7

276 22 0
                                    

Drrrttt dddrrrtttt

Getaran dari handphone Barcode berhasil membuat pemiliknya terbangun. Barcode melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 siang. Namun anehnya, baik toko roti maupun toko coklat sama-sama masih dalam keadaan tertutup.

"Lah, kak Natta emang sengaja tutup toko apa gimana?" Pikir Barcode.

Akhir pekan sudah pergi, saatnya beralih pada awal pekan yang baru lagi. Hari ini, Barcode memiliki satu jadwal praktikum teknologi fermentasi yang harus dihadiri. Ia sudah 3 kali membolos praktikum tanpa keterangan. Jadi, Barcode merasa kali ini ia harus datang mengingat Minggu depan adalah Minggu terakhir praktikum untuk mata kuliah ini.

Tanpa membuang waktu lagi, Barcode segera menuju ke kamar mandi dan membasahi badannya dengan beberapa guyuran air. Setelah itu, ia memakai kembali semua pakaian yang dipakainya dari semalam, kecuali jaketnya. Jadi, hanya jeans hitam dan kaos putih polos yang menutupi tubuhnya. Barcode juga meminjam kemeja hitam oversize milik Natta yang tertinggal di toko roti. Selesai dengan pakaiannya, ia melanjutkan dengan sedikit merapihkan rambutnya. Tak lupa juga menyemprotkan parfum milik Natta yang tergeletak begitu saja di lantai entah apa alasannya.

Jarak antara toko dan kampusnya cukup dekat. Mungkin jika ditempuh dengan berjalan kaki, hanya akan memakan waktu 15 menit. Makanya, setiap pagi, toko akan penuh dengan para mahasiswa yang sengaja membeli roti untuk menu sarapan mereka. Tentu saja hal ini cukup menguntungkan bagi Barcode, karena ia bisa menghemat uang sakunya selama motornya belum pulang dari bengkel.

"Code! Yok barengan!"

Mendengar namanya dipanggil, Barcode lantas menoleh ke belakang dan menemukan Ta sedang mengendarai motor merahnya. Tanpa banyak fafifu lagi, Barcode terima tawaran itu dengan senang hati. Mereka lalu berangkat ke kampus bersama dan tentunya akan tiba dengan lebih cepat.

"Lo darimana aja bangsat?! Kak Natta uring-uringan nyariin lo"

"Gue di rumah temen"

"Temen siapa?"

"Jefan"

Hanya nama itulah yang terpikirkan saat Ta mengajukan pertanyaan padanya dengan tiba-tiba. Ia sudah tidak memiliki jawaban lagi jika Ta kembali bertanya tentang siapa Jefan, dimana rumahnya, atau dari fakultas mana Jefan berasal, karena eksekutor itu hanya mengatakan satu nama ini saja, titik.

"Seangkatan? Atau kating? Atau malah adek tingkat?"

"Nanya mulu lo ya kaya jus salak, mending lo diem deh gue lagi stress"

". . . . Jus salak? O-ok, kayanya lo emang lagi stress berat"

Sesampainya di kampus, Barcode bersama dengan Ta segera menuju ke laboratorium tempat mereka akan melaksanakan praktikum hari ini. Ta kemudian memperkenalkan Barcode sebagai mahasiswa baru pada beberapa teman sekelasnya. Mereka lalu mengikuti skenario Ta dengan berpura-pura bersalaman dan mengajak Barcode berkenalan. Mereka menanyakan nama, daerah asal, dan informasi umum lainnya yang sebenarnya sudah mereka ketahui dari Barcode. Hal itu mereka lakukan karena sangking jarangnya melihat Barcode menghadiri hampir semua jadwal praktikum di semester ini.

"Udah lama gak liat lo pake jas laboratorium woy, gila!" ucap Ta yang membuat Barcode langsung tersadar akan sesuatu.

"EH IYA ANJING! GUE LUPA BAWA JASLAB!!"

Executor No. 84 [JeffBarcode]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang