21. pulang

127 19 0
                                    

Dua orang yang sedang duduk di lantai dengan posisi berhadapan itu kini saling melempar lelucon sambil menyantap makanannya masing-masing, "Lo gak makan timun?" tanya Zelda melihat timun yang sedari tadi di anggur kan oleh Juanda.

Laki-laki itu tersenyum lalu memindahkan timun itu ke tempat makan milik Zelda. "Nih,"

Dengan girang, Zelda memakan timun yang baru saja diberikan oleh Juanda, "Dda? Gue boleh nanya, gak?" jujur saja, Zelda merasa sedikit gugup jika menanyakan hal ini, gadis itu takut membuat Juanda tak nyaman dengannya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Zelda, Juanda hanya menatap gadis di hadapannya ini.

Sadar akan tatapan Juanda yang berubah, Zelda akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertanya, "Gak jadi deh," Gadis itu kemudian mengulum bibirnya karena merasa suasana saat ini terasa sedikit canggung.

Juanda sempat berpikir bahwa Zelda mungkin tersinggung karena ia tak menjawab pertanyaan gadis itu, "Makan dulu, Zel. Kalau makanan nya udah habis, terserah lo mau nanya apa aja bakal gue jawab semua" Liat kan? Padahal Zelda sudah berpikir yang tidak-tidak, tapi ternyata Juanda hanya tidak mau acara makan mereka berdua.

Di tengah-tengah gadis itu sedang menyuapi dirinya sendiri, tiba-tiba saja seorang laki-laki menyusup masuk ke dalam ruang inap gadis itu.

Dengan napas yang tersenggal. Laki-laki itu menatap fokus ke arah seorang gadis yang sedang mengunyah makanannya.

Beberapa detik kemudian barulah gadis itu sadar bahwa laki-laki yang tengah berdiri lemas itu adalah orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu, "Justin!" sorak nya seraya berlari ke arah laki-laki itu dengan cepat.

Gadis itu mendekap tubuh Justin dengan erat, "Lo nginep ya di rumah temen lo? Ngerjain tugas, ya? Udah makan belum? Gue ada makanan tuh tadi, sempet ke kantin rumah sakit buat beli sama Juan. Mau, gak? Ayo makan bareng!" Gadis itu benar-benar menyerang Justin dengan berbagai macam pertanyaan, sedangkan yang di tanya malah terdiam karena pikirannya benar-benar masih kosong. Ia belum bisa mencerna semua ini.

Namun, selang beberapa detik kemudian, laki-laki itu akhirnya tersadar, gadis yang sejak tadi mengganggu pikirannya kini tengah memeluknya dengan girang.

Tangan Justin perlahan terangkat untuk membalas dekapan dari Zelda.

Dengan jantung berdebar, laki-laki itu mengeratkan pelukannya sambil menenggelamkan wajahnya pada celuk leher Zelda.

"Lo kenapa, deh?" Bingung Zelda. Pasalnya, laki-laki ini tiba-tiba saja datang dan langsung memeluk nya erat seperti ini.

Dibanding menjawab ucapan Zelda, laki-laki itu lebih memilih untuk diam di pelukan Zelda sambil menenangkan pikirannya yang masih kacau.

Butuh beberapa menit untuk acara pelukan mereka berdua, kini Justin melepaskan dekapannya pada Zelda. Menatap dalam gadis di depannya, "Semalam── dia gak ngapa-ngapain lo, kan? Ada luka? Bagian mana yang sakit?" tanyanya seraya memutar tubuh Zelda untuk memeriksa apakah ada luka atau semacamnya pada tubuh gadis itu.

Zelda sendiri hanya pasrah saja saat tubuhnya di putar oleh Justin. "Gue gak papa, kok! Semalem ada Juan yang tiba-tiba dateng nolongin, gak tau deh kalau dia gak ada, mungkin gue udah── ya tau lah,"

Mendengar jawaban Zelda, mata Justin langsung tertuju pada seorang laki-laki yang tengah duduk anteng  menyantap makanannya sembari menonton Zelda dan Justin yang tengah berbincang.

