya gitu, kok! Lo nya aja yang gak mau percaya sama gue!" Tidak usah di tanya lagi, sedari tadi Zelda terus menjelaskan semua yang di alaminya sebelum berada di tempat aneh ini, namun permasalahannya ada di Justin, entah harus di sogok dengan hal apa agar lelaki ini bisa mempercayai nya.

Justin memutar bola matanya malas, "Ya gimana mau percaya, orang lo nya aja kayak lagi ngedongeng"

"Suka-suka lo, deh!" Kini Zelda berdiri dari posisi duduknya, gadis itu kemudian berjalan keluar dari kamar tamu milik Justin.

Melihat pergerakan gadis tersebut, Justin ikut berdiri lalu berjalan mengekori gadis itu. Entah apalagi yang akan dilakukan anak terdampar ini.

baru berjalan beberapa langkah dari kamar, gadis itu sudah menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah Justin, "Justin Bieber, lo ada makanan, gak? Gue laper banget, berasa belum makan sebulan," keluh Zelda seraya clingak-clinguk ke arah sudut-sudut rumah Justin, "Oh, ya! Lo tinggal sendirian disini?" Pertanyaan yang sebelumnya saja belum Justin jawab, sekarang gadis itu malah mengajukan pertanyaan lain lagi.

"Oh ya! Lo──" Ucapan Zelda belum sepenuhnya terucap, tetapi Justin sudah menyelanya duluan.

"Bawel banget. Sini ikut gue, laper kan lo?" Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Justin pergi mendahului Zelda yang masih clingak-clinguk melihat isi rumah Justin, "Masa, sih? Rumah Segede ini cuma 1 orang doang isinya, nolep banget," Setelah misuh-misuh tidak jelas, akhirnya Zelda mengikuti kemana perginya Justin.

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

mereka kini duduk dengan posisi berhadapan dengan beberapa makanan yang ada di hadapan mereka. "Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi loh?"

"Gue tinggal sendiri, orang tua gue udah cerai, gue gak tau mama gue sekarang ada dimana, kalau papa, sekarang dia lagi di Milan. Balik ke sini pas hari penting doang" Kepala Zelda mengangguk-angguk, padahal aslinya gadis itu merasa tidak enak hati.

Dengan perasaan bersalah, Zelda memberanikan dirinya untuk menatap mata lelaki yang tengah duduk anteng di depannya ini. "Gini, Tin...gue, gue minta maaf, gue gak ada maksud buat nanyain hal pribadi loh sumpah,"

Justin sendiri hanya mengangguk paham, "Santai aja," ujarnya seraya melirik makanan milik Zelda sebagai kode bahwa lelaki ini menyuruh gadis itu untuk berhenti mengoceh dan menghabiskan makanannya saja.

Di tengah-tengah 2 orang itu sedang menyantap makanannya, tiba-tiba saja seorang wanita tua menghampiri mereka berdua, "Percaya diri sekali kamu, bukannya memulai tindakan  malah makan sambil berleha-leha disini. Ingat, waktu mu tidak banyak. Bertindak dari sekarang, atau hidup mu akan di penuhi oleh penyesalan?" usai berujar tentang hal-hal tidak jelas tadi, wanita tua itu kini berjalan pergi dari restoran yang tengah di tempati makan oleh Zelda dan Justin.

Dengan heran, Zelda menatap ke arah Justin. Hal itu pun di lakukan juga oleh Justin, mereka berdua terlihat sama-sama kebingungan, "Nenek lo?" tanya Justin seraya menatap kepergian wanita tua itu.

"Ngeledek lo? Nenek gue udah lama  jadi singkong," Serasa di sambar petir, Justin memperbaiki tempat duduknya seraya menatap lurus ke arah Zelda, "Gini, Zel. Katanya, orang pemaaf itu bakal awet muda, rezekinya nya berlimpah, umurnya panjang juga katanya. Maka dari itu, gue minta maaf soal tadi,"

"Gu──" lagi dan lagi, ucapan Zelda belum terucap sepenuhnya, namun Justin selalu saja memotong nya.

"Iya gue tau, lo bakal maafin gue, sama-sama, Zel. Abisin gih makanan lo"

Merasa cukup emosi, Zelda mengurungkan niatnya untuk menyantap makan makanan di depannya ini. "Gak jel──"

"Eh? Lo udah kenyang? Yaudah gapapa buat gue aja kalau gitu,"

"Anj──"

"Iya sama-sama"

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Di tengah-tengah Justin tengah menyetir, tiba-tiba saja laki-laki itu menepikan mobilnya, "Jadi, gue harus nganter lo kemana?" tanya Justin menoleh ke arah Zelda dengan wajah yang ikutan bingung juga.

"Gue mau minta tolong bisa, gak?" ucap Zelda menunduk takut-takut.

merasa tidak ada hal aneh, Justin mengangguk mengiyakan ucapan Zelda.

"Buat sementara waktu, gue mau tinggal di rumah lo dulu, gue janji gak bakal ngelakuin hal aneh kok, secepat mungkin gue bakal cari keberadaan orang tua gue dulu, sementara itu, gue bakal tinggal sama lo. Gue bakal bantu-bantu kok, gue bakal bantu bersih-bersih, masakin lo, atau kalau lo lagi butuh bantuan gue, gue siap kapan aja," Panjang lebar gadis itu menjelaskan untuk meyakinkan Justin agar bisa menerimanya dengan suka rela.

Siapa sangka? Bukannya mendengarkan ucapan Zelda, Justin malah fokus memperhatikan gadis itu saat berbicara. Bak tersihir, pandangan lelaki itu benar-benar terkunci pada Zelda. Tidak munafik, gadis yang tengah duduk di kursi penumpang nya ini memiliki wajah yang begitu manis.

Sadar bahwa lawan bicaranya ini tidak mendengarkan ucapannya, Zelda menatap Justin yang tengah menatap nya juga, "Heh! Ngelamun, ya lo?" ucap Zelda seraya menjentikkan jarinya di depan wajah Justin.

Lamunan Justin buyar begitu saja. "Eh? Ah, iya, lo tadi ngomong apa?"

Zelda memutar bola matanya kesal, entah apa yang laki-laki ini pikirkan, padahal Zelda telah menjelaskan panjang lebar, namun ternyata tidak di dengar? Oh tuhan, jika benar-benar diizinkan tinggal bersama, seperti nya Zelda harus memperbanyak stok kesabarannya nanti.

Sempat menghela napas sejenak, tetapi akhirnya Zelda menjelaskan ulang kepada Justin tentang hal yanggadis itu bicarakan tadi namun tidak di dengar oleh lelaki ini. "Oh, gue sih aman-aman aja, dengan satu syarat, jangan ikut campur urusan gue, gue juga gak bakal ikut campur urusan lo. kita urus hidup masing-masing."

Senyum Zelda mengembang mendengar hal itu, apakah ini artinya Zelda diizinkan untuk tinggal sementara di rumah Justin? Sedikit tidak menyangka, ternyata laki-laki ini tidak seburuk yang Zelda pikirkan, "Jadi, gue diijinin buat tinggal di rumah lo?" tanya Zelda tersenyum sumringah ke arah Justin.

"Budeg?"

see u next saturday, love!!!



THE MAGIC OF LIBRARY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang