Chapter 20. The little secret

116 6 0
                                    

"Nona Brielle katakan!"

"Siapa Sean?" Raphael menahan tangan Brielle yang hendak melangkah menaiki tangga. "Bagaimana bisa kau mengenal pelukis itu?"

Brielle berdecap kesal bersamaan dengan menyentak keras tangan Raphael. "Apa lagi yang harus aku katakan huh!"

"Penjahat seperti Sean bisa mengenalmu apa sebelumnya kalian pernah bertemu, bagaimana jika Sean datang ke rumah ini." Raphael berkacak pinggang menatap Brielle tak suka. "Aku tidak terima kau bersama Sean."

Brielle mengepalkan tangannya tepat di depan wajah Raphael, jika ia tak menahan diri mungkin saja sudah sejak tadi ia meninju bibir Raphael yang cerewet. "Aku katakan sekali lagi! Aku tidak tahu! Dan aku tidak mengenal Sean! Aku tidak mau membahas Sean!"

Brielle sungguh pusing membahas Sean, langkah kakinya dibawa cepat-cepat menuju kamar meninggalkan Raphael yang terus berkicau.

"Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia yang membuatmu masuk ke dalam hutan?"

"Apa Sean mencelakaimu di dalam hutan, menyuruh anak buahnya membunuhmu."

"Nona Brielle, tuan Grayson sudah menolongmu."

"Nona Brielle-"

Brak!

"Argh!" Sekarang Raphael memekik keras karena keningnya membentur pintu kamar Brielle. Wanita itu menutup pintu dengan keras di saat Raphael akan ikut masuk.

Sadis.

"Sialan, nona Brielle!"

Sedangkan Brielle ia semakin keras mengabaikan semua panggilan Raphael di depan pintunya. Pertanyaan Raphael saat di rumah Grayson, Brielle abaikan wanita itu memilih mendorong Raphael lalu pergi dan sesampainya di rumah penyakit penasaran Raphael kambuh padahal di otak Brielle ia sedang sibuk memikirkan Grayson bukan Sean.

Bagaimana bisa pria itu baik-baik saja setelah Brielle racuni.

Bagaimana bisa! Pasti ada seseorang dibalik ini semua. Apa Brielle mengambil langkah yang salah dengan meracuni Grayson.

"Berengsek! Bajingan! Setan! Biadab! Lucifer!" Brielle berteriak keras sambil mengepalkan tangannya hingga kukuknya memutih. "Bagaimana bisa Gray masih hidup dan menolongku! Arghhh!" Wanita itu sekarang mengacak-acak rambutnya lalu berlari menjatuhkan diri ke atas kasur.

"AARGHH!" Brielle kembali berteriak keras mengingat kalau ia tadi sempat terbawa perasaan atas perlakuan Grayson.

Situasi ini membuat Brielle teringat pada masa remajanya yang labil, terjebak antara benci dan cinta yang begitu tipis. Merasakan cemburu dan debaran menggila di jantung disertai kobaran dendam yang seolah melengkapi.

Membalikkan badannya sekarang Brielle menatap langit-langit, batinnya berusaha menguatkan diri bahwa semua ini akan segera berakhir. Brielle Bryson yang semula berada dititik terendah kini berada dipuncaknya dan Valen yang berada di bawahnya, bagian bawah yang paling gelap dan menyiksa sampai rasanya mati adalah jalan satu-satunya.

...

Sepulangnya Brielle dari kediamannya, Grayson menghubungi Arlo meminta berita terbaru yang pria itu kumpulkan soal Sean.

Sayangnya tak ada berita terbaru tentang Sean, terutama bagaimana bisa Sean mengenal Brielle. Dugaan tersebar Sean mengenal Brielle karena wanita itu seorang pebisnis yang cukup terkenal karena paras cantiknya, mungkin karena parasnya juga Sean menggilai Brielle sampai nekat menculiknya.

"Apa bisa seseorang terobsesi seperti itu?" gumam Gray.

"Mungkin, setiap manusia ditakdirkan memiliki obsessi yang kuat terhadap sesuatu. Seperti Sean terobsessi dengan Brielle karena wanita itu cantik." Balas Peter.

Lain lagi dari sudut pandang Arlo. "Sean melindungi nona Brielle, dari berita yang kudapat Sean tidak membuat nona Brielle masuk ke dalam hutan. Dua pria yang mengejar nona Brielle suruhan orang lain untuk membunuh nona Brielle. Itu artinya Sean sudah lama mengenal Brielle. Ditambah ini, lihat ini." Arlo mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan foto lukisan Sean yang tempo hari dipajang dalam pameran. "Gio yang mengirimku foto ini, Gio pun mendapatnya dari media sosial yang beredar."

Terlihat dengan jelas lukisan yang berada di foto tersebut berwajah Brielle saat kecil.

"Bukankah itu wajah nona Brielle saat kecil yang beredar diakun media sosialnya, Sean sungguh tergila-gila dengannya." Lanjut Arlo.

"Grayson." Tepat saat Gray akan membalas Valen hadir, pria setengah tua itu tampak kusut seolah tengah menopang beban yang berat.

Arlo dan Peter berdiri menyapa singkat pada Valen sebelum pergi. Mereka tahu diri untuk pergi membiarkan ayah dan anak membahas hal lain.

"Ellis mencurigaimu, kenapa kau sangat peduli pada Brielle."

"You care more, dad." Ada seringai kecil disudut bibir Grayson saat mengatakan kalimat tersebut.

"Grayson!" tegur Valen. "Bagaimana soal Sean?"

"Arlo tidak mendapat berita apa pun." Entah mengapa bibirnya berucap bohong padahal di kepalanya Gray akan berbicara jujur.

Mendengar itu Valen menghela berat nafasnya. "Gray aku sudah menyerahkan Brielle padamu, kau berjanji untuk menjaganya—"

"Aku akan menjaganya dengan sangat baik. Kehadiran Sean diluar rencanaku."

"Bukan hanya Sean, kecelakaan yang dialami Brielle pun dilakukan dengan sengaja apa pelakunya sudah ditemukan?"

Grayson mengerutkan tipis keningnya, lalu dengan mata menyipit Gray berucap dengan sarkasme. "Dad, kau tidak mau menganggapnya sebagai putrimu tapi sekarang kau mengkhawatirkannya."

"GRAYSON!" Kali ini tegurannya sangat tegas sampai Gray rasa bulu kuduknya berdiri.

Gray tertawa sangat puas. "Aku hanya bercanda."

"Grayson kau harus tutup mulutmu rapat-rapat. Kalau sampai Ellis mendengarnya semua akan kacau, ibumu akan membunuh Brielle dengan tangannya sendiri." Valen berucap geram apa lagi saat Gray masih saja terkekeh kecil.

"Tenang saja, rahasiamu aman denganku dad."

Menyebalkan, Grayson benar-bebar menyebalkan.

"Grayson apa kau menyukai Brielle?"

Pertanyaan yang susah-susah mudah untuk Gray jawab. "Bagaimana jika aku benar menyukainya, apa dad akan marah karena putramu menyukai putrimu sendiri."

------

# To be Continued..

UnbelievableWhere stories live. Discover now