13 | Bagian Tergila dari Jatuh Cinta

33 7 0
                                    

Now Playing | Indahnya Dirimu - Hivi!


Sejak bertemu Kak Sajak, Rima jadi membenci akhir pekan. Bukan hanya itu, ia bahkan tak lagi suka pada tanggal merah dan hari dimana libur sekolah. Sebab di hari itu, seharian penuh ia harus menahan jenuh karena tak dapat bertemu bunga hatinya.

Untuk itu, di hari senin pagi yang cerah ini, Rima menyusuri koridor dengan langkah ringan dan senyum mengembang. Padahal baru dua hari yang lalu ia galau, merasa kecewa karena tak bisa bertemu Kak Sajak di lapangan kecamatan waktu itu.

Dari kejauhan, Yara yang tengah duduk di samping jendela menghadap koridor dengan wajah tertekuk, seketika menghela nafas berat. Bisa-bisanya wajah gadis yang kini jauh di depannya itu terlihat sangat sumringah saat dirinya justru menahan amarah dan meredam sumpah-serapah, mengingat fakta bahwa sebentar lagi mereka akan dijadikan umpan santapan bagi sang mentari yang harus menjalankan tugasnya menyinari bumi.

"Ya Allah... Baru jam 7 aja panasnya bukan main. Bayangin nanti kita bakal berdiri satu jam-an di tempat yang sama sekali nggak ada bagian teduhnya satu senti pun itu."

"ARGHHHH!"

"Buset!" Rike memekik kaget karena suara dan pergerakan tiba-tiba dari Yara di sampingnya.

"Jangan ngingetin gue! Sekali lagi, jangan ngingetin gue!!" Yara memelototi Karin sebagai pemilik keluh kesah panjang tadi.

"Ya maaf. Kan gue cuma-" Karin kehabisan kata-kata. Lebih tepatnya, sengaja tak ingin melanjutkan perkataannya setelah melihat wajah Yara yang saat ini semerah lipstik biduan.

"Selamat pagi semuanya! Ohayo!" Rima dengan senyum merekahnya datang di saat yang sangat tidak tepat.

"Waduh... Bau-bau bakal terjadi perang nih. Yuk lah Rin, kita ke lapangan duluan. Akan lebih berbahaya kalau kita tetap di sini" Alin langsung menggandeng Karin keluar kelas. Sejujurnya agak kasihan melihat gadis itu yang tersentak oleh omongan Yara.

Tapi Alin juga tak bisa menyalahkan Yara sepenuhnya. Jika berada di posisinya saat ini, sudah dipastikan kalau dia akan memilih menjauh dari kerumunan manusia yang berpotensi membuatnya darah tinggi. Karena haid hari pertama ditambah upacara bendera sama dengan bencana.

"Rim! Temenin gue ke toilet yuk! Udah kebelet banget nih!" Rike yang ingin menyelamatkan Rima langsung menggandengnya agar segera menjauh dari sana secepat mungkin.

Mendengar kata toilet, wajah Rima langsung sumringah. "Dengan senang ha-"

Suara bel panggilan untuk memulai upacara bendera rutin hari senin mulai terdengar. Rima yang awalnya sangat bersemangat untuk menemani Rike ke toilet seketika melepaskan tautan tangan gadis itu.

"Maaf Ke, sebentar lagi upacara dimulai. Gue harus segera ke lapangan buat mencari titik koordinat barisan yang tepat buat melangsungkan operasi pengamatan jarak jauh."

"Minggir!" Yara memecah jalan di tengah Rima dan Rike.

Melihat gadis itu menjauh dari hadapan mereka, Rike bisa bernafas lega. Rima beruntung karena hari ini ia tidak menjadi samsak pelampiasan emosinya.

"Btw, Raisa mana? Jangan bilang dia nggak masuk karena patah hati?" Rima bertanya sambil menaruh tasnya di kursi, kemudian berjalan keluar kelas menuju lapangan.

Dengan langkah yang seirama, Rike berjalan santai di samping Rima "Jangan salah paham sama tu bocah. Walaupun kecil, mentalnya setara Tentara. Tahan banting! Lo nggak perlu khawatirin manusia yang sekarang udah nangkring di barisan paling dep-"

Sajak dan RimaWhere stories live. Discover now