21

169 15 0
                                    

Jika ditanya, siapa orang yang ingin selalu ia banggakan? Orang yang senyumnya sangat ia suka? Atau orang yang selalu ada untuknya? Hanya ada satu nama yang bisa Barcode ucapkan sebagai jawabannya, yaitu Natta. Mereka sudah bersama bahkan sejak Barcode masih berada di dalam perut ibunya. Meskipun sekarang keduanya sudah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing hingga tak jarang Natta harus meninggalkan Barcode sendiri di rumah, pasti di ujung minggu mereka akan menghabiskan waktu bersama. Jadi, tidak mengherankan kiranya jika Barcode tidak pernah memikirkan tentang apa yang akan terjadi nanti kalau takdir lebih dulu membawa Natta pergi dari hidupnya.

Barcode sungguh tidak pernah membayangkan akan melihat Natta terkapar bersimbah darah tepat di depan matanya, persis seperti terakhir kali ia melihat orang tuanya beberapa tahun lalu. Sebuah peluru yang secara tiba-tiba melesat dan menembus bagian belakang kepala Natta langsung membuatnya ambruk tanpa pergerakan bersamaan dengan lenyapnya senyuman yang Barcode tunjukkan padanya. Suara tembakan yang cukup nyaring sontak mengundang kerumunan mengingat insiden terjadi di tempat umum. Sehingga banyak orang yang secara sengaja atau tidak sengaja lewat saling membantu menelepon ambulans agar tubuh Natta bisa segera dievakuasi. Namun, mereka tidak berani mendekat karena takut dijadikan tersangka.

Sementara Barcode yang masih syok terus berusaha menekan tombol-tombol di handphonenya untuk mencari nomor panggilan darurat. Sambil menahan tangis, ia akhirnya berhasil menghubungi nomor tersebut menggunakan kedua tangannya yang gemetar. Ia mencoba menjelaskan tentang apa yang baru saja terjadi walau terbata-bata. Diiringi dengan isakan, Barcode mendekati kakaknya dan menekan urat nadi di pergelangan tangannya atas permintaan operator.

"Ka-kakak udah me-meninggal..."

Malam ini, semesta telah mengungkap salah satu takdir menyedihkan Barcode yang lainnya. Ia harus merelakan sosok kakak sekaligus sahabat yang sangat amat dekat dengannya pergi tanpa tau kapan akan bertemu lagi. Kalau saja Barcode tau akan begini akhirnya, ia pasti akan melindungi Natta dan mengorbankan dirinya sendiri untuk Natta. Kalau saja Barcode tau malam ini adalah malam terakhirnya bersam Natta, ia pasti akan mengucapkan seratus atau seribu kali kata cinta pada Natta. Dan kalau saja Barcode bisa memilih takdir, maka sudah dipastikan ia hanya akan memilih hari-hari bahagia dan hal-hal membahagiakan lainnya untuk ia jalani bersama dengan Natta.

Ketika tubuh tak bernyawa kakaknya sudah dibawa menuju rumah sakit, Barcode masih duduk diam diatas dinginnya aspal jalanan. Pandangannya yang buram karena genangan air mata ia edarkan pelan ke setiap sudut, mencoba mencari pelaku yang telah tega merenggut nyawa kakaknya. Samar-samar ia melihat dua orang berpakaian gelap bertopi berada agak jauh di depannya. Mereka terlihat berbincang di balik pohon sampai salah satu diantaranya melayangkan bogem mentah ke wajah seorang lainnya hingga tersungkur ke tanah lalu meninggalkannya begitu saja.

Sejenak orang tersebut mengelap ujung bibirnya dan bangkit dari posisinya kemudian berlari ke arah Barcode. Awalnya, Barcode tidak mengira bahwa ia akan dihampiri olehnya. Tapi, setelah tau wajah jelas dari orang misterius itu, Barcode berjalan dengan tergesa-gesa lalu menamparnya dengan sangat keras sebagai buah dari kemarahan dan kekecewaannya.

"BANGSAT! KENAPA LO BUNUH KAKAK GUE NAKUNTA ANJING?!!"

"L-lo tenang dulu, bi-biar gue-

"Kenapa sih harus elo?"

"Code.."

"Dari sekian banyak orang, kenapa harus elo? Kenapa harus temen gue sendiri?"

Ta terdiam. Ia tidak bisa menyangkal karena memang dirinyalah yang sudah membunuh Natta. Pistol yang digunakannya pun masih berada dalam genggaman.

"G-gue harus lapor-

"Barcode, please jangan, gue bakal jelasin ke lo tapi please jangan laporin gue ke polisi"

"Ha-halo, saya udah ketemu sama pe-pelaku penembakan di-

Tidak tinggal diam, Ta buru-buru menendang tangan Barcode sampai handphone yang ia tempelkan di telinganya terjatuh dan mati. Amarah Barcode semakin tidak tertahankan, hingga ia nyaris menambah luka di wajah Ta kalau Ta tidak sigap menangkap tangan Barcode yang terkepal kuat.

"NAKUNTA BAJINGAN!"

"JEFF YANG NYURUH GUE!"

Executor No. 84 [JeffBarcode]Where stories live. Discover now