05. rasa khawatir

207 31 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 20.30. Bisa bayangkan sudah berapa jam Zelda berjalan kaki tanpa tahu arah tujuannya? Gadis itu berjalan dari tadi siang, namun sesekali singgah meneduh untuk istirahat karena kelelahan.

Jika boleh jujur, Zelda seperti memiliki sedikit penyesalan karena telah keluar rumah hanya untuk bertemu wanita tua itu, namun jika bukan karena wanita tua tadi, mungkin Zelda masih kebingungan atas apa yang terjadi padanya saat ini.

Terus berjalan dengan hati yang gelisah, bahkan air mata Zelda sudah hampir menetes lantaran kelelahan dan tidak tahu tujuannya sama sekali. Rasanya ingin bertanya kepada orang-orang, namun Zelda melupakan nama tempat tinggalnya dan Justin, ingatannya memang terbilang sangat lemah. Entah apa penyebabnya.

Disisi lain ada Justin yang tengah pusing sendiri karena ulah Zelda. Justin berniat untuk pulang larut malam sebenarnya, namun seperti ada hal yang membuatnya sedikit gelisah saat sedang berkumpul dengan teman-temannya yang mengakibatkan Justin harus pulang ke rumah. Dan benar saja, ternyata Zelda sudah tidak ada di rumah itu, entah kemana perginya gadis yang menumpang di rumah nya itu, "Nih anak kemana, sih? Pergi gak bilang-bilang, mana hp nya gak aktif lagi," Tetapi jika di pikir-pikir, kenapa juga Justin harus khawatir dengan gadis itu? Gadis itu hanyalah orang aneh yang tiba-tiba pingsan di depan rumahnya lalu berkata bahwa dirinya berasal dari masa lalu. Lagipula gadis itu bukanlah siapa-siapa baginya, tetapi kenapa Justin malah se gelisah ini? Benar-benar menyusahkan.

Sudah sekitar 30 menitan Justin menunggu di rumah tetapi Zelda tak kunjung kembali juga, terlebih lagi di luar sedang hujan deras di disertai petir yang cukup menakutkan, "Sialan," Berdiri dari duduknya, Justin beralih ke kamarnya untuk mengambil kunci mobilnya lalu pergi meninggalkan rumah begitu saja.

Justin kini mengendarai mobilnya dengan kecepatan pelan agar bisa melihat ke arah kiri dan kanan untuk mencari keberadaan Zelda. Gadis ini benar-benar menyusahkan.

Waktu terus berjalan, kini Justin telah mengendarai mobilnya sekitar 1 jam an dan belum mendapatkan titik terang tentang gadis yang tengah dicari nya ini.

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Merasa sedikit takut akan petir yang terus saja mengeluarkan bunyi yang mengerikan. "Justin bakal nyariin gue, kan? Gak gak gak! lo bukan siapa-siapa nya, jadi gak usah berharap buat di khawatir──" Zelda yang sedang jongkok di depan toko yang telah tutup itu tiba-tiba mendongak ketikan seseorang memotong ucapan nya.

"Nyusahin tau gak lo?" ucapnya yang membuat Zelda sempat melongo. Ya, itu adalah Justin. Lelaki itu tiba-tiba saja berdiri di samping Zelda yang tengah mengomel sembari jongkok di depan toko orang.

"Bangun," Justin mengulurkan tangannya untuk membantu Zelda berdiri. Sedangkan Zelda sendiri hanya menurut walaupun masih dala keadaan melongo. Jujur saja, Zelda tidak menyangka bahwa Justin benar-benar mencarinya.

Tanpa banyak bicara, Justin membuka hoodie nya lalu memasangkannya pada Zelda yang tengah berdiri tegak dengan tatapan kosong.

Tangan Justin kini membantu Zelda untuk berjalan menuju mobilnya. "Lain kali kalau dibilangin itu jangan ngeyel, gini kan jadinya"

Zelda mendongakkan kepalanya ke arah Justin yang tengah mengomelinya sedari tadi, "lo khawatirin gue, ya?" tanya Zelda dengan tatapan penuh binar.

"Pede banget lo, tadi gue kebetulan lewat terus ngeliat lo jongkok depan toko orang kayak gembel lagi nunggu sumbangan, prihatin lah gue, gini-gini gue masih punya hati." protes Justin tak setuju akan ucapan dari Zelda. Yang benar saja! Mana mungkin dia mengkhawatirkan gadis ini, "Ya... khawatir, sih. Dikit."

Mendengar itu, wajah Zelda yang tadinya tanpa ekspresi karena sedikit takut, kini tersenyum jahil ke arah Justin yang sesekali melirik ke arah gadis itu, "Gengsi segede meteor kok di pelihara, sih" goda Zelda seraya menaikturunkan alisnya dengan senyum jahilnya.

Malas membalas candaan dari Zelda, Justin mempercepat langkahnya menuju mobil.

Setelah mereka berdua masuk ke mobil, Justin menyalakan mesin mobilnya lalu menjalankan mobil itu dengan kecepatan sedang, takut Zelda merasa tidak nyaman, "Mau makan, gak? Lo belum makan dari tadi, kan?" tawar Justin tanpa menoleh ke arah Zelda.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Justin, Zelda justru melamun dengan posisi menghadap ke jendela mobil menatap rintikan hujan yang terus menghujam kota ini. Isi kepalanya hanya tentang ❝Apakah yang sedang dilakukan oleh Ayahnya saat ini? Apa Ibu nya makan dengan baik? Apa sahabat itu sedang merindukan nya?❞

Merasa tak ada respon dari sang empu, Justin melirik gadis yang tengah melamun itu dengan wajah bingung. Ada apa lagi dengan gadis ini?

Selang beberapa menit, Zelda kembali memperbaiki posisi duduknya dengan napas yang berat.

"Laper, gak? Mau makan apa?" tanya Justin sekali lagi.

Zelda melirik Justin yang tengah fokus menyetir. "Pengen sandwich..."

"Mana ada yang jualan sandwich jam segini, Zel? Yang waras-waras ajalah" Gila saja, apa Zelda tidak melihat jam? Jam segini biasanya para pedagang telah tutup.

"Mampir ke Indomaret aja nanti, beli roti, biar gue yang buat sendiri" pinta Zelda dengan wajah kelaparan nya. Mau tidak mau Justin mengangguk mengiyakan permintaan gadis gila ini.

Sekitar 20 menitan akhirnya mereka mendapatkan Indomaret yang masih buka. Terkadang Justin heran, kenapa bisa dirinya menuruti perkataan gadis yang menumpang hidup padanya? Jika dipikir-pikir hal itu sedikit tidak masuk akal, namun Justin kadang merasa prihatin juga pada gadis ini.

Zelda turun lebih dulu dari mobil, sedangkan Justin mengekor di belakang Zelda.

Rak demi rak mereka kunjungi demi mencari keberadaan sang roti dan bahan lainnya yang di butuhkan oleh Zelda.

Dengan lincah, tangan Zelda kini mengambil roti, telur, sosis, keju, dan juga saos lalu di masukkan ke keranjang belanjaan yang berada di tangan Justin. "Udah, ayo bayar"

Mengantri beberapa saat untuk membayar belanjaan mereka di kasir, ternyata cukup melelahkan juga. "Udah, kan? Ayo"

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Justin dan Zelda sampai di rumah sekitar pukul 1 malam. Gila bukan? sejauh itu Zelda pergi. Sampai-sampai saat mereka tiba di rumah, sandwich yang katanya sangat ingin di makan oleh Zelda kini tidak jadi. Kenapa? Karena Zelda tertidur. Dan gadis itu tipe yang sangat susah untuk dibangunkan, jadi mau tidak mau, Justin harus menggendong gadis ini untuk masuk ke dalam rumah dan mengantarkannya ke kamar.

Memastikan bahwa Zelda telah tertidur nyenyak, Justin keluar dari kamar itu. Hari ini benar-benar melelahkan baginya, dan tubuhnya membutuhkan istirahat.

Sedangkan di kamar yang sedang Zelda tempati ini, gadis itu malah terganggu oleh mimpinya. Keringat dingin kini bercucuran di keningnya. Terus bergerak dengan gelisah, gadis itu sepertinya sedang bermimpi buruk.

Dalam mimpinya, gadis itu melihat dirinya sudah tak bernyawa lagi.

THE MAGIC OF LIBRARY Where stories live. Discover now