[Volume 1] Chapter 10: no title

541 60 9
                                    

17 Agustus 1945
Jakarta, Indonesia
00.13 am

Di malam hari yang sangat sepi dan sunyi, Indra berpatroli secara diam-diam untuk menjaga 2 fotografer bersaudara supaya memastikan tidak ada prajurit Jepang yang mengikuti mereka. Indra berpindah dari rumah ke rumah untuk menjadi burung hantu pada malam hari untuk melindungi kejadian-kejadian penting dalam proses Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaan mereka. Beberapa jam yang lalu, Indra juga menjaga para pemuda dari golongan muda yang akan melancarkan aksi penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengas Dengklok karena Indra juga ingin melihat secara langsung kejadian tersebut melalui scope senapan Kar98k miliknya.

Saat Indra bermain dengan handphonenya untuk menghilangkan bosan untuk sesaat, Ia melihat seseorang yang pernah ia lihat dalam suatu foto yang tertera dalam sejarah Proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu Frans Mendur yang berjalan menuju ke rumah Bung Karno secara diam-diam dan terpisah dari kakaknya Alex Mendur. Indra segera mengintai kawasan sekitar Frans Mendur berjalan karena Indra ingat kalau kakaknya Alex Mendur dimata-matai oleh seorang prajurit Jepang.

"Oh ya, seharusnya aku menjaga kakaknya terlebih dahulu." Indra

Indra berdiri dan bertelport ke suatu tempat yang sesuai untuk mengawasi Alex Mendur yang sedang membawa seperangkat kamera dari kantor berita Asia Raya. Indra menggunakan pengelihatan malamnya dan ia melihat seorang prajurit, atau lebih tepatnya seorang kampetai yang mengintai Alex Mendur dari kejauhan. Indra merasa kalau sejarah sedikit melenceng karena seharusnya Alex Mendur diikuti oleh prajurit IJA bukan Kampetai dan seharusnya prajurit Jepang tersebut dimata-matai saat Alex Mendur mencoba untuk mencuci negatif filmnya secara diam-diam di kantor berita Asia Raya.

"Kedatanganku sedikit merubah sejarah, tapi untungnya yang berubah bukanlah bagian pentingnya, sehingga aku tidak akan banyak mempengaruhi sejarah Indonesia. Minimal aku akan dicatat dalam sejarah Indonesia yang hanya akan diingat oleh para ahli dan penyuka sejarah saja." Indra

Indra membidik kepala Kampetai tersebut.

Piu

Cklak

Kampetai yang berada di salah satu pekarangan tersebut tiba-tiba tumbang, tapi untungnya Alex Mendur yang jaraknya sudah cukup jauh dari tempat kematian Kampetai tersebut tidak mendengarkan suara tubuh yang roboh.

Jalan Pegangsaan Timur No.56
10.00am

Di siang hari yang agak ramai di halaman rumah Ir Soekarno, Indra mengawasi upacara bendera pertama bangsa Indonesia tersebut dari kejauhan karena ia tidak bisa mendekat dengan sebab tubuh ras arya miliknya yang akan disalahpahami oleh para golongan Indonesia di sana sebagai mata-mata atau pengawas dari Belanda. Sehingga ia harus melihat dari kejauhan, tapi ia juga tidak menyesal mengawasi dari kejauhan karena ia bisa memotret dan merekam pembacaan teks proklamasi tersebut dengan handphone miliknya.

"Ayo, sebentar lagi. Mumpung hari ini adalah hari yang tidak hanya penting bagi Indonesia, tapi juga bagi umat muslim di seluruh dunia karena bertepatan dengan 17 Ramadhan yang merupakan hari Nuzulul Qur'an dan hari Jum'at yang dianggap penting bagi seorang muslim. Sholat Jum'at nanti auto full senyum." Indra

Indra menyiapkan kamera handphonenya untuk merekam setiap proses pembacaan teks proklamasi.

Skip

"Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno-Hatta."

Indra melihat dan  mendengar secara langsung peristiwa tersebut yang membuatnya merasa sangat bersyukur karena dipindahkan saat berak. Coba kalau dipindahkan oleh Truck-kun, ia kemungkinan besar akan langsung ke isekai tanpa memiliki kesempatan mengancam seorang dewa dan mendapatkan infinite wish.

The Ezgardian (Prototype)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang