19 | Tragedi Toilet Kepepet

23 3 0
                                    

Now Playing | Kereta Kencan - Hivi!





Hari ini, genap seminggu sejak terakhir kali Rima melihat Kak Sajak. Sejak keluar dair perpustakaan kemarin, dia benar-benar tak pernah peduli dengan apapun yang berhubungan dengannya. Begitu pula para sahabatnya yang tak pernah mengungkit tentang pemuda itu lagi seakan mengerti kalau Rima sudah tak ingin tahu-menahu apapun tentangnya.

Kegiatan menuju kopsis dengan rute memutar-mutar masih dilakukan, namun hanya untuk Raisa saja. Pada awalnya para sahabatnya tentu merasa aneh dengan perubahannya yang signifikan. Rima yang biasanya selalu bersemangat setiap jam istirahat, kini tampak biasa saja. Rima yang awalnya selalu sensitif dengan kata 'toilet' yang diucapkan teman-teman kelasnya kini sepenuhnya tak bereaksi.

Bel istirahat pertama sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Namun tak ada lagi wajah cerah ceria dan senandung lagu mata ke hati dari Hivi yang seringkali Rima nyanyikan sambil merapikan buku-bukunya untuk bersiap keluar kelas.

"Gue kebelet pipis. Cepetan napa Rim!!"

"Gue juga Rim!"

Rima terkejut dengan suara Alin dan Karin dari sampingnya. Gadis itu lalu menengok, tersadar kalau kelima sahabatnya sudah berada di sana menunggunya yang sejak tadi bergerak dengan santai.

"Sejak kapan kalian-"

"Sejak kapan lo jadi selemes ini? Biasanya paling semangat kalau-"

Yara langsung menyenggol Alin yang berbicara. "Katanya kebelet. Ayo cepetan! Gue juga udah haus banget ini."

Untungnya Alin langsung mengerti kode dari Yara. Dengan langkah yang sangat cepat gadis itu menarik Karin bersamanya dan berjalan di barisan paling depan supaya segera sampai di toilet terdekat dari kelas mereka.

"Ke toilet yang mana nih?" Tanya Raisa.

"Toilet kepepet!" seru Alin dari depan sana.

"Ah anjir, jadi gak bisa lihat Kak Daffa" kesal Raisa.

Sama seperti kebanyakan sekolah negeri lainnya, SMA Pelita juga punya beberapa fasilitas yang bisa dikatakan aneh. Selain toilet terbengkalai kemarin, terdapat juga toilet di dekat musholla yang tanda perempuan dan laki-laki di pintunya seakan tak berarti.

Para siswa SMA Pelita menamainya "Toilet Kepepet". Mau perempuan atau laki-laki, kalau sedang benar-benar kepepet, bebas memasuki bilik manapun tanpa perlu memedulikan tanda di pintunya asalkan biliknya kosong. Namun juga dengan catatan, bilik yang sesuai dengan jenis kelamin mereka sedang ada yang pakai ataupun rusak.

Meski begitu, keamanannya tak perlu diragukan. Karena sama seperti area gerbang samping sekolah, kawasan tersebut juga diawasi 24 jam penuh oleh CCTV. Semua orang yang lalu lalang dan keluar masuk di sana terekam dengan jelas sehingga tak ada celah sedikitpun untuk berbuat yang tidak-tidak.

Sesampainya di tujuan, dari empat bilik yang ada hanya dua yang bisa dipakai saat ini. Salah satu rusak dan satunya lagi sedang ada orang didalamnya.

Alin dan Karin yang sampai lebih dulu sudah mengisi  keduanya. Sedangkan Raisa yang baru tiba belakangan kini malah mengaku kebelet juga.

Syukurnya, tak lama kemudian Alin keluar. Namun baru hendak masuk ke bilik toilet yang dipakai Alin sebelumnya, seseorang dengan cepat merebut kesempatannya.

"Aduh... Gimana ini? Gue tiba-tiba kebelet" perkataan Raisa mengundang helaan nafas dari Yara.

"Itu samping kosong. Pakai aja, di toilet sini kan gak apa-apa" saran Yara.

Sajak dan RimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang