26. taman cendana

117 21 3
                                    

"Gimana? Udah jadi, belum?" tanya Justin yang tiba-tiba saja muncul entah darimana, padahal Harsa baru saja mengirimkan pesan pada laki-laki itu sekitar 15 menit yang lalu.

Mendengar suara itu, Harsa dan Zelda menoleh dengan cepat ke arah asal suara itu, "Gercep amat lo, nyet? Ngebut lo?" tanya Harsa pada Justin yang langsung mendudukkan dirinya di samping Harsa dengan anteng.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Harsa, Justin berdiri lalu berjalan ke arah Zelda berada. Laki-laki itu melirik ke arah mangkuk yang berisi salad buah itu. Tampak begitu menyegarkan, "Punya gue." ujar nya lalu mengambil mangkuk itu dan berjalan ke arah tempat duduk nya semula.

Zelda yang tidak menyadari bahwa Justin barus saja mengambil salad buah yang sudah gadis itu siap kan untuk dimasukkan ke dalam Tupperware agar lebih gampang membawa nya nanti. Gadis itu langsung melirik ke arah Justin dan Harsa yang ternyata sudah menyantap salad buah itu duluan. "Woi?! Itu buat orang lain! Punya lo berdua yang di mangkuk satu nya lagi!"

Mendengar omelan Zelda, Justin dan Harsa hanya saling tatap saja, "Suapin Adek dong, Mas" goda Harsa pada Justin.

Justin yang melihat tingkah Harsa langsung menatap jijik ke arah laki-laki itu, "Gue gampar mau lo?" cetus nya kesal lalu kembali menyantap salad buah itu. Sedangkan Harsa malah tertawa renyah di samping nya.

Di lain sisi, ada Zelda yang yang tengah menonton Justin dan Harsa yang tampak menikmati salad buah buatan nya. Seperti nya Zelda memang berbakat untuk menjadi chef.

"Tin!" panggil Zelda, gadis itu awal nya ingin meminta izin untuk pergi sebentar ke taman agar bisa mengantarkan salad buah ini pada Juanda, namun belum juga Zelda selesai berbicara, Justin sudah menyela pembicaraan gadis itu, "Mau kemana?" tanya Justin seakan sudah tahu arah pembicaraan Zelda.

Zelda yang mendengar itu hanya tersenyum cengengesan, "Tau aja lo," Setelah menjeda ucapannya sejenak, Zelda kembali berucap, "Gue mau ke taman yang pernah gue datengin buat main skateboard itu loh, bentar doang kok. Janji"

"Asal gue yang anter" ucap nya menatap Zelda sambil terus menyuapi dirinya sendiri.

Zelda memutar bola matanya kesal, mau bagaimana lagi, ia harus menurut jika ingin tetap pergi. "Deal."

Menyimak percakapan keduanya, Harsa jadi ingin ikut, "Gue ik──"

"Gak." Kompak Justin dan juga Zelda. Padahal Harsa belum sempat menyelesaikan ucapannya, sialan sekali dia orang ini, "Gue belum selesai ngomong, anjir?" cetus Harsa merasa tak terima.

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Gadis itu kini berjalan menelusuri taman itu namun belum menemukan orang yang sedari tadi gadis itu cari, "Beneran disini gak, sih? Apa udah balik, ya? Mana gue gak tau alamat nya lagi," Gadis itu terus saja misuh-misuh sendiri sambil berjalan menenteng paper bag yang berisi salad buah buatan nya.

Zelda sempat menghentikan langkahnya sejenak lalu melirik liontin nya, "Daisy, beneran disini gak sih? Apa udah balik dia nya?" tanya Zelda seraya menoleh ke arah kanan dan kiri.

Namun liontin yang sedari tadi Zelda tanya itu malah tak merespon apapun, "Nih si Daisy lowbat apa gimana deh?" ujarnya bingung sendiri, lama-lama Zelda duduk juga untuk menghabiskan salad buah ini.

Beberapa menit setelah berjalan mengelilingi taman itu dan sama sekali tak menemukan Juanda, Zelda berniat untuk pulang saja, rasanya sungguh melelahkan. Bodoh nya lagi kenapa gadis itu tak bertukar nomor saja dengan Juanda untuk mempermudah mereka jika ingin bertemu seperti ini.

Merasa kesal sendiri, Zelda akhirnya berniat untuk pulang, namun tiba-tiba saja seseorang mendekati nya sambil menyodorkan sebuah handphone pada Zelda.

Bingung akan hal itu, Zelda menatap laki-laki itu bingung, "Kenapa, ya?" tanya nya bingung seraya memundurkan tubuhnya agar tak terlalu dekat dengan laki-laki itu.

"Boleh minta nomer telpon nya, gak?" ucap nya menyodorkan handphone nya pada Zelda.

Zelda yang masih diam membuat laki-laki itu menjentikkan jari nya di depan wajah Zelda agar gadis itu tersadar dari lamunannya. "Hey?"

"E-eh? Maaf tap──"

"Sayang!" panggil seseorang yang tiba-tiba saja datang menghampiri mere berdua, "Udah selesai belum? Kalau udah ayo pulang," ucap orang itu seraya melingkarkan lengannya pada pinggang Zelda. Sedangkan Zelda? Gadis itu malah membeku dan tak bisa bergerak sama sekali.

Setelah beberapa detik, baru lah gadis itu tersadar dari lamunannya. Kepala Zelda mendongak menatap seseorang yang tengah berada di sampingnya dengan lengan yang sedang bertengger di pinggang nya, "L-loh?" bingung Zelda, pasalnya orang yang tengah berada di samping nya itu adalah Juanda.

Juanda yang melihat Zelda tengah kebingungan pun akhirnya memberikan kode pada gadis itu agar mengiyakan pertanyaan tadi, "Hah? Ah! Iya, pulang yuk? Capek banget," keluh nya dengan wajah yang di buat-buat seakan-akan sedang kelelahan.

Melihat ekspresi Zelda saat ini membuat Juanda menahan senyumnya agar tak terlihat salah tingkah, "Pulang, yuk?" ajak Juanda seraya memberi salam pada laki-laki yang tadi meminta nomor Zelda lalu berjalan meninggalkan laki-laki itu.

Jangan tanya keadaan Zelda saat ini bagaimana. Jika bisa membakar taman ini, Zelda ingin membakar nya sekarang juga. Bagaimana tidak? Lengan Juanda yang di penuhi oleh urat-urat itu kini tengah melingkar di pinggang nya. Apakah Juanda sengaja menyerang love language Zelda?!

Setelah berjalan dalam posisi seperti tadi, kini mereka berdua sampai tepat di samping mobil Juanda. Laki-laki itu kini membukakan pintu untuk mempermudah Zelda untuk masuk ke dalam mobil nya.

Walaupun tak mengerti akan semuanya, Zelda menurut saja, mungkin Juanda akan menjelaskannya juga nanti. "Masuk gih,"

Setelah memastikan Zelda masuk ke dalam mobilnya, Juanda kini iku masuk ke mobilnya juga. Kini, mereka berdua berada dalam kecanggungan di dalam mobil ini.

"Kok bengong? Kaget, ya? Maaf, tadi gue gak sengaja liat lo keliatan gak nyaman pas lagi di pepet gitu sama cowok tadi, jadi ya gue samperin," jelas nya menatap Zelda yang masih malu untuk balik menatap Juanda, "Ini apa? Buat gue, ya?" lanjut nya saat melihat paper bag yang di bawa oleh Zelda.

Mencoba untuk menatap Juanda, Zelda benar-benar tak bisa menahan rasa malu nya. Sialan. "Eh? Iya, tadi gue nyari lo tapi gak ketemu-ketemu, jadi nya mau balik aja, tapi tiba-tiba di samperin cowok tadi,"

"Salad buah, ya?" tanya Juanda melirik isi paper bag itu.

Zelda melirik bingung ke arah Juanda, "Kok tau? Dukun ya lo?" ucap Zelda melirik curiga pada Juanda. Namun Juanda sendiri malah terkekeh sbil melihat ke arah jendela mobil, padahal aslinya laki-laki itu sedang menghindari kontak mata dari Zelda demi kesehatan jantung nya.

THE MAGIC OF LIBRARY Donde viven las historias. Descúbrelo ahora