Dan bukan hanya Juanda yang menonton acara pelukan Justin dan Zelda. Dia Harsa. Sedari tadi laki-laki itu menyelinap masuk saat Justin dan Zelda tengah berpelukan. Dia mendudukkan dirinya di samping Juanda seraya ikut menyantap makanan yang di makan oleh Juanda.

"Oh ya! Lo kenal Juan, kan? Yang pernah ngajarin gue main skate di taman waktu itu. Inget, gak?" ucap Zelda menarik lengan Justin untuk ikut duduk bersama Juanda dan harsa
yang sedang asik berbicara layaknya seorang teman yang sudah kenal sejak lama.

Setelah mereka berempat duduk bersama, Justin memfokuskan pandangannya pada Juanda.

Terdiam beberapa saat, akhirnya Zelda membuka percakapan agar suasananya tidak begitu canggung. "Sampai lupa, tadi dokter ke sini, katanya gue udah bisa pulang hari ini! Barang-barang juga udah gue beresin, tinggal pulang, gak papa kan?"

Justin sama sekali tak mengalihkan pandangannya pada Juanda, "Mau pulang sekarang? Ayo." ucapnya tanpa menatap Zelda sedikit pun.

"Nih orang homo gak, sih? Natap Juan mulu daritadi," gumamnya mengira bahwa tak akan ada yang mendengarnya, namun ternyata laki-laki yang berada di sampingnya ini mendengar gumaman nya, "Bisa jadi sih, Zel. Lo gak papa kalau iparan sama dia?" balas Harsa yang ternyata mendengar Zelda.

Zelda yang baru saja mendengar ucapan Harsa otomatis menoleh kaget. Apa laki-laki ini memiliki indera pendengaran yang amat tajam? "Lo bisa denger suara hati?" tanya Zelda melotot kaget pada Harsa.

"Sinetron ajab kali pake suara hati segala." ucapnya melirik tidak percaya pada Zelda, "Bocah, orang lo ngomong nya samping telinga gue langsung," lanjutnya.

Zelda sempat berpikir sejenak, ada benarnya juga sih. Tetapi suara gadis itu sangat kecil saat berbicara soal tadi. Ah entahlah!

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

"Lo tunggu disini aja sama Harsa, biar gue yang beli," Justin akhirnya turun dari mobil untuk pergi ke Indomaret yang sempat mereka singgahi. Katanya sih mau membeli makanan untuk dimasak saat sampai di rumah nanti. Seperti nya mereka ingin membuat acara syukuran.

"Gue ikut! Takut di apa-apain gue sama nih anak," ujar Harsa menatap takut pada Zelda.

Zelda yang duduk di kursi penumpang pun akhirnya menoleh ke arah Harsa yang duduk di belakang, "Maksud lo?! Gue juga gak nafsu kalau kalau sama lo mah," cibirnya kesal. Apa Harsa berpikir bahwa ia akan melecehkan nya disini?! Dasar sinting.

"Ya kan gak ada yang tau, orang gue semok gini," sombongnya.

Justin yang melihat pertengkaran tak memiliki konteks itu hanya menatap lelah ke arah mereka berdua lalu pergi begitu saja.

Setelah beberapa menit Justin pergi, dua orang yang masih berada di mobil itu kini mulai hening.

Bingung karena tak ada suara sedikitpun, Zelda akhirnya menatap ke arah kaca spion mobil untuk menatap Harsa, bermaksud ingin memastikan bahwa laki-laki itu tidak mati di sana.

"Nah kan! Lo diem-diem ngintip gue! Jangan apa-apain gue, tolong!" Zelda sebenarnya sudah tau bahwa inilah reaksi yang akan ia dapatkan, namun gadis itu hanya menghela napas dan kembali pada posisi duduknya dengan nyaman.

Selang beberapa menit, akhirnya Justin datang dengan beberapa makanan yang berada di sebuah kantong plastik yang di tenteng olehnya.

Laki-laki itu kembali masuk ke dalam mobil dan menancap gas untuk kembali ke rumah.

THE MAGIC OF LIBRARY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang