Chapter 18. Silence

141 6 1
                                    

Mobil hitam milik Grayson berhenti di pinggiran hutan, Arlo yang duduk di kursi depan melirik ke belakang melihat Gray yang sedang mengecek amunisi pada pistol yang dipegangnya. Arlo menghela nafasnya dengan berat sebab sekarang pekerjaannya bertambah banyak.

"Tuan, bukankah itu mobil mereka." Ucap Arlo.

Pandangan Grayson beralih ke depan melihat mobil berjenis Toyota yang menabrak pohon dengan pintu depan dan belakang terbuka yang mengartikan kalau manusia di dalam mobil tersebut telah lari. Tanpa berkata Gray keluar menatap gelapnya malam yang dipenuhi pohon-pohon. Di saat Arlo keluar di saat itulah satu mobil lain yang mengikuti mereka tiba.

Peter berserta ketiga pria lainnya mendekati Grayson. "Kurasa mereka berada di dalam hutan." Peter lantas berkacak pinggang dan mengerutkan keningnya. "Dengarlah, suara mereka." Lanjut Peter.

"You want to play hide and seek, Miss Brielle."

Berengsek! Pria-pria itu mengejar Brielle.

"Cari Brielle." Ucap Grayson sebelum ia berlari masuk ke dalam hutan.

Grayson berlari dengan gesit dan sesekali berbelok menghindari pohon, matanya menatap tajam ke sekitar mencari keberadaan Brielle. Seiring kakinya terus melangkah menginjak ranting-ranting kering, jantung serta deru nafas Grayson memburu. Di belakangnya Arlo ikut mengejar Grayson, matanya pun dengan tajam menatap gelapnya hutan demi menemukan Brielle.

Wanita yang merepotkan.

"Nona Brielle!"

"Nona Brielle!"

Suara-suara pria berengsek itu semakin terdengar jelas membuat Gray menambah kecepatan langkah kakinya menembus hutan semakin dalam.

"Nona Brielle."

Grayson mengerutkan keningnya sejak tadi ia hanya mendengar suara pria yang mengejar Brielle sedangkan suara Brielle seolah lenyap. Seharusnya wanita itu berteriak meminta tolong walau mustahil ada orang ditengah hutan malan-malam seperti ini.

"Nona!"

Kaparat!

Langkah kaki Grayson terhenti saat sekelebat bayangan manusia melintas di sisi kirinya. Dari kejauhan sana Grayson melihat wanita yang pasti Brielle tampak ditampar dengan keras sebanyak dua kali, suara tamparannya begitu jelas Grayson dengar.

Setan!

Grayson berlari namun baru beberapa langkah ia sudah berhenti sebab melihat pria yang menduduki tubuh Brielle menyobek kaos Brielle lalu merusak bra wanita itu.

Fuck.

Grayson mengeluarkan pistol berjenis Glock yang ia arahkan pada punggung pria berengsek itu. Ditariknya pelatuk yang langsung membuat peluru menembus punggung pria tersebut sampai dia menjerit keras dan ambruk di sisi Brielle.

"Siapa kau!" Heru menodongkan pistolnya namun Grayson lebih gesit untuk menembak kaki Heru. "Bajingan siapa kau huh!" Heru baru saja bangkit namun Grayson seketika mendendang dada Heru hingga pria itu terpental dan kembali menjerit kesakitan.

Arlo sekilas melirik Brielle melihat wanita tersebut yang pingsan terkapar dengan baju berantakan memperlihatkan buah dadanya yang akan membuat semua pria gelap mata. Arlo bahkan dengan susah paya menelan salivanya lalu melepas jasnya dan dengan mata terpejam Arlo menaruhnya di atas tubuh Brielle.

"Siapa kau—ukh sebaiknya kau jangan ikut campur atau kau ingin mati." Heru berdesis tajam dengan sorot mata yang penuh permusuhan walau dia terbatuk-batuk mengeluarkan darah.

"Akh.. berengsek! Apa kau ingin wanita ini." Pria di samping Brielle-Juna- yang sedang terkapar dengan punggung terus mengalirkan darah menyentuh tubuh Brielle yang terbalut jas hitam milik Arlo.

"Kaparat." Grayson menggeram rendah.

Juna menyeringai membuat Gray naik pitam dan tanpa ampun Grayson menarik kerah kemeja Juna menariknya sampai berdiri lalu menonjok wajah Juna berkali-kali dengan membabi buta.

"Beraninya kau menyentuh milikku!" kata Grayson.

Bugh!

Bugh!

Bagaimana kerasnya tonjokan Grayson membuat Heru berusaha mengambil pistolnya untuk menghabisi Gray namun Peter datang dan menginjak telapak tangan Heru dengan keras.

"Kau ingin main-main huh!" Peter menyunggingkan senyum miringnya sebelum kepalan tangannya menonjok keras wajah Heru sampai pingsan.

"Siapa kau huh?" tanya Juna dengan wajah yang babak belur namun seringai menyebalkannya masih menghiasi wajah.

Grayson menghempaskan Juna lalu mengeluarkan pistol dari sela-sela ikat pinggangnya, sekarang Grayson yang menyeringai menatap Juna sambil mengarahkan senjata api tersebut tepat di wajah Juna.

"Kau ingin membunuhku?" Juna berdesis sambil mengusap darah di sudut bibirnya.

Grayson tak banyak bicara pria itu hanya tersenyum dan menarik pelatuk guna menembuskan peluru tepat di mata kiri Juna sampai darahnya muncrat mengenai kemeja Gray, teriakan Juna bagaikan lolongan Serigala di malam hari. Bahkan bagaimana kengeriannya darah yang terus mengalir dari mata Juna membuat Peter rasanya mual.

Dengan tangan yang gementar Juna menyentuh matanya. "Berengsek, kau pasti suruhan Sean." Juna berucap pelan namun Gray dapat mendengarnya.

"Aku utusan tuhan untuk mempercepat kematianmu. Ceritakan padanya bagaimana aku membunuhmu dan ceritakan padanya juga bagaimana kau memperlakukan wanita itu."

"Berengsek- ARGH!"

Mendengarkan omong kosong Juna yang akan mengancamnya itu membuang-buang waktu. Grayson lebih baik menembak mata kanan Juna yang terus saja menatapnya tajam. Juna menjerit keras disertai tubuhnya yang kejang-kejang dan darah yang deras mengalir bagaikan air sungai, tak lama setelahnya Juna tewas.

Tak ada suara apa-apa lagi di hutan gelap ini. Sunyinya malam membuat suasana benar-benar mencekam apa lagi sosok Juna yang matanya bolong serta Grayson yang terciprat darah.

"Tuan--"

"Serahkan pria itu pada Roberto, setidaknya dia bermanfaat untukku." Kaki Grayson menginjak tubuh Heru yang terkapar bagaikan mayat lalu matanya menatap Brielle wanita yang seolah bisu.

Saat melihat bagaimana kondisi Brielle, Grayson tersadar kalau jas Arlo menutupi tubuh wanita itu. Apa mungkin Arlo sempat melihat kemolekan Brielle. Dalam keadaan sekarat pun wanita ini masih saja gemar memamerkan kemolekan tubuhnya.

"Kau akan menjual organ tubuh pereman ini." Ucap Peter keningnya berkerut tebal.

Grayson menggeram sambil memiringkan kepalanya lalu berjongkok dihadapan Brielle dan mengangkat wanita itu ke dalam gendongannya. Salah satu anak buah Arlo lantas berjalan lebih dulu di depan guna membuka pintu mobil sedangkan Peter dan Arlo mengikuti langkah Gray di belakang dan dua anak buah Arlo lainnya mengangkat tubuh Heru. Arlo di sela-sela langlah kakinya sibuk menghubungi anak buahnya yang lain untuk mengangkut jasad Juna.

Dengan begitu erat Grayson memegang jas Arlo yang menutupi tubuh Brielle. Di dalam dekapannya Grayson mendengar deru nafas Brielle yang berbunyi-mengi- tidak seperti layaknya orang normal, saat dilihat kembali Gray melihat bibir Brielle mulai berubah kebiruan hal itu membuat Gray menambah kecepatan langkah kakinya. Ucapan Raphael kemarin sebelum Gray pergi seketika menggema di telinganya.

"Nona Brielle memiliki asma yang cukup parah."

Berengsek!

-----

To be Continued...

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang