6 | Merayakan Kesedihan

59 11 2
                                    

Now Playing | Liar Angin - Feby Putri






"Bakal rame gak ya jadinya kalau sekarang gue tiba-tiba dateng dobrak pintu sambil menodongkan gagang sapu ke mereka terus teriak, 'CEPAT SERAHKAN TANDA TANGAN KALIAN!'"

Rima langsung tersedak es cekek yang sedang diminumnya. Bisa-bisanya gadis kecil nan mungil ini punya pikiran seliar itu.

Sambil mengelap dagunya yang basah karena es cekek tadi, Rima meladeni perkataan nyeleneh Yara. "Kalau rame sih relatif Yar. Mumpung di sini sekarang sepi, kayaknya nggak. Tapi masalahnya, lo udah siap belum digantung Kak Gaha di gantungan gitar ruang musik?"

Benar. Yara dan Rima sekarang tengah berada di bawah jendela ruang musik tempat dua senior yang paling dicari sedang bersembunyi. Dua manusia penuh drama itu sekarang memilih melarikan diri untuk nge-band di sini.

"Nama mereka siapa aja sih? Yang cowok siapa, terus yang cewek juga."

Rima mengeluarkan kertas tanda tangannya yang dilipat di dalam saku celana. "Yang cowok Gaharu Sastrajaya, terus yang cewek RR. Adinda Ayu Kencana."

Yara tercengang dengan nama-nama indah yang disebutkan. "Buset. Nama mereka cakep-cakep amat. Apalagi yang cewek. Vibesnya kayak nama keluarga bangsawan."

"Ya emang. RR kan singkatan dari Raden Roro. Berarti dia masih ada garis keturunan bangsawan."

"Edan. Sekolah ini ternyata penuh dengan orang kaya nyebelin" Yara berdecak kesal.

"Ini masih belum apa-apa Yar. Setelah dengar cerita gue, lo pasti bakal ngamuk kayak emaknya opet" Rima bersandar pada tembok di belakangnya, kemudian menyedot es cekek yang dia pegang.

"Cerita apaan tuh?" Yara yang penasaran langsung menghadap Rima.

"Tapi janji dulu jangan heboh!" Rima memperingatkan. "Gue gak mau kita ketahuan."

Yara mengangguk ragu. "Gue usahakan."

"Ah elah! Yaudah deh, lagian gue juga butuh teman untuk berbagi kekesalan ini" Rima yang awalnya jongkok, memperbaiki posisi duduknya jadi bersila.

Yara pun demikian. Karena terlalu excited untuk mendengar gosip yang sepertinya akan jadi berita ter-hot seantero sekolah, gadis itu sampai merelakan kebersihan celana training barunya.

"Jadi gini..." Rima mulai pemanasan dengan merenggangkan otot-otot tangannya. "Lo tau Adisti?" Gadis itu membuka ceritanya dengan pertanyaan.

"Temen kelompok lo yang cakep?" jawab Yara.

"Betul!" Rima senang Yara tau basic dari topik gibah kali ini. "Jadi selama ini, ternyata dia pacaran sama ketua osis Yar!" Rima berseru pelan, namun dengan penuh penekanan dan gerakan tangan heboh, berharap Yara akan tercengang dengan gosip tersebut.

"Udah tau" reaksi Yara justru diluar dugaan. "Terus?"

"Loh? Kok udah tau?" Heran Rima. "Lo nggak salah orang kan? Maksud gue itu, Adisti Triananda, pacaran sama Kak Cakra Putra Bahana si ketua osis."

Yara memutar bola matanya kesal. "Iya Anjir. Emang orang mana lagi yang namanya secetar membahana itu? Nama belakangnya aja Bahana. Mereka berdua kan udah pacaran sejak SMP."

Kali ini, Rima yang tercengang. Baru saja mencoba peruntungannya di dunia pergosipan sekolah, dia sudah gugur saja. Ternyata Yara yang selama ini kelihatan lebih cuek dengan segala sesuatu lebih suhu dari Rima yang diam-diam memperhatikan.

Sajak dan RimaWhere stories live. Discover now