Prolog | Rima Bercerita

341 26 5
                                    

Now Playing | Ienakatta koto - Thinking Dogs

Cerita ini saya persembahkan untuk semua orang yang telah mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh

Selamat Datang Semuanya ✨






HUJAN BULAN JUNI

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

(Sapardi Djoko Damono, 1989)


Hujan Bulan Juni.

Seperti judul sajak itu, juni di Jepang tahun ini benar-benar dilanda hujan yang lebat. Bulan yang seharusnya sedikit lebih hangat, kini hanya menyisakan dingin yang menusuk tulang.

Beruntungnya, perpustakaan kampus punya hawa cukup hangat untuk seorang mahasiswi kurang kerjaan yang kabur dari kelas karena dosen tidak bisa mengisi kuliah kali ini. Bukannya belajar mandiri, gadis itu justru menyendiri di sini. Duduk diantara rak-rak yang di dalamnya tersusun lembar demi lembar kertas beraroma khas.

Tangannya memegang buku kumpulan sajak karya Sapardi Djoko Damono. Gerakan mulut, mata dan deru nafasnya berjalan seirama, mencerna kata demi kata pada buku bacaannya.

Hingga, dia tiba di halaman itu. Halaman dimana dia akan menatap lebih lama dari biasanya. Halaman yang selalu membuatnya teringat masa dimana dia dipaksa menerima kenyataan bahwa apa yang diinginkan memang tak selalu bisa terealisasikan.

AKU INGIN

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada

(Sapardi Djoko Damono, 1989)

Rima, gadis yang bersembunyi dari dinginnya hujan bulan juni itu tersenyum, membuat titik cekung kecil di pipi kanannya terlihat. 'Hujan Bulan Juni' memang sajak favoritnya diantara sajak-sajak karya Sapardi Djoko Damono yang lain. Namun, 'Aku Ingin' selalu punya tempat tersendiri di dalam hati.

Sudah lima tahun berlalu sejak pertemuannya dengan tuan mengagumkan itu. Namun, Rima bahkan masih sangat ingat apa yang dia kenakan di hari itu.

Baju kaos persatuan osis berwarna hijau botol yang dimasukkan kedalam celana hitam yang warnanya sudah sedikit pudar, sabuk dengan logo sekolah yang melingkar di pinggang rampingnya, sepatu pantofel hitam berdebu yang sepertinya tak pernah dicuci dipasangkan dengan kaos kaki berwarna senada, kalung hitam dengan hiasan koin kuno yang tidak pernah dia lepas, dan yang paling khas darinya adalah ransel coklat muda usang yang dari jauh kelihatan seperti karung goni.

Kulitnya sawo matang, berperawakan tinggi dengan rambut ikal yang sering di potong satu senti.

Namanya Sajak Jati Aksara. Si senior berwajah bengis dengan senyum yang manis

Rima tau, Kak Sajak memang tak sepopuler kakak kelas lain.

Dia bukan kakak kelas yang jadi pusat perhatian saat tangannya dengan lihai memainkan dan memasukkan bola ke dalam ring.

Dia juga bukan kakak kelas pintar yang setiap jam istirahat selalu menyempatkan diri untuk belajar di perpustakaan.

Dia jauh dari kriteria kakak kelas populer yang pasaran seperti itu.

He's cool the way he's are.

Dia berbeda. Dia bisa merebut perhatian orang dengan caranya sendiri. Dengan pesona yang hanya kelihatan oleh orang yang benar-benar membuka matanya lebar-lebar.

Dan orang itu, adalah Rima. Rima Gantari Poetry.

Setabah hujan bulan juni, Rima merahasiakan rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.

Sebijak hujan bulan juni, Rima menghapus jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.

Searif hujan bulan juni, Rima membiarkan yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.

Untuk Kak Sajak, Rima seperti kayu yang tak sempat mengucapkan kata kepada api yang menjadikannya abu, juga layaknya awan yang tak sempat menyampaikan isyarat kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Kisah cinta tak terbalas mungkin tak akan seindah kisah-kisah cinta lainnya. Bahkan ada yang bilang, ia tak begitu layak disebut sebagai sebuah kisah cinta.

Namun, Rima tetap ingin bercerita.

Karena bagi Rima, ceritanya bersama Kak Sajak terlalu indah untuk ia simpan seorang diri.

Sampai saat ini, Kak Sajak mungkin tidak pernah tau betapa dalamnya Rima menjatuhkan hati padanya.

Tapi orang lain harus tau, bahwa di dunia ini ada seorang pemuda bernama Sajak Jati Aksara yang pernah membuat seorang Rima Gantari Poetry jatuh hati sejatuh-jatuhnya.

Tapi orang lain harus tau, bahwa di dunia ini ada seorang pemuda bernama Sajak Jati Aksara yang pernah membuat seorang Rima Gantari Poetry jatuh hati sejatuh-jatuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo semuanya...

Selamat datang di cerita ini. Terima kasih banyak sudah mau membaca cerita dari Sajak dan Rima.

Di Bulan yang spesial ini, Saya memberanikan diri untuk mempublikasikan cerita yang juga spesial bagi saya.

*Ralat, tepatnya sangat spesial.

Semoga kalian suka dan betah ya.

Tapi kalau setelah membaca ternyata kalian nggak suka, feel free to leave.

Selanjutnya, cerita akan flashback ke masa SMA-nya Rima.

Ciao!

- Garis Magis -

P.s. Juni bulan favoritnya Rima ^_^

Sajak dan RimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang