22. three bird's

119 20 1
                                    

Suasana di dapur rumah Justin bisa terbilang cukup kacau, "Hasra!" teriak Zelda saat melihat Harsa menggoreng telur dengan sebuah panci yang terpasang di kepalanya.

"Nama gue Harsa!" ujarnya dengan suara tinggi sembari mundur ketika ada percikan minyak panas yang mengenai nya.

"Bodo! Lo mau goreng telur apa hajatan, bego?! Minggir gak lo?!" tukas Zelda mendorong laki-laki itu agar pergi dari sana.

kini Zelda menggantikan posisi Harsa yang tadinya sedang menggoreng telur.

Baru saja Zelda ingin membalikkan telur yang sedari tadi mereka goreng, namun tiba-tiba saja telur itu melompat dari wajan yang Zelda gunakan untuk menggoreng.

Dengan wajah panik, Zelda langsung bersembunyi dibalik tubuh tinggi Harsa, "Hasra, kayaknya kita rebus telur aja deh. Gue takut masuk rumah sakit lagi perkara telur," ucapnya dengan tatapan kosong ke arah wajan dengan minyak yang masih menggebu-gebu.

"Harsa, Zelda! Harsa! Lo lama-lama bikin gue sinting serius,"

"Oke. Sekarang lo ke kulkas ambil telur lagi, kita rebus." ucapnya dengan mantap dan percaya bahwa kali ini akan berhasil.

Harsa pergi dari hadapan Zelda untuk mengambil telur di kulkas sesuai dengan perintah Zelda. "Berapa?"

"3 cukup kayaknya,"

Mengikuti sesuai keinginan Zelda. Harsa kini membawakan telur pada gadis itu. Setelah membaca doa, mereka mulai mengambil mangkok lalu mengkocok telur itu.

Setelah selesai di kocok, mereka memeriksa air yang sudah di panaskan oleh Zelda terlebih dahulu.

"Sini telurnya," pinta Zelda pada Harsa.

Kini Harsa terdiam melihat gadis itu mulai merebus telur yang sudah Harsa kocok tadinya.

"Sa? Kok telurnya malah nyatu sama air nya sih?" Zelda bertanya pada Harsa yang tengah bersandar di dinding dapur.

Karena penasaran, Harsa akhirnya mendekat dan mengecek keadaan telur itu, "Lah iya, ya? Apa airnya kurang mendidih tadi?" tanya nya yang ikut kebingungan.

"Eh? Iya kah? berarti harus mendidih banget gitu air nya? Yaudah deh, saring dulu telurnya," Baru saja Zelda dan Harsa akan menyaring telur yang tengah di rebus nya, Justin sudah menarik dua orang itu untuk mundur dari sana.

"Lo, sama lo. Gue sebenernya gak mau ngomong kasar sih, jadi── KELUAR LO BERDUA DARI DAPUR GUE, ANJING!" teriak Justin frustasi sendiri.

Apakah ia salah karena telah mempercayai dua manusia ini untuk menggoreng telur? Oh tuhan. Lama-lama Justin gila.

"Salah lo, Zel. Gue mah gak ikutan ya" Harsa baru saja ingin menjauhkan diri dari tempat ini, namun sudah di maki duluan oleh Zelda.

"Enak aja?! Yang salah lo, lah! Goreng telur aja gak bisa lo, monyet!" tukas Zelda kesal. Padahal Harsa juga tak becus, bisa-bisanya hanya dirinya yang diceramahi.

Melihat pertengkaran kedua orang itu yang mulai memanas lagi, Justin akhirnya menarik bagian belakang baju mereka berdua bak anak kucing. "Lo berdua duduk disini, biar gue yang masak."

Harsa dan Zelda saling tatap, "Emang lo bisa masak?" tanya Zelda bingung.

"Gak sih, tapi seenggaknya gue gak sebego lo berdua yang rebus telur aja harus di kocok dulu! Lo mau buat telur dadar sampai harus di kocok dulu?" Karena malas menanggapi mereka berdua, Justin akhirnya beralih ke arah dapurnya untuk mulai memasak.

Sekitar 40 menitan laki-laki itu menyelesaikan acara memasak nya, Ya memang cukup lama, namun sepertinya makanan yang dibuat oleh Justin terlihat enak.

Setelah Justin menaruh semua makanan itu di meja makan, Harsa dan Zelda langsung menyantapnya dengan lahap.

Cukup terpukau akan masakan Justin, Zelda bertepuk tangan dengan girang. "Gila! Lo pernah ikut kursus masak, ya? Ih, enak banget yang jadi suami lo entar, bisa dimasakin mulu tiap hari"


Justin yang sedari tadi diam menyuapi dirinya sendiri melirik lelah ke arah Zelda. Apa Zelda punya stok energi sampai-sampai energi gadis itu benar-benar tak pernah habis, kecuali sedang kumat, "Ngomong sekali lagi gue jadiin tawanan bapak-bapak lo." ancam Justin yang membuat Zelda mengatupkan bibirnya rapat. Apa salahnya coba? Zelda hanya mengatakan yang sebenarnya, bukankah hal itu adalah pujian?

"Yaelah, Zel! Kalau si Justin homo mah gak bakal dapet jodoh juga, kali! Cowok mah mana mau sama yang modelan gitu," ejek Harsa dengan wajah tengil nya, "Gini-gini gue masuk daftar cowok tercakep seantero fisip!" balas Justin tak mau kalah.

"Lah? Lo beneran homo, Tin? J-jadi selama ini? L-lo gak beneran naksir gue, kan, Tin? Jangan gini gue mohon, gue masih doyan cewek. Jadi stop godain gu──" ucapan Harsa belum selesai terucap, namun sudah di selah oleh Justin, "Gak, ya! Lo bego apa tolol, sih?! Yakali gue homo?!" Lama-lama Justin gila jika berada di antara Harsa dan Zelda. Jujur saja, kedua manusia ini sangat-sangat menguras tenaga jika di ajak untuk berbincang.

"Jadi lo gak homo?" Pertanyaan yang satu ini keluar dari mulut Zelda yang tengah mengunyah makanannya.

Mata Justin melirik gadis itu dengan sinis, "Gak." jawab nya, namun ucapan Zelda selanjutnya malah membuat laki-laki itu ingin membakar seisi rumah ini, "Kalau gak homo, berarti lo gay, dong?" ujarnya santai seraya meminta pendapat pada Harsa, "Ya kan, Sa?" lanjutnya.

Harsa yang mendeteksi bahwa akan terjadi keributan pun hanya mengangguk seraya menahan tawa.

Zelda ikutan mengangguk paham saat Harsa mengiyakan pertanyaan nya, "Haram padahal, lo muslim, Tin?" tanya Zelda pada Justin.

Gelak tawa Harsa meledak saat itu juga, "Monyet lo, Zel" ujar Harsa seraya mengusap air matanya yang keluar gara-gara tertawa sejak tadi.

"Ngomong sekali lagi gue siram minyak panas lo berdua."

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

"Justin! Gue ikut lo main ps, ya?" pintanya sambil tersenyum berharap agar Justin mengijinkannya.

"Gak."

Wajah yang tadinya di penuhi oleh senyuman kini meredup, "Dih kok gitu? Gue takut ke kamar sendirian. Gue bakal tidur kok, gak bakal ganggu lo main juga. Ya? Boleh ya?" kali ini Zelda memasang wajah memelas. Tetapi soal kamar, Zelda benar-benar tak berani memasuki kamarnya dalam waktu dekat ini. Entah kenapa tapi gadis itu masih merasa sedikit takut akan kejadian hari itu.

Merasa sedikit iba, Justin akhirnya mengiyakan permintaan gadis itu. "Yaudah, tapi langsung tidur? Lo baru balik dari rumah sakit udah banyak tingkah,"

Dengan wajah girangnya, Zelda tersenyum senang dan berlari ke kamar Justin. "Bocah, dibilangin jangan banyak gerak dulu,"

Usai gadis itu sampai di kamar Justin, dia clingak-clinguk melihat isi kamar laki-laki itu. Demi tuhan, selama Zelda tinggal disini, gadis itu sama sekali belum pernah melihat isi kamar Justin.

Baru saja Zelda memasuki kamar Justin, gadis itu kini sudah dikagetkan oleh Harsa yang entah kenapa tiba-tiba muncul disana.

"Hayo mau ngapain lo disini?" Zelda yang tadinya fokus menatap kamar Justin kini terlonjak kaget. "Monyet lo!"

"Lo yang yang monyet," Baru saja Zelda ingin memaki Harsa, tiba-tiba Justin sudah datang duluan, "Biawak lo berdua" ucapnya tanpa dosa lalu melewati Zelda dan Harsa yang tengah memaki satu sama lain. Justin lebih memilih duduk di depan  single bed nya bersiap untuk bermain ps bersama Harsa.

THE MAGIC OF LIBRARY Where stories live. Discover now