Hayi dan Segala Tingkahnya

930 217 38
                                    

Tangan kiri Haechan menggaruk kasar kepalanya yang tidak gatal, sedangkan tangan kanannya masih terus berusaha menyeimbangkan lato-lato untuk tetap berbunyi. "Ini mau sampe kapan, Teh?"

"Terus!" titah Hayi yang masih mendengarkan suara yang dihasilkan dua bandul lato-lato itu. "Lucas mana? Panggil mereka juga, dong! Biar suaranya makin kuat."

Kalau Hanbin muak setengah mampus sama bunyi cetak-cetok dari lato-lato, beda lagi dengan istrinya. Belakangan ini Hayi justru sering memanggil para manusia kematian itu ke rumah, menitah mereka bermain lato-lato. Padahal sekarang udah nggak musim lagi.

"Naon, Chan?" Suara Lucas terdengar dari ponsel Haechan, "Aing baru pulang."

Ini kemampuan main lato-lato Haechan hebat loh. Tangan kanannya masih terus bergerak, sedangkan yang kiri megang ponsel, bahkan sampai menelpon Lucas. "Ke rumah Teh Ayi, Bang. Ada traktiran, tapi harus konser dulu--"

"GAAAS--"

"Ajak Daehwi, Guanlin, sama yang lain!" sahut Hayi.

Iya. Lee Hayi yang awalnya menolak keras untuk pindah sementara ke Graha Permai 2 kini justru berbaur dengan baik dengan penduduk lainnya. Bahkan sekarang Hanbin yang terlihat menyesal. Setiap pulang kerja, halaman depan rumahnya sudah berubah menjadi markas para bocil kematian.

"Teh, bikin seblak lagi, laaah," Daehwi baru saja muncul, lelaki itu datang dengan celana bola bersib dan kaus power rangers ala-ala anak SD. Padahal itu bocah udah kuliah. "Gue nyumbang bawang putih, nih."

Hayi mengacungkan ibu jarinya. "Ambil gas portabel di samping, bahan-bahannya juga!" perintah wanita itu dengan santai.

Mereka memang kumpul di teras rumah. Dengan kompor portabel dan dapur darurat yang pindah ke halaman depan. Luar biasa memang Hayi dan pengikut sektenya ini.

Bahkan saat belanja bulanan, Hayi tak hanya membeli untuk jatah makan ia dan Hanbin. Ada perut rakyat-rakyat Lee Hayi yang harus diberi sesajen juga. Mereka sering membuat inovasi makanan virap tiktok.

Dari seblak kuah, seblak cobek, cilor, maklor, kolor, semua udah mereka buat. Terakhir aja Haechan sama Daehwi ngide bikin telur gulung, tapi endingnya malah emosi mereka yang kegulung.

"Hari ini mau bikin apa, Teh?" Guanlin baru saja muncul, lelaki itu sudah langsung paham. "Seblak lagi?"

Sanha yang datang bersama Guanlin jelas langsung jingkrak-jingkrakan, dia merasa bangga karena membawa sesuatu yang berhubungan dengan rencana masakan pasukannya. "Gue bawa ceker, gue bawa ceker! Gila, sih, ini ikatan batin kita kuat banget!"

"Lebih ke ikatan lambung, sih," sahut Lucas yang sudah menyiapkan kompor portabel. "Lin, beli gas lagi sono! Mau abis kayaknya ini."

"Nggak ada motor, A!"

"Noh, motor listrik Kak Ten nganggur. Abil aja udah."

Ideologi anak Graha Permai 2 emang Barang tetanggaku juga bisa aku pakai. Agak resek emang.

"Pake motor Hanbin aja, noh! Sekalian beli kwetiau di pasar--"

"Dumpling juga!" sahut Daehwi semangat. "Gue ikut, deh!"

Ini, nih, yang Hayi suka. Ada banyak manusia yang sama doyan makannya kayak dia. Yang bisa dia suruh-suruh, yang bisa dia ajak makan tanpa mikiri diet, atau bahkan nggak sehat.

Seriusan, mereka pernah kompak diare berjamaah gara-gara makan kerupuk setan yang dipakein bubuk cabe sebanyak setengah kilo.

Syukur mereka cuma sampe mencret, nggak masuk IGD apalagi meninggal gara-gara kehabisan cairan.

[3] KIMcheees 3x✓Where stories live. Discover now