Chapter 24. Uninvited guests

53 5 0
                                    

Dulu bagi Brielle rumah merupakan tempat paling aman baginya, tempat di mana ia merasa hidup, dan tempat di mana ia bisa merasakan kehangatan keluarga. Tapi semenjak mamanya pergi tak ada lagi kata rumah.

Mengapa tuhan begitu jahat padanya? Haruskan ia mengakhiri hidupnya untuk bertanya pada tuhan. Mengapa hidupnya buruk.

Bertanya mengapa takdirnya berbelit-beli seperti ini, dan bertanya lagi mengapa kakak tirinya Grayson.

Pria yang terus berputar-putar di kepala.

"Brielle."

"Apa?"

"Apa yang terjadi antara kau dan Grayson?" Sontak saja kepala Brielle menoleh menatap temanya- Angel. "Kau menjadi pendiam seperti ini pasti karena Grayson."

Brielle membalasnya dengan dengusan kasar.

"Brielle." Angel berpindah dari kursi lain untuk duduk di sebelah Brielle. "Selama kau pergi aku memikirkannya."

"Memikirkan apa?"

"Keluarga Hugo pertama kali memulai bisnisnya sebagai penerbit buku lalu mereka melebarkan sayapnya dan mulai berkecimpung dalam industri otomotif. Sejak saat itu perusahaan Hugo menjadi perusahaan terkaya yang bergerak dalam bidang otomotif." Angel menjeda ucapannya. "Tapi sejak kepemimpinan Grayson mengapa dia ingin bekerja sama denganmu, perusahaan otomotif terjun dalam sektor pertanian. Itu aneh menurutku."

"Maksudmu?"

"Brielle, Grayson kakak tirimu kalian memiliki ayah yang sama. Mungkin saja Gray mengetahui siapa kau karena itu ia ingin bekerja sama denganmu."

Obrolan ini menjadi serius padahal sejak awal kedatangan Angel ia hanya ingin melihat keadaan Brielle dan bergosip tentang hal murahan.

Brielle terkekeh, "Valen saja tidak tahu siapa aku mana mungkin Gray mengetahui siapa aku. Tak ada yang tahu siapa aku."

"Apa sebaiknya kau tidak melanjutkan misimu, kau akan dalam bahaya nanti."

Brielle memutar tubuhnya, keningnya pun berkerut tebal menatap Angel. "Kenapa kau menasihatiku?"

"Ayolah Brielle semua ini demi keselamatan hidupmu."

Brielle melepaskan tangannya yang digenggam Angel. "Ini hidupku, aku akan melakukan apa yang harus aku lakukan."

Angel menghela nafasnya ia lantas mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan foto Grayson dalam balutan jas yang tampan. "Keselamatan bisa diatasi, tapi lihatlah Brielle kakakmu tampan kau akan dalam bencana jika kau jatuh cinta dengannya—"

Brielle memukul pelan pipi Angel, "Sadarlah."

"Kau yang harus sadar." Angel membalas perlakuan Brielle.

Brielle mendengus kasar tangannya terangkat hendak memberi serangan pada Angel kembali namun tuhan berpihak pada temannya karena tiba-tiba saja pintu kamar dibuka keras hingga menimbulkan suara. Raphael berdiri di depan pintu dengan nafas terengah-engah.

"Nona," Raphael menjeda ucapannya. "Sean, Sean... pria gila itu ada di depan."

"What?"

"Sean! Kau tak mungkin lupa nona. Pria yang menculikmu datang ke rumahmu." Ujar Raphael menggebu-gebu.

"Benarkah." Tubuhnya langsung merespons, Brielle langsung berdiri tegak lalu sedikit berlari keluar dari kamar menuju pintu depan.

Sean si penculik gila itu? Benarkah..... atau Raphael hanya mengisenginya.

Namun sepertinya tidak karena saat Brielle datang pintu utama rumahnya sudah terbuka lebar menampilkan sekumpulan pria.

Dengan debaran jantung yang menggila Brielle melangkah keluar, dan ternyata benar Sean pria yang memiliki garis senyum mirip dengannya tengah berdiri memasang wajah manis membawa buket bunga dan paper bag.

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang