16 | Kopsis dan Rutenya

12 3 0
                                    

Now Playing | Teman Sejati - Hivi!




Banyak jalan menuju kopsis. Namun menempuh jalan terjauh dan memutar-mutar adalah rute wajib yang harus dilalui Yara, Rike, Alin dan Karin, hanya untuk menyenangkan hati Rima dan Raisa.

"Ini kudu tiap hari banget gitu kita ke kopsis pake acara muter-muter begini?" Protes Yara.

Alin berdecak kesal. "Padahal menurut rumus phytagoras, kita bisa sampai tujuan melalui jalan paling cepat dengan memotong jalur dari kelas pojok ini terus lurusss aja lewat lapangan dan akhirnya sampai di kopsis."

"Tapi menurut teori kesehatan, jalur yang kita tempuh sekarang ini adalah jalan tersehat karena kegiatan ini bisa dikatakan sebagai olahraga" suara itu berasal dari Rima yang menjelaskan sambil tersenyum.

Raisa mengacungkan dua jempolnya pada Rima. "Semua jempol tangan dan kaki gue hari ini buat lo!" Katanya semangat.

"Alah! Gak usah sok-sokan ngomongin olahraga kalau pas disuruh lari kalian berdua selalu jadi kedua terakhir!" Rike ikut memprotes, membuat Rima dan Raisa seketika terdiam.

"Kalau gue gapapa sih. Hitung-hitung cuci mata lihat Kak Fatih."

Kelima gadis lainnya langsung menghentikan langkah dan melihat Karin sebagai pemilik suara. Mereka tercengang mendengar gadis yang terlihat apatis dengan segala hal itu kini mulai terdengar tertarik akan sesuatu. Apalagi sesuatu itu adalah seorang cowok.

"Rin?" Alin memegang kedua bahu Karin kemudian mengguncangkannya. "Selamat wahai sahabatku!" Gadis itu berseru girang.

"Selamat buat apaan?" Karin memasang wajah bingungnya.

"Selamat karena lo udah nggak nolep lagi! Sekalinya tertarik sama sesuatu, langsung ke cowok. Wahhh hebat!" kini giliran Raisa yang mengguncangkan tubuh gadis mungil itu.

"Nolep itu apa?"

Mendengar pertanyaan polos terkesan bodoh dari Karin, Yara seketika menghela nafas. "Percuma ngomong sama ni orang" katanya lemas. "Mending kita lajut jalan aja. Gue udah haus banget ini" Yara berjalan memimpin gerombolan, kemudian diikuti lima sahabatnya di belakang.

"Sebentar lagi kita masuk koridor kelas 12. Tolong jangan heboh. Terutama Raisa" Yara mulai memperingatkan. "Karena kemarin kita udah duluan lewati kelas Kak Daffa, hari ini giliran Rima" mendengar perkataan Yara, Rima tak bisa menahan senyumannya, sedangkan Raisa hanya mengangguk singkat.

Koridor ruang guru dan kelas 11 berhasil dilalui dengan selamat hingga akhirnya mereka sampai di area kelas 12. Tepatnya di persimpangan jalan antara jurusan IPA dan IPS.

"Gue ingetin sekali lagi, Rai-"

Belum selesai dengan kalimat peringatannya, Rima dan Raisa sudah berjalan lebih dulu menuju koridor kelas Kak Sajak. Khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan, yang lainnya langsung menyusul kedua gadis itu.

"Rai" Rike memepet Raisa sedekat mungkin. "Rai, inget, ini bukan tentang lo. Bukan kisah cinta lo. Gue tau kalau lo emang selalu semangat kalau masalah cowok ganteng. Dan gue juga tau, lo juga berniat baik untuk menemani Rima. Tapi, tolong jangan bikin dia malu karena kelakuan lo, oke?" Rike berbisik sepelan mungkin.

"Iya... Nggak akan. Santai aja. Gue cuma-"

"Oke. Kalau begitu, biarin Rima jalan duluan. Dan, sendirian. Jaga jarak minimal satu meter dari dia" Rike memotong perkataan Raisa lalu menarik gadis itu menjauh dari Rima secepatnya.

"Ke, gue harus gimana?" Kini Rima berbalik dengan wajah bingung sekaligus khawatirnya.

"Jalan kayak biasa aja. Gue percaya sama lo, karena lo bukan Raisa" Mendengar itu, Rima tersenyum merasa yakin dengan diri sendiri. Sedangkan Raisa tentu saja langsung memanyunkan bibir kesal.

Sajak dan RimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang