Prolog

719 22 0
                                    

Aku berjalan diantara makam yang memiliki rumput hijau nan segar, heels stiletto hitam yang kupakai hak-nya terasa menancap di tahan yang lembab. Mungkin kemarin atau semalam tanah ini diguyur hujan.

Seiring kakiku terus berjalan Akhirnya aku sampai di makam ibuku, wanita yang aku cintai setengah mati. Buket bunga gardenia aku taruh di atas makam.

"Mama, besok aku akan pergi meninggalkan Sydney."

Suaraku bergetar.

"Mama, aku akan melakukan semuanya untuk mama."

Dibalik kacamata hitam yang kupakai mataku memerah menahan emosi yang memenuhi kepala. Tanganku juga perlahan mengepal keras seiring dengan memori buruk yang membentur kepala.

Aku ingat bagaimana ibuku selalu menangis, berteriak, dan marah saat melihat wajah pria berengsek yang sialnya menjadi ayahku. Seharusnya ibuku menjadi wanita paling cantik di Australia namun karena kejadian masa lalu ibuku harus meninggalkan aku untuk selamanya.

Aku benci dengan fakta itu! Aku benci!

"Tak akan aku biarkan Valen hidup bahagia."

Air mataku sekarang mengalir, aku tak kuasa menahan gejolak emosi, sedih, kecewa, dan rasa rindu. Jika aku tidak malu dan aku tidak sadar kalau aku berada di kuburan aku pasti sudah berteriak keras menyuarakan apa yang selama ini aku pendam.

Aku menarik panjang nafas dan menghembuskannya perlahan lalu berdiri dan mulai melangkah menjauh dari makam. Hampir mendekati mobil sopirku memabukkan pintu mobil sambil bertanya.

"Nona ingin diantar ke mana lagi?"

"Antarkan aku pulang saja."

Setelah aku masuk ke dalam mobil, aku menunduk meresapi rasa nyeri yang masih menyelimuti hati, perlahan kacamata hitamku buka sopirku dengan sigap memberikan aku tisu.

"Nona kau pasti akan berhasil, keberuntungan akan berpihak padamu."

Ucapan sopirku membuat aku sedikit percaya diri, bahwa aku akan menang.

"Raphael, menurutmu bagaimana sosok Grayson?"

Raphael tertawa pelan. "Aku belum pernah melihatnya secara langsung nona. Kau saja belum pernah apa lagi aku."

Aku tak merespons ucapan sopirku lalu dia kembali berbicara.

"Kau wanita hebat nona, kau sanggup bertahan sejauh ini walau jalanmu penuh duri. Tak ada yang menggenggam tanganmu tapi kau mampu berjalan tanpa tersesat. Walau nyonya Jessi tak menganggapmu tapi kau sama sekali tak marah, kau setia, apa yang sekarang kau inginkan pasti akan tercapai. Aku percaya kau mampu."

Kepalaku memutar ke samping melihat jalanan yang ramai, ucapan Raphael adalah fakta di mana tanganku tak ada yang menggenggam tapi aku mampu berjalan tanpa tersesat... mamaku tak pernah menganggapku karena dia berpikir aku adalah kesalahannya.

Kehadiran aku di dunia membuat Valen ayahku pergi meninggalkan ibuku. Aku tak tahu pasti apa yang terjadi di masa lalu, tapi dari mulut Hans ayah Raphael dan Raphael aku mengetahui semuanya.

Mamaku adalah wanita simpanan dari pengusaha terkenal Valen Hugo, lalu entah bagaimana ceritanya Valen ingin memutuskan hubungan dengan mama disaat aku mulai hadir di perut mama. Valen si berengsek meminta mama menggugurkan kandungannya namun mama yang bodoh malah mempertahankan aku dengan berpikir mungkin jika aku lahir Valen mau menikahi mama... sayangnya Valen malah mencampakkan mama, membuang mama layaknya barang yang sudah tak bisa dipakai.

Karena aku lahir tidak berguna, mama mencampakkan aku. Mama benci melihatku karena mama bilang aku pembawa sial.

"Nona, nyonya Jessi mencintaimu."

Suara Raphael membuatku mengalihkan pandangan ke depan.

"Aku tahu. Mama mencintaiku, mama hanya tidak terima karena rencananya hancur."

---

UnbelievableWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu