Chapter 6. The red flowers

186 9 0
                                    

Jika putri Diana miliki gaun balas dendam maka Brielle pun punya. Gaun milik putri Diana adalah gaun legendaris yang indah, gaun bermodel off-shoulder hitam kecil yang dirancang oleh desainer Yunani, Christina Stambolian. Sedangkan milik Brielle adalah gaun hitam panjang bermodel one shoulder dengan lengan panjang di sisi kanan dan belahan panjang bagian kaki kiri.

Penampilan Brielle begitu sempurna. Tubuhnya sexy terbalut dress, rambutnya digelung ke atas menyisakan helaian rambut tipis-tipis, kakinya dibalut stiletto heels, tangan kirinya membawa minaudiere bag, dan tangan kanannya membawa buket bunga mawar merah.

"Nona Brielle kau sudah siap?" Raphael terdengar mengetuk pintu sekali lalu berbicara.

Brielle menghela nafas lalu ia berjalan menuju pintu. "Yeah ayo kita berangkat."

Sebagai seorang pria Raphael tentu terpesona melihat Brielle yang cantik, sexy, dan harum. Jantungnya mulai berdebar buru-buru Raphael menunduk menatap sepatunya.

"Ayo nona, kita jalan sekarang."

Brielle melangkah lebih dulu. Di luar seorang penjaga membukankan pintu mobil untuk Brielle. "Nathan kau tahu di mana alamat kediaman Hugo?" Tanya Brielle pada sopirnya.

Raphael menoleh ke belakang. "Nathan lahir dan besar di Brooklyn, dia tentu tahu di mana kediaman keluarga Hugo nona."

"Aku hanya bertanya."

Brielle membuka tasnya melihat botol racun yang dia bawa tapi bukan itu yang mau Brielle keluarkan melainkan sebuah cermin yang dia punya untuk melihat apakah riasan di wajahnya terlalu tipis. Saat Brielle hendak memoles lipstik merah Raphael bersuara.

"Kau sudah sangat cantik nona, tak perlu menambahkan apa-apa lagi aku yakin tuan Grayson akan tenggelam dalam wajahmu."

"Benarkah aku sudah cantik."

"Sangat cantik."

Senyum lebar menghiasi wajah Brielle, siapa yang tak senang dipuji. "Bagaimana dengan gaunku?" Tanyanya selain wajah pakaian yang dipakai Brielle pun ingin dipuji.

"Gaunmu, ada apa?" Raphael kembali melirik ke belakang.

"Apa gaun ini cantik?"

"Oh tentu, sangat cantik dan cocok untukmu."

Brielle tertawa pelan. "Ini gaun mamaku, aku harap Valen akan mengenalinya seingatku Valen pernah berfoto dengan mama yang memakai dress ini ."

...

Kediaman keluarga Hugo sangat besar, rumah ini layak disebut istana namun mereka menyebutnya mansion. Mansion yang memiliki tiga lantai. Brielle pikir malam ini akan sangat ramai mengingat yang ulang tahun adalah keluarga Hugo namun ternyata tak banyak tamu yang datang. Mungkin tak kurang dari seratus orang.

Setelah Brielle keluar dari mobil seorang wanita berseragam rapi menghampirinya dan menuntunnya masuk ke dalam mansion. Brielle diantar ke sebuah taman di mana terdapat meja panjang dan lampu-lampu hias, di atas meja panjang nan lebar terisi banyak jenis makanan, lilin, dan bunga. Bunga-bunga segar yang membuat mata menjadi cerah. Saat memasuki taman Brielle sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian mungkin mereka bertanya-tanya siapa dirinya.

"Lewat sini nona." Si wanita itu menuntun Brielle untuk berbelok.

Dari kejauhan Brielle melihat pria dalam balutan kemeja biru tua yang tampak tak asing, itu Grayson sedang berbincang dengan pria tua entah siapa. Semakin didekati Brielle semakin sadar kalau pria tua itu adalah Valen, sial jantung Brielle mendadak berdebar.

"Tuan." Wanita si pengantar Brielle berucap.

Grayson menoleh melihat kehadiran Brielle. "Selamat datang nona Brielle, papa kenalkan ini Brielle Bryson rekan bisnis yang kita bicarakan tadi."

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang