09. ruang tengah

160 24 0
                                    

Hangat. Itulah yang dirasakan Zelda saat ini. Padahal di luar sedang hujan, tetapi gadis itu sama sekali tak merasa kedinginan. Bak ada seseorang yang tengah memeluknya dengan hangat. Zelda benar-benar merasa nyaman. "Bukannya salah-satu rules yang harus diikuti itu gak boleh ikut campur urusan masing-masing, ya? Lo sendiri yang bilang padahal," beber Zelda melirik sinis ke arah Justin yang entah kenapa tiba-tiba saja ingin melibatkan dirinya sendiri dalam masalah ini.

Merasa sedikit tersinggung, Justin mengalihkan pandangannya ke arah lain, "Ya gue cuma mau bantuin lo? Masa gak boleh? Harusnya lo ngucapin makasih atau apa kek, malah nyidang gue kayak gini" kesal Justin pada Zelda. Bukannya berterimakasih karena Justin menawarkan diri untuk membantunya, gadis itu malah mengintrogasi bak narapidana.

"Ya gak, aneh aja maksud gue, lo percaya sama cerita gue aja gak, sekarang tiba-tiba mau bantuin, kan gak masuk akal. Ada maunya ya lo?" Apakah pantas mencurigai orang yang berniat baik pada kita? Sebenarnya tidak, namun karena orang itu adalah Justin, jadi semua hal patut untuk dipertanyakan.

Justin memutar bola matanya kesal. "Mau gak? kalau gak ma──"

"Gak usah deh kayaknya. Gue gak mau tambah ngerepotin lo, tinggal bareng kayak gini aja udah bikin gue ngerasa beban banget, terus tiba-tiba gue nyeret lo ke masalah gue, keliatan gak tau diri banget," Padahal Justin belum menyelesaikan ucapannya tadi, tetapi Zelda sudah memotong ucapan Justin. Gadis ini benar-benar minta di musnahkan.

tubuh Justin sedikit mendekat ke arah Zelda yang tengah memasang raut wajah putus asa, "Zel, andai gue bener-bener terbebani dengan adanya keberadaan lo disini, udah lama gue ngusir lo. Tapi Lo liat sendiri, kan? Gue bahkan ngerasa lebih nyaman pas ada lo di rumah ini. Rumah ini dulunya bener-bener sunyi banget, gue gak pernah betah buat tinggal disini, bisa dihitung jari berapa kali gue nginep disini gara-gara ngerasa gak nyaman. Tapi pas ada lo, gak tau kenapa hawa rumah ini jadi beda banget. Suara lo yang cempreng itu selalu kedengaran tiap hari, gue jarang banget nunjukin sikap emosional gue ke orang-orang, tapi pas ada lo, gak tau kenapa gue jadi gampang emosian, dan anehnya gue malah suka hal itu. Gue bener-bener ngerasa kosong sebelum ada lo di rumah ini. Lo udah gue anggep layaknya adek gue sendiri asal lo tau." Bisa tebak ekspresi Zelda saat ini? Ya! Gadis itu tengah menganga mendengar penuturan dari Justin barusan. Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Zelda dengar dari mulut Justin. Apa laki-laki di depannya ini habis mendapatkan hidayah dari Tuhan? God!

Terlalu banyak yang ingin Justin sampaikan pada Zelda, namun saat melihat mata Zelda yang terlihat──mengantuk? Mungkin, "Tidur sana, besok temen gue bakal dateng. Kalau mereka nanya lo siapa, bilang aja lo adek sepupu gue," Mendengar ucapan Justin, Zelda langsung membelalakkan matanya.

Memperbaiki posisi duduknya, Zelda berdeham beberapakali. "Ada yang ganteng, gak?"

"Kalau ada pun gak bakal mau juga dia sama bocil kematian kayak lo." beber Justin melirik sinis ke arah Zelda, "Sana lo ke kamar, tadi aja ngantuk berat pas gue yang ngomong"

Belum juga apa-apa tapi Zelda sudah tertolak duluan. Sungguh miris nasib gadis itu. Setidaknya sebelum Zelda meninggal, dirinya harus memiliki pacar. Ingin merasakan rasanya di cintai oleh seseorang. Sial! kenapa Zelda jadi alay begini?

Malas berdebat dengan pikirannya yang terus saja memikirkan hal-hal yang diluar nalar, akhirnya Zelda berdiri dari duduknya, "Gue ke kamar dulu deh, mau tidur. Ngantuk berat." Setelah berpamitan pada Justin, gadis itu berlari kecil menuju kamarnya untuk beristirahat dari semua masalah hari ini.

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Disela-sela nyenyak nya tidur Zelda, tiba-tiba saja indera pendengaran gadis itu menangkap suara seseorang sedang tertawa. Tolonglah! Ini masih pagi?! Sial.

Dengan amat terpaksa Zelda membuka matanya perlahan menyesuaikan sinar matahari yang masuk melalui sela-sela matanya. Berusaha mengumpulkan nyawanya beberapa saat, Zelda menghela napasnya seraya mengucek matanya beberapa kali.

Selang 10 menit pada posisi yang sama, Zelda bangun dari kasur empuk itu lalu berjalan menuju kamar mandi nya untuk mencuci muka dan mengggosok gigi.

Setelah berkutat sekitar 15 menitan di dalam kamar mandi, Zelda akhirnya keluar dari sana dengan wajah yang segar. Entah apa saja yang sebenarnya gadis itu lakukan saat di kamar mandi hingga membutuhkan waktu 15 menit lebih. Dibilang mandi juga tidak.

Usai dari kamar mandi, Zelda mendudukkan dirinya di atas kasur dengan pikiran yang berkelana, "Tumben-tumbenan gue tidur tapi gak mimpi buruk, biasanya energi gue kayak terkuras habis kalau bangun tidur, tapi kali ini gue malah ngerasa seger benget. Aneh," Malas memikirkan semua itu, Zelda bercermin sekejap lalu keluar kamar untuk mengambil air minum ke dapur.

Jujur saja, ketika Zelda berjalan, gadis itu jarang sekali memerhatikan sekitarnya. Maka dari itu saat Zelda berjalan ke dapur, gadis itu sama sekali tak menyadari bahwa segerombolan orang yang tengah menikmati makanan dan minumannya di ruang tamu itu tengah memperhatikan Zelda yang amat anteng meminum air dari kulkas.

Entahlah, tetapi setelah menyelesaikan acara minumnya, Zelda merasa seperti ada yang sedang memperhatikannya. Merasa risih akan hal itu, Zelda mengarahkan pandangannya ke arah orang-orang yang tengah menatapnya.

Otak Zelda sempat blank beberapa saat, namun setelah beberapa saat, gadis itu menyadari sesuatu. Bukankah dia yang sedari kemarin yang membuat Zelda berpikir keras?! Sialan. Ternyata dia sendiri lah yang mendatangi Zelda.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya, Zelda berjalan cepat ke arah segerombolan laki-laki yang tengah sibuk berbincang itu. Secepat kilat tangan Zelda mendarat di pipi laki-laki yang sedang asik berbincang dengan temannya itu.

plak!

Tebak apa yang terjadi? Justin yang berada tepat di samping laki-laki yang telah di tampar oleh Zelda tentu saja merasa kaget, "Zelda!" Ada apa sebenarnya dengan gadis ini?! tiba-tiba muncul dan membuat masalah begitu saja?


THE MAGIC OF LIBRARY Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora