Chapter 5. Rat poison

198 10 0
                                    

Seminggu berlalu setelah mereka melihat lahan kosong milik Grayson. Kerja sama mereka membangun sektor perkebunan berjalan lancar, sudah ada sekitar enam ratus orang yang bekerja di lahan kosong tersebut dan persoalan sengketa tanah telah selesai. Lahan seluas lima hektar tersebut sedang ditanami berbagai jenis buah dan supermarket yang Grayson bangun baru akan beroperasi besok dengan buah yang diimpor dari Australia milik Brielle.

Dari yang Brielle dengar Grayson membangun supermarket itu untuk Ellis sang ibu.

Sudah sejauh ini tapi Brielle masih belum melihat sosok Valen, pria tua itu tidak muncul hanya untuk sekedar melihat bisnisnya. Apa mungkin Valen bersembunyi tapi, Valen dan keluarga Hugo tak ada yang tahu kalau Brielle adalah putri dari Jessi simpanan Valen.

Berengsek memang.

"Nona Brielle kau sungguh ingin jalan-jalan sendiri?" Raphael menoleh ke belakang menatap Brielle yang sedang memoles lipstik lalu merapikan rambutnya. "Tidak mau aku temani?"

Brielle menggeleng. "Tidak, pergi saja kau bersama Nathan ke kantor Grayson." Nathan adalah sopir baru yang Raphael terima. "Berikan laporan keuangan yang Grayson mau itu. Aku turun di sini saja."

Brielle keluar dari mobilnya wanita itu berjalan menghilang bersama para pejalan kaki di trotoar. Brielle menatap ke sekitar melihat ramainya jalanan lalu saat matanya melihat toko bunga Brielle memasuki toko tersebut. Toko ini begitu harum sampai-sampai mampu membuat suasana hati Brielle menjadi bahagia. Dulu Brielle memiliki tujuan mengapa dia membeli bunga namun sekarang... Brielle rasa tak ada tujuan yang pasti untuknya membeli bunga.

"Ada yang bisa kubantu nona?" Wanita muda yang sepertinya pekerja menghampiri Brielle.

Brielle mengangguk. "Tolong buatkan aku satu buket bunga mawar, yang besar."

"Tunggu sebentar nona."

Sekitar tiga puluh menit kini Brielle sudah memeluk satu buket bunga mawar merah yang besar nan harum. Brielle kembali berjalan tanpa tujuan sambil mencium harumnya bunga. Tidak lama ponselnya bergetar menerima panggilan masuk.

"Kau di mana?" Tanya Brielle pada si penelepon.

"Di belakangmu, masuk ke dalam mobilku. Mobil merah."

Brielle menoleh ke belakang melihat mobil merah yang dimaksud, wanita itu segera berlari kecil menjangkau mobil tersebut dan masuk ke dalamnya.

"Hello Brielle." Seorang pria berambut merah yang dicat menyapa Brielle. "Kau membelikan aku bunga, wow terima kasih."

Brielle menjauhkan bunganya. "Aku membeli untuk diriku sendiri, aku perlu alasan untuk apa aku keluar tadi. Kau sudah membawa apa yang aku mau Luis?"

Sosok Luis mengeluarkan botol kecil dari jaket kulitnya. "Kenapa tidak menggunakan arsenik saja agar bisa langsung tewas."

"Aku tak mau dia langsung mati, tapi nanti jika dia masih belum tersiksa aku akan tebak langsung kepalanya." Brielle memasukkan benda tersebut ke dalam tasnya lalu dia mengambil beberapa lembar uang dan memberikannya pada Luis. "Ini akan membuatnya tersiksa, Hugo harus merasakan sakitnya sepertiku."

“Kau sudah frustrasi sampai nekat meracuninya ada apa denganmu? Ini bukan rencanamu.”

“Perasaanku campur aduk saat di dekatnya. Aku takut.... aku terbawa perasaan.”

“Dia tampan bukan, sosok Grayson itu tampan.” Tanya Luis, Brielle memejamkan matanya sesaat lalu mengangguk pelan sangat pelan. "Brielle kau ingin meracuninya apa karena kau terinspirasi kasus kematian Alexander Litvinenko, yang tewas diracuni dengan Polonium. Hidupmu penuh drama."

Brielle memukul bahu Luis. "Sialan, kenapa kau memintaku bertemu di pinggir jalan seperti ini."

"Kau mau kita bertemu di depan kantor polisi dan melakukan transaksi ilegal ini huh."

"Bukan maksudku kenapa tidak di rumahku saja!" Kesal Brielle.

Luis menarik panjang nafas sebagai teman Brielle sejak kuliah Luis menyayangi Brielle, rasa sayang yang perlahan menjadi rasa cinta. "Brielle dengarkan aku. Jangan percaya pada siapa pun di sekelilingmu, percayalah pada dirimu sendiri saja."

Selalu saja Luis mengatakan itu, Brielle mengibaskan tangannya. "Aku memang tak percaya pada siapa pun termasuk kau."

Luis mengangguk-angguk. "Jangan percaya pada satu manusia pun, baik itu aku, paman Hans, Raphael, dan... keluarga Hugo."

"Sudahlah aku akan keluar sampai nanti Luis, terima kasih sudah mau terbang jauh-jauh dari Australia ke sini. Sampai nanti." Brielle keluar dari mobil kembali melakukan aktivitasnya jalan-jalan.

Seiring kakinya melangkah Brielle mencium harumnya bunga yang berada di pelukannya, lalu saat pandangannya ke depan Brielle bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengapa Luis berkata seperti itu? Apa Luis memiliki rahasia yang dirinya tidak tahu.

Jangan percaya pada siapa pun di sekelilingmu.

Grayson mendapati Raphael sendiri yang datang ke kantor dan menyerahkan laporan yang ia inginkan, Raphael bilang Brielle pergi jalan-jalan dan tak mau datang ke kantor sebab itu sekarang Grayson tengah membawa mobilnya menuju tempat di mana Brielle minta diturunkan.

Tepat saat mata Grayson menemukan Brielle yang sedang menelepon Grayson menghentikan mobilnya di pinggir jalan namun belum sempat Grayson keluar matanya sudah melihat kalau Brielle masuk ke dalam mobil merah di depan.

"Mau apa wanita itu, berkencan?" Ada raut tidak percaya pada wajah Grayson.

Grayson melipat tangannya di dada menunggu apa mobil merah itu akan jalan atau tidak namun ternyata lama-lama ditunggu mobil tak kunjung jalan dan Brielle malah keluar dan pergi meninggalkan mobil sedangkan mobil merah itu mulai berjalan pergi entah akan ke mana.

"Apa yang dia lakukan?"

...

Brielle sampai di rumahnya setelah jam makan siang tak disangka Brielle melihat mobil Grayson yang terparkir di luar pagar. Pria itu lalu keluar berjalan menghampirinya.

"Selamat siang nona Brielle." Bola mata Grayson melirik buket bunga di tangan Brielle.

"Dari mana kau tahu rumahku?"

"Sekretarismu."

Brielle mengangguk-angguk kecil. "Ada apa? Mau bicara di dalam?"

"Tidak perlu aku hanya ingin mengantar ini pesan dari ayahku, besok malam nenekku mengadakan pesta ulang tahun. Kau rekan bisnis baruku kuharap kau bisa hadir, aku harus kembali bekerja. Selamat siang."

Brielle hanya diam dengan satu tangan yang memegang surat undangan berwarna coklat, matanya berfokus ke depan melihat mobil Grayson yang menjauh dari rumahnya.

"Dia tidak mau mampir ke rumahku? Apa dia tahu... bahwa dia akan kuracuni." Gumam Brielle, wanita itu lalu terkekeh pelan.

Apa ini kesempatannya untuk membunuh semua keluarga Hugo dan hanya menyisakan Valen. Grayson seolah tengah memasukkan serigala yang frustrasi ke dalam kandang kelinci. Haruskah Brielle menembak mati semuanya atau memasukkan racun ke makanan mereka.

---

#To be Continued

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang