15 | Partner In Kebelet

26 5 0
                                    

Now Playing | Curi-curi - Hivi!





Setelah tragedi di gerbang samping sekolah kemarin, Rima harus rela dijuluki sebagai perempuan penunggu gerbang samping oleh teman sekelasnya. Julukan itu bahkan menyebar luas hingga ke kelas sebelah, yaitu kelas 10 Mipa 1 yang semua siswanya adalah laki-laki.

Tapi dampak positifnya, area gerbang samping yang biasanya sepi itu kini ramai oleh siswa siswi yang bercengkrama di sana. Satu-satunya alasan sekolah memperbolehkannya dijadikan tempat berkumpul adalah karena area tersebut diawasi oleh CCTV. Jadi kalau terjadi apa-apa, terdapat rekaman CCTV sebagai bukti.

"Wihhh perempuan penunggu gerbang samping kita akhirnya datang juga teman-teman!" Seorang pemuda dari kelas 10 Mipa 1 berseru girang saat melihat Rima baru sampai di sekolah lima menit sebelum bel masuk.

"Kita patut berterima kasih ke Rima. Berkat dia kita bisa berkumpul bersama di tempat ini tanpa memandang genre" Rima tahu betul siapa pemuda konyol yang berbicara itu bahkan tanpa melihatnya.

"Gender, tolol!" Orang-orang disekitarnya memprotes masal.

"Biasa aja dong! Sengaja gue plesetin dikit, biar lucu" pemuda yang memang terkenal sok tau itu adalah Imam, masih ada hubungan keluarga dengan Rima.

"Lucu dari mananye! Bikin lu kelihatan goblok mah iya!"

Percakapan diantara para lelaki memang penuh dengan kata-kata yang sarat akan pesan moral. Yaitu, jangan di tiru. Lagian ngapain juga Rima masih tetap berdiri menonton mereka berdebat begini. Setelah tersadar dari ketersesatannya, ia melanjutkan langkah menuju kelas.

"Ayo lah Mayy... Udah di ujung banget ini..."

"Apaan sih anjay. Timbang pipis aja kudu ditemenin."

Baru memasuki kelas, Rima sudah disambut oleh kata yang langsung membuat telinganya bergerak aktif mencari darimana suara itu berasal.

"Siapa tuh yang kebelet pipis?" Rima bertanya ke seisi kelas.

Raisa yang mendengar kata itu dari Rima pun langsung berhenti dari aktivitas ngorekin kukunya. "Pipis? Siapapun itu, ayo gue temenin!" Gadis itu berkata antusias.

Ranti, si gadis yang tadi memelas meminta ditemani ke toilet oleh Maya teman sebangkunya seketika diam. Sejujurnya, gadis itu agak takut dengan reaksi berlebihan Rima dan Raisa. Kenapa mereka berdua terdengar sangat tertarik dengan aktivitas rahasia itu? Apakah karena...

"Ini! Si Ranti. Katanya udah kebelet banget" Maya langsung menunjuk Ranti di dekatnya.

"Ranti, Ayo! Gue temenin!" Rima berlari menuju bangku Ranti dan Maya.

"Gue juga ikut Ran! Kalau perlu, gue temenin sampai dalem!" Raisa ikutan mendekati gadis itu.

Ranti yang sudah dikerubungi dua orang gadis yang matanya berbinar cerah itu kini nampak takut. Kesannya, mereka seperti orang mesum yang sedang mencari mangsa.

"Ng-nggak! Nggak jadi!" Ranti segera menggeleng.

"Lah? Tadi katanya udah di ujung. Udah sono, pergi aja. Daripada ntar lo pipis di celana kan repot" Maya mendorong gadis itu. "Gue lagi ngerjain PR ini. Bentar lagi Pak Tomi masuk, bisa brabe kalau gue belum jadi."

"Nah, itu! Bentar lagi kan Pak Tomi masuk. Yaudah, nggak usah. Gue bisa tahan kok sampai jam istirahat" Ranti mencari alasan lagi.

"Nggak boleh! Lebih baik lo nahan boker daripada pipis!" Raisa mengacungkan telunjuk ke wajah Ranti.

"Iya Ran. Kata Pak Hanan, nahan pipis itu bisa mengakibatkan batu ginjal!" Rima menambahkan dengan salah satu pernyataan yang pernah dikatakan guru biologinya.

Sajak dan RimaWhere stories live. Discover now