Chapter 15. Apologize

117 4 0
                                    

Brielle menggertakkan giginya saat bercermin melihat tapak tangan Sean di lehernya. Semalam tanda kekerasan cekikan itu sangat jelas merah terlihat dan pagi ini warnanya sedikit memudar. Berengsek Brielle bersumpah akan membalaskan perbuatan Sean! Semalam juga rasanya nyawa Brielle benar-benar diujung tanduk.

Ingat jika Brielle mati ia akan menjadi hantu penasaran selamanya, jiwanya tak akan tenang.

"Setan!" Umpat Brielle.

Keluar dari toilet Brielle langsung disambut sosok Sean yang duduk di sofa di mana meja depannya terdapat semangkuk sereal. Sean menatap Brielle dengan tatapan yang tidak mengisyaratkan kalau pria itu menyesal telah mencekiknya, melangkah mendekati Sean melihat pria itu yang berpenampilan rapi membuat Brielle menebak-nebak kalau Sean sepertinya akan keluar.

Apa ini kesempatan Brielle untuk kabur dan mencari tahu di mana ia berada.

"Good morning Brielle, aku bawakan sarapan kesukaanmu anggap saja ini permintaan maafku atas kejadian semalam."

Brielle mendaratkan bokongnya di kursi hadapan Sean, diingatkan kembali soal perkara semalam rasanya Brielle ingin melempar mangkuk tersebut ke wajah Sean.

Apa Sean tidak berpikir bahwa tindakkannya kemarin itu termasuk pembunuhan.

"Aku harus pergi, aku harus menghadiri acara yang tidak bisa aku tunda."

Brielle mendengus kasar menunjukkan ekspresi tidak suka agar Sean jenuh dan mengusirnya. "Pergilah kalau begitu dan kuharap kau tidak kembali."

Sean tertawa, "Kalau aku pergi kau akan celaka sebab malaikat yang selalu menjagamu tak ada di sisimu."

"Pernahkah kau memeriksakan kondisi kejiwaanmu?" Brielle melipat tangannya di dada, hendak kembali bersuara namun Sean mengangkat tangannya.

"Simpan kata-katamu untuk nanti lagi, aku harus pergi." Sean berdiri merapikan dasinya lalu kembali menatap Brielle. "Jaga dirimu baik-baik, secepatnya aku akan pulang. Jangan coba-coba lari atau bertindak gila selagi aku pergi."

Brielle tidak melepas pandangannya pada Sean yang berjalan menuju pintu, sebelum pria itu menghilang dibalik pintu Brielle kembali bersuara.

"Apa yang kau mau?" Tanya Brielle sontak Sean menatapnya dengan heran. Brielle menghela gusar nafasnya, seharusnya Sean menyadari kalau sorot mata Brielle sangat kentara akan putus asa. Brielle melanjutkan ucapannya, "Siapa kau? Mau apa kau? Kenapa tidak membiarkan aku pergi? Kau seolah sudah lama mengenalku?"

Sean tersenyum manis. "Malaikat penjagamu, sampai nanti Brielle."

Brielle mengepalkan tangannya melihat Sean yang benar-benar menghilang dibalik pintu.

Berengsek!

Sean benar-benar setan!

Brielle bergerak meninju angin dan berteriak, andai ia tidak terjebak di sini bersama Sean pastinya sekarang Brielle tengah melanjutkan misinya balas dendam. Brielle rindu dengan Raphael terutama berita-berita hangat yang selalu pria itu sampaikan, pikirnya bagaimana sekarang kondisi Raphael apa dia baik-baik saja? Apa Raphael mencarinya? Apa Raphael mengkhawatirkannya... lalu bagaimana dengan paman Hans apa dia sudah tahu kalau Brielle menghilang.

Apa ada yang melaporkannya ke polisi.

Dan... bagaimana soal Grayson, apa pria itu sudah sekarat akibat racunnya? Atau masih hidup baik-baik saja.

"Fuck you Sean, kau seperti iblis yang turun dari langit." Gumam Brielle.

Mangkuk sereal di atas meja akhirnya Brielle nikmati dengan batin yang terus menyumpahi Sean dan isi kepala yang terus berkecamuk.

UnbelievableWhere stories live. Discover now