Chapter 16. Run to heaven

134 7 0
                                    

Malam menyapa di mana jarum jam yang tertempel di dinding menunjuk angka tujuh malam. Sampai saat ini Sean belum pulang dan itu membuat Brielle senang sebab ia bisa keluar kamar guna mencari Mariana. Kakinya yang terbalut sandal pink tampak melangkah riang memasuki dapur. Sesampainya di dapur Brielle melihat Mariana sedang sibuk mengeluarkan sayur-sayuran dari dalam tas belanja, saat didekati Mariana meliriknya lalu tersenyum manis.

"Selamat malam nona Brielle."

"Kau pergi berbelanja, kapan? Pantas seharian ini aku tidak melihatmu." Ucap Brielle.

Kini Brielle berdiri di samping Mariana membuat Mariana dengan susah paya menelan salivanya. Masih terekam jelas di kepala Mariana saat Brielle dicekik oleh Sean, kemarin malam tanpa sengaja saat Mariana hendak menemui Sean untuk menyerahkan ponsel Sean yang tertinggal di dapur dan memberitahu kalau ponsel Sean terus berdering karena telepon Mariana malah menyaksikan tindakan Sean pada Brielle. Brielle dicekik lalu dijatuhkan, karena melihat hal yang tak seharusnya Mariana lihat dia langsung saja lari ketakutan kembali menuju dapur dan menaruh ponsel Sean ke tempatnya semula.

"Mariana?" Brielle menyenggol Mariana membuat wanita itu terlonjak kaget.

"Nona ingin sesuatu?" Tanya Mariana suaranya hampir saja bergetar. "Apa nona sudah makan malam?"

Brielle mengangguk-angguk kepala serta mengibaskan tangannya. "Sudah, sudah. Kau belanja apa? Banyak sekali." Brielle membuka tas belanja lainnya yang isinya makanan cepat saji, coklat, serta makanan ringan lainnya.

"Aku tidak pergi berbelanja, aku hanya ditugaskan merapikan ini semua." Jawab Mariana.

Brielle mengambil coklat batang setelah puas melihat-lihat isi belanjaan, wanita itu lalu membalik tubuhnya untuk bersandar pada kitchen Island dan menodongkan tangannya pada Mariana. "Bisakah aku meminjam ponselmu?" Brielle memasang ekspresi penuh harapan agar Mariana iba padanya namun tampaknya itu tidak berhasil karena sekarang Mariana tampak menggeleng kecil.

"Maaf nona aku tidak bisa meminjamkannya."

"Sekali saja, aku akan memakainya di depanmu." Sambil berusaha membujuk Mariana yang keras kepala Brielle menikmati coklat yang ia ambil. Setidaknya ada rasa manis-manis untuk usaha Brielle. "Mariana, kumohon sekali saja."

Brielle berani melakukan ini karena tak ada Sean jika pria itu hadir di rumah ini tentu saja Brielle takut, takut dicekik untuk kedua kalinya.

"Tidak bisa nona."

"Aku perlu menghubungi seseorang kumohon satu menit saja."

Mariana kembali menggeleng, "Maaf nona."

"Mariana kau tahu aku perlu menghubungi sekretarisku, aku perlu dia untuk mengeluarkan aku lalu setelah aku keluar aku akan mengeluarkanmu. Tidakkah kau ingin keluar dari rumah ini?" Nada suara memohon Brielle menghilang berganti suara kesal yang amat sangat kesal.

Mariana hanya bisa menghela nafasnya dan kegiatannya merapikan beberapa sayuran terhenti, dengan sorot mata penuh penyesalan Mariana menatap Brielle. "Maaf nona, aku benar-benar minta maaf aku tidak bisa meminjamkanmu ponsel--"

"Berengsek, Sean tuanmu itu sungguh-sungguh bajingan." Brielle menyela ucapan Mariana lalu wanita itu dengan lirikan tajamnya melirik Mariana. "Apa Sean gemar menculik gadis-gadis di luar sana sepertiku."

Mariana tertawa pelan, baru saja mulutnya terbuka hendak menyangkal ucapan Brielle dua orang pria menghampiri mereka. Dari postur tubuh dan penampilannya terlihat dua pria tersebut anak buah Sean.

"Nona Brielle kau diminta menemui tuan Sean." Salah seorang di antara mereka berbicara.

"Aku?" Brielle menunjuk dirinya lalu tersenyum kecil. "Sean memintaku menemuinya yang sedang keluar sana?"

UnbelievableWhere stories live. Discover now