Calon Penduduk Sementara Graper 2

1.2K 233 23
                                    

Hanbin melempar tubuhnya ke atas ranjang. Membuat Hayi yang sedang membersihkan make up melirik sekilas pada suaminya. Ekspresi Hayi masih tetap datar, ia tak heran dengan tingkah dan drama Kim Hanbin.

"Heechul lama-lama jadinya malah eksploitasi anak," keluh Hanbin yang sudah tengkurap. Bibirnya sedikit maju, ia masih memakai kemeja dan celana bahannya. "Harusnya hari ini aku cuma ada satu praktik sore, tapi dengan kurang ajarnya dilanjut sampe malem."

Hayi hanya bisa menahan tawa, hampir seminggu ini keluhan Hanbin itu cuma tentang praktik dokter umum yang menjadi pekerjaan baru sang suami. Niat ingin leha-leha sampai tahun depan seketika sirna. Semua gara-gara Kim Heechul yang diam-diam mengurus surat izin praktik Hanbin.

Sejak surat tanda registrasi milik Hanbin terbit, sebenarnya mantan CEO Lambe itu ingin asik dengan dunia musik dulu. Sambil nunggu persiapan lanjut spesialis, rencana awal Hanbin itu mau nyiapin studio musik dia. Tapiii, Kim Heechul yang gemes sendiri liat anak ketiganya cuma leha-leha, akhirnya turun tangan.

Dan, setelah STR dan SIP ada. Hanbin langsung dieksploitasi untuk bekerja sebagai dokter umum. Dari lima cabang klinik KIM milik ayah, Hanbin praktik di dua sampai tiga tempat dalam sehari.

"Kamu udah makan?" tanya Hayi, ia sudah selesai menghapus make up, dan bergabung duduk di sudut ranjang. "Kalo belum aku angetin ayam goreng di bawah. Mau sop juga nggak?"

Hanbin mendongakkan kepalanya. "Di bawah ada Bunda, aku males denger ceramah," ucapnya kembali menelungkup. "Kamu beneran nggak setuju buat pindah?"

Selain perkara kerja sebagai dokter umum, Hanbin juga sedang berusaha membujuk istrinya untuk pindah rumah. Seminggu dua minggu dia masih tahan tinggal di rumah orang tuanya, ini sebulan lebih, Hanbin kena mental. Niatnya nikah mau bebas, malah jadi jelmaan Haruto yang sering diomelin.

"Aku setuju pindah, tapi nggak di samping rumah Ten," balas Hayi yang sebenarnya menyetujui untuk mencari rumah kontrakan selagi menunggu rumah di sebelah orang tuanya dapat mereka huni. "Mending isi rumah Bang Ibob sama Teh Jisoo, kita kontrak itu aja."

Suara rengekan tidak jelas Hanbin masih tetap bisa di dengar walau tertahan oleh kasur. Kakinya juga bergerak-gerak tidak beraturan. Pria itu merengek seperti anak kecil yang nggak dikasih izin buat main ke lapangan. "Cuma setengah tahun, Ay."

"Cuma? Setengah tahun jadi tetangga Ten itu bikin mental aku nggak sehat, Yaaang."

Hanbin beranjak dari posisi tengkurap, ia duduk bersila, berhadapan dengan Hayi. "Setengah tahun tinggal di sini juga nggak baik buat mental aku, Aaay."

"Ya, makanya kontrak rumah Bang Ibob aja. Atau sewa apartemen. Aku mending tinggal di studio daripada tetanggaan sama Ten."

Masalah Hayi itu bukan tentang tinggal di mana, tetapi siapa tetangganya. Bayangin aja hidup bertetangga dengan manusia yang tingkahnya sejenis sama Hanbin. Hayi yakin bukan hanya Ten yang sering mengusik tempat tinggalnya kalau ia jadi tinggal di Graha Permai Dua.

"Ya udah, kita ngontrak yang di sebelah rumah Jun aja--"

"Mereka tetanggaan Kim Hanbin!" sewot Hayi. Kalo aja nggak inget dosa, udah diselengkat kepala suaminya ini.

Ya, gimana. Rumah kosong yang lagi dikontrakin itu berada di antara rumah Jun dan Ten, terus sebrangan sama rumah Chanhyuk. Bayangin kalo Hanbin sama Hayi beneran ngontrak di sana. Bisa-bisa Hayi jadi pasien pertama suaminya pas udah jadi spesialis jiwa.

"Ay, itung-itung pelepasan sebelum aku beneran keluar dari perumahan ini."

Hayi tetap bungkam, ia justru beranjak dari tempat tidur. "Aku siapin makan malem buat kamu, mandi dulu, gih," perintahnya dan memilih untuk menuju lantai satu, meninggalkan Hanbin sendirian di kamar.

[3] KIMcheees 3x✓Where stories live. Discover now