Panitai Acara

792 169 21
                                    

"Berhasil, kan? Saran siapa duluuu, Lee Hayi!" Dengan angkuh ibu hamil itu tersenyum miring dan membetulkan kacamata hitam entah milik siapa.

Jungkook berdecih, melirik sebal pada kakak ipar kekasihnya, "Songong banget ibu hamil satu ini," sinis satu-satunya lelaki di antara para manusia di ruang tamu keluarga Jinan itu. "Untung berhasil, kalo kagak lo juga didepak dari The Ipar's, Teh."

Berbagai jenis bungkus makanan semuanya dilempar pada Jungkook. "Lo yang didepak!" sahut Ahra membela Hayi. 

"Jangan songong, Ra! Belum aman banget posisi lo!" Jungkook ini kayaknya lagi hipertensi, dia emosian banget dari sejak datang. "Nggak boleh congkak, masa-masa rawan lo ini."

Acara lamaran Donghyuk dan Ahra memang tidak besar-besaran, bahkan tidak diunggah ke sosial media siapapun. Jungkook saja diminta untuk tutup mulut agar tidak sebar-sebar kabar ini pada tetangga yang lain. Pokoknya Ahra dan Donghyuk kompak berencana untuk tidak menyebarkan berita lamaran mereka. Biar tau-tau sebar undangan aja."

"Ini kita jadi bikin baju kagak?" tanya Hayi yang sudah menemukan posisi duduk yang tepat dengan keadaan perutnya yang sekarang. "Desember gue lahiran, ini tolong banget lo nikah setelah gue lahiran aja, Ra."

"Yeu!" Jisoo dengan gemas menoyor adik iparnya. "Ya kali di surat undangan Ahra sama Dongi pas bagian tanggal ditulis 'setelah Hayi lahiran.'"

Hayi merengut sebal, "Perkiraan gue lahiran akhir November atau awal Desember--"

"Anjir, Sagitarius!" potong Jungkook dan langsung mendapatkan lemparan bantal sofa oleh Sana. "Ampun, ampun, ampun."

Ini Jungkook udah jadi pemegang tahta terendah, terus mulutnya minta dikremasi. Mana posisinya sebagai anggota The Ipars's belum aman banget lagi.

"Pokoknya lo nikah akhir Desember aja, Ra."

Jisoo menatap heran pada para manusia yang menjadi ipar dan calon iparnya. "Kan, tanggal nikahan udah ditentuin waktu lamaran. Emang kalian nggak denger?"

"Lah, emang iya?" tanya Hayi dan Jungkook kompak.

Jisoo memutar bola matanya dengan malas. "Minimal kalo fokus sama hidangan, kupingnya tetep dengerin orang ngobrol, lah!"

"Gue di depan, kan nggak bisa duduk lesehan," bela Hayi menutupi kebodohannya yang saat acara lamaran kemarin dia malah fokus sama kue putu. "Emang acaranya kapan?"

"Tahun depan, pas anak kedua lo lahir," jawab Jisoo asal. Perempuan itu langsung beranjak saat mendengar teriakan Dihan. Sedari tadi anak-anaknya memang ditinggal di kamar utama, bermain bersama bocah lainnya dengan Mara sebagai pengasuh.

Tak hanya Jisoo, Sana juga ikutan beranjak. Kalau sampe Dihan teriak, sudah pasti kerusuhan sudah sangat parah. Kasian banget Mara, dateng ngumpul cuma jadi pengasuh para keponakan Haruto. Tapi, menurut Mara dia mending gabung sama para bocah, daripada sama para tetua. 

"Ini anak lo tolong jangan agak liar ya, Teh," ucap Jungkook yang tak ada niatan untuk membantu para ibu-ibu yang sedang melakukan misi perdamaian.

Ahra berdecih, perempuan itu menyesap es kopinya. "Bibit Kim Hanbin, Jek. Lo nggak bisa ngarep itu bocah waras," sahutnya dengan nada sinis, "anaknya Mas Jinan aja liar."

Sudah biasa menerima stereotipe seperti itu, Hayi dengan santai menerimanya. "Siapa tau ada keajaiban," sahutnya sembari menikmati camilannya, "Dihan aja bapaknya liar, tapi dia normal."

"Gue lebih berharap semua anak lo nggak galak, sih," sahut Jisoo yang sudah mendamaikan kerusuhan yang diciptakan oleh Jihan. "Bayangain galaknya Hayi sama Hanbin disatuin."

[3] KIMcheees 3x✓Where stories live. Discover now