2 | Melambung Sampai Tersanjung Tanpa Tersandung

115 14 4
                                    

Now Playing | Remaja - Hivi!




Sudah pukul setengah 12 malam, namun mata Rima belum juga bisa terpejam. Yang dia lakukan sekarang hanyalah berguling kesana-kemari di atas kasur hingga tubuhnya terlilit selimut dan-

BRAK!

Dia terjatuh.

"Aduh..." Rima mengelus bokongnya yang sakit.

Masih pada posisi semula, pandangan Rima seketika jatuh pada langit-langit usang kamarnya. Entah bagaimana caranya, bercak-bercak keusangan di sana kini dilihatnya berubah menjadi wajah Kak Sajak dengan senyuman manisnya. Untuk beberapa saat, gadis itu tersenyum bahkan sampai nyengir lebar menikmati bayangan semu dari wajah manis itu. Hingga, pikiran realistisnya segera muncul memperingatkan.

'Itu bukan cinta Rima. Itu hanya rasa kagum sesaat saja.'

Benar. Rima harus percaya itu. Bagaimana bisa dia jatuh cinta dalam waktu setengah hari? Apalagi hanya karena alasan senyumannya yang manis.

Rima mengerjap lalu menggelengkan kepala agar segera tersadar. Dia kemudian bangkit dan kembali ke atas kasur untuk mengumpulkan tenaga agar di kelanjutan MOS besok pagi energinya tidak habis sebelum waktunya.

Tapi, satu yang membuat Rima penasaran. Apakah efek senyuman seorang Sajak Jati Aksara memang sedahsyat ini?

.

Hari ke-2 MOS

Berbeda dengan hari pertama yang kebanyakan dihabiskan untuk perkenalan, Rima punya firasat kalau hari kedua ini pasti akan menunjukkan sisi realistis dari MOS yang sebenarnya.

Kejahilan dari para Senior pendamping pasti akan dikeluarkan di sini. Entah hal aneh dan nyeleneh apa yang akan mereka perintahkan kepada para juniornya nanti. Mereka hanya perlu menunggu waktu eksekusi saja.

"Selamat Pagi semua!"

Kak Satya dan Kak Sajak memasuki ruangan dengan ekspresi yang kontras satu sama lain. Kak Satya dengan wajah protagonis yang tersenyum, dan tentu saja Kak Sajak memilih menjadi si antagonis daripada harus bersusah payah memasang wajah ramah.

"Pagi Kak!" Seisi ruangan menjawab serempak.

"Wah... Sekarang mukanya udah kelihatan agak segar ya, beda sama kemarin yang letoy banget kayak kerupuk kena air."

Perkataan Kak Satya membuat para adik-adik asuhnya tertawa. Bahkan Rima bisa menangkap sedikit sudut bibir Kak Sajak tertarik. Secara tak sadar, Rima jadi ikut tersenyum.

"Seblak dong Kak!" Si cowok jangkung bernama Roza dari bangku tengah menyahuti perkataan Kak Satya.

"Wah enak tuh seblak! Bisa kali di traktir Kak Satya sama Kak Sajak...." Adisti si supel ikut nimbrung seperti biasa.

"Bisa... Tapi kalian harus ikutin apa kata saya dulu. Mau?" Kak Satya mengangkat alis.

Setelah itu, Rima tak memperhatikan apa yang sedang dibicarakan orang-orang satu kelas. Dari suara tawa yang terdengar mendominasi, sepertinya bukan hal yang penting. Paling mereka hanya bercanda dan saling roasting satu sama lain sebagai pemanasan untuk membuka percakapan di pagi hari ini.

Untuk itu, Rima memilih duduk setenang mungkin di meja baris terdepan dekat pintu masuk seperti posisi kemarin. Berada diantara orang-orang yang tak dia kenal dengan baik membuatnya seketika menjadi orang pendiam yang punya image kalem. Padahal mereka belum tau saja hal gila apa yang sering dipikirkan gadis itu saat sedang melamun.

Sajak dan RimaWhere stories live. Discover now