24. untuk Justin

144 24 1
                                    

Setelah menunggu sekitar 20 menitan, segerombolan laki-laki datang berkunjung ke rumah Justin. Mereka membawa beberapa paper bag yang berisi bahan untuk mendekor.

Hari ini adalah hari ulang tahun Justin. Ya, mereka semua lah yang merencanakan hal ini.

Zelda baru mengetahui hal ini saat Justin sempat singgah untuk membeli bahan makanan saat mengantar dirinya pulang dari rumah sakit kemarin, dan pada saat itulah Harsa mengajak Zelda untuk bekerja sama untuk merayakan ulang tahun Justin.

"Gimana? Udah pada siap, kan?" tanya Daniel pada teman-temannya yang berada di sana.

Para sahabatnya pun mengangguk mantap. "Yaudah ayo mulai ngedekor,"

Melihat Zelda yang sedikit ling lung, Harsa beralih menarik pergelangan tangan gadis itu untuk berjalan mengikutinya.

"Bisa tiup balon gak lo?" tanya Harsa pada Zelda yang yang hanya iya-iya saja sejak tadi, gadis itu merasa sedikit canggung melihat teman-teman Justin.

Kini Zelda tengah terduduk di lantai untuk membantu Harsa meniup balon berwarna hitam dan putih.

sekitar setengah jam mereka mempersiapkan semuanya, Harsa kini terbaring di lantai lantaran kelelahan, "Berasa habis napas gue niup nih balon" keluh nya seraya berbaring dengan sedikit ngos-ngosan.

Melihat Harsa yang terus mengomel sejak tadi tentang kehabisan napas hanya karena meniup balon, Zelda menatap sinis ke arah lelaki itu. "Kayak punya napas aja lo,"

"kata Sera, mereka udah mau pulang, jadi lo pada mending siap-siap. Zel? lo aja yang pegang cake nya bisa?" tanya Daniel melihat Zelda yang terus-menerus di jahili oleh Harsa, "Bisa kok," jawab Zelda mengiyakan permintaan dari Daniel.

Setelah semua nya siap, mereka semua berkumpul untuk menunggu kedatangan Justin dan juga Sera.


﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Di perjalanan pulang, Justin dan Serana benar-benar tak memedulikan satu sama lain. Mereka bak sibuk dengan pikirannya masing-masing, sampai dimana Serana akhirnya membuka suara untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung itu, "Lo mau sampai kapan sih tinggal serumah sama adek sepupu lo itu?" tanya Serana melirik ke arah Justin yang tengah fokus menyetir.

Tanpa mengalihkan pandangannya, Justin menjawab, "Kenapa emang?" ucap Justin melempar balik pertanyaan pada gadis yang tengah terduduk di kursi penumpang yang berada di sampingnya itu.

Serana sempat berpikir sejenak, "Gak papa, sih. Cuma agak aneh aja, semenjak ada dia, lo jadi sering kena masalah, sering gak ikut kelas, di marahin dosen juga. Sadar gak sadar, dia tuh cuma jadi beban buat lo. Keliatan banget badan lo sekarang kayak kurang vit gitu, lo agak kurusan juga. Lo gak capek?" Serana terkadang merasa sedikit kesal pada Justin. Padahal Zelda bukan lah siapa-siapa bagi laki-laki itu, tetapi kenapa Justin sampai seperti ini hanya untuk menjaga gadis itu? Mereka bahkan tak ada hubungan darah. Serana merasa kehilangan seorang Justin semenjak kehadiran Zelda.

Kekehan kecil pun terdengar dari Justin. "Malahan semenjak ada Zelda, rumah gue jadi lebih nyaman rasanya. Dulu gue ogah-ogahan banget buat nginep di rumah itu saking gak nyaman nya. Sunyi, sepi...gue muak ngerasain itu semua. Pelarian gue satu-satu nya ya cuma Harsa. Hampir tiap malem gue nginep di rumah nya atau gak dia yang nemenin gue nginep di rumah. Tapi semenjak ada Zelda, gue bisa ngerasain rumah yang bener-bener rumah. Rumah buat gue pulang pas gue lagi capek, dan gue bersyukur bisa ketemu sama dia."


﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Baru saja Justin memasuki rumahnya dengan wajah kebingungan lantaran lampu di rumah itu tiba-tiba saja padam, namun saat laki-laki itu melangkahkan kaki nya, tiba-tiba saja para temannya muncul dengan heboh, "HAPPY BIRTHDAY!!!" teriak para teman-teman Justin dengan heboh.

Melihat semua hal yang ada di depannya ini membuat Justin sedikit kaget. Pasalnya, Justin saja melupakan hari ulang tahun nya, bagaimana bisa para temannya bisa ingat? Astaga.

"Malah bengong si monyet! Tiup dulu nih lilin, keburu meleber ke kue nya entar," ucap Harsa menarik lengan Justin untuk mendekat ke arah Zelda yang sedang memegang kue ulang tahun nya.

Menurut akan perintah dari Harsa, Justin baru saja ingin meniup lilin itu namun kaki nya sudah di injak duluan oleh Zelda, "Doa dulu! ucapin harapan lo, habis itu baru tiup lilinnya." cetus Zelda yang hanya di balas cengiran tidak jelas oleh dari Justin.

Kini mata Justin terpejam seraya mengucapkan harapannya dalam hati, entah apa yang di harapkan oleh laki-laki ini, hanya dirinya lah dan tuhan yang tahu.

Melihat Justin telah menyelesaikan arahan dari Zelda, gadis itu kini mendekatkan kue nya pada Justin agar laki-laki itu tak kesusahan saat meniup lilin nya. "Sekarang tiup lilinnya,"

Setelah selesai meniup lilin, Justin di arahkan oleh teman-temannya untuk ke ruang tamu.

"Potongan pertama buat siapa?" tanya Daniel seraya menyilangkan tangannya.

Kira-kira, siapa kah yang akan laki-laki ini berikan potongan kue yang pertama? "Gak usah sok lucu lo! Buka mulut lebar-lebar!" ucap Justin seraya menyuapi kue nya ke dalam mulut laki-laki itu. Ya, potongan pertama diberikan pada Harsa,  sahabat karibnya.

Setelah memberikan potongan pertama, kue itu kini di potong lalu di bagikan kepada para temannya, kecuali Zelda yang tengah duduk sendirian bak orang bodoh di sofa itu.

Kini semua temannya sudah mendapatkan potongan kue, dan ternyata kue yang sedari tadi Justin bagikan itu ternyata masih tersisa setengah, dan ada alasan mengapa Justin menyisakan setengah kue itu. Ya, untuk diberikan pada Zelda.

Justin berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju tempat dimana Zelda tengah duduk, "Nih, makan sampai puas," Zelda awalnya bingung, ia mengira bahwa Justin tak mengingat bahwa ada dirinya juga di dalam ruangan ini, ternyata ia hanya salah sangka.

Tak ingin membuang-buang waktu, Zelda mengambil alih kue yang berada di tangan Justin dengan senyum sumringah nya. Gadis itu menyantap kue nya dengan lahap, namun rambut nya terus saja bergerak mengganggu nya yang tengah ingin menikmati kue itu.

Kekehan ringan terdengar dari Justin saat melihat Zelda yang sedikit-sedikit menyingkirkan rambut nya saat sedang makan, "Mau makan kue apa makan rambut sih?" ujar Justin sambil membantu Zelda mengikat rambut nya. Untung saja Justin tiba-tiba menemukan sebuah karet, entah darimana datangnya

Di tengah-tengah Zelda memakan kue nya, Justin diam-diam menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit untuk dijelaskan. Seperti kebiasaan nya setiap hari, Justin mengusap pelan surai panjang Zelda. "Janji sama gue, lo harus tetep hidup sampai tahun ini, seenggaknya sampai tahun ini, Zel..."

THE MAGIC OF LIBRARY Where stories live. Discover now