1 | Si Bengis Dengan Senyum Yang Manis

183 17 4
                                    

Now Playing | Mata Ke Hati - Hivi!





Juni, 2018.

MOS alias Masa Orientasi Siswa sepertinya akan selalu menjadi momok paling menakutkan bagi setiap siswa baru. Bagaimana tidak, bayang-bayang senior galak layaknya adegan yang film-film gambarkan selalu terbayang.

Seperti saat ini, seorang siswi dengan papan nama yang tergantung di leher serupa sapi kurban itu mendengus khawatir. Namanya, Rima. Lengkapnya, Rima Gantari Poetry. Begitu melihat tampang kedua senior pendamping kelompoknya yang lebih mirip tukang pukul dibanding anak SMA itu, gundah gulana mulai melandanya.

Demi apapun, wajah kedua senior di depan barisan sana terlihat seram sekali. Kelihatan bengis macam kakak kelas bad boy yang hobi malak junior dan tawuran. Parahnya, sejak awal pembagian kelompok hingga saat ini Rima tidak pernah sekalipun melihat mereka tersenyum. Apalagi berbicara.

Bagaimana kalau ternyata mereka benar-benar galak? Meski tak selamanya kelakuan selalu sesuai dengan tampang, tetap saja penampakan kedua senior itu mampu membuat seorang Rima yang pada dasarnya memang penakut, seketika semakin ciut.

Senior pendamping pertama itu memiliki tubuh berisi, dengan air muka yang terlihat tak bersahabat.

Lalu senior pendamping yang kedua punya badan tinggi menjulang dengan kulit sawo matang, serta garis wajah yang tak kalah bengis dari yang pertama.

Begitu pengumuman pembagian senior pendamping MOS selesai dan setiap kelompok diinstruksikan untuk masuk ke ruangan masing-masing, helaan nafas keluar begitu saja dari mulut Rima. Gadis itu memperhatikan sekeliling, seketika iri melihat kelompok lain yang terlihat akrab dengan senior pendamping mereka. Sialnya dia justru terjebak dengan dua orang pelit senyum di depan sana.

"Sekarang kita langsung ke ruangan. Semuanya, ikuti saya" intruksi senior pendamping pertama tanpa ekspresi di wajahnya.

Sambil berjalan, Rima jadi menduga hal gila, kalau mereka berdua ternyata bukanlah manusia. Lihat saja wajah tanpa ekspresinya yang terpampang nyata. Bagaimana mungkin seorang manusia punya wajah tak semanusiawi itu?

"Maaf kak" salah seorang anggota kelompok angkat tangan menginterupsi. "Boleh kenalan dulu? Nama kakak-kakak siapa?" Tanya siswi bernama Adisti, seperti yang tertera di papan namanya.

Ya, faktanya, Rima sama sekali belum berkenalan dengan satupun teman kelompoknya. Dia harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya berbeda kelompok dengan satu-satunya sahabatnya sejak SD.

"Perkenalannya nanti saja setelah masuk ruangan" lagi-lagi, senior pertama yang berbicara. Sedangkan senior kedua itu tetap diam memperhatikan temannya.

"Oh, baik kak" Adisti mengiyakan dengan raut wajah canggung.

Wah, parah. Semoga apa yang terjadi selanjutnya bukan sesuatu yang berbahaya. Batin Rima sangat khawatir.


.




Bagi Rima, suasana ruangan tempat kelompoknya berada kini terasa kelam dan mencekam. Padahal posisinya tepat di depan lapangan basket yang menjadi spot light sekolah. Jendela-jendelanya bahkan sengaja dibuka, membiarkan cahaya dan udara segar masuk. Namun sejak senior pertama tadi izin keluar sebentar, senior kedua ini tak bersuara sedikitpun. Yang kelihatan hidup hanya tangannya yang bergerak di atas layar handphone, membuat semua orang di ruangan itu jadi enggan menyapa.

"Selamat pagi semua..."

Seisi ruangan menengok ke asal suara, sangat terkejut melihat senior pertama berdiri disana. Semua jadi bertanya-tanya, apa benar suara tadi berasal darinya?

Sajak dan RimaWhere stories live. Discover now