10

247 24 0
                                    

Setelah semua kejadian yang dialaminya kemarin, Barcode masih sedikit tidak percaya kalau ia masih hidup. Hidungnya masih bisa menghirup udara, tangannya masih bisa memegang sebuah sendok untuk menyuapkan sepotong cheese cake buatan Natta ke dalam mulutnya, serta matanya juga masih bisa digunakan untuk sesekali melirik ke arah kakaknya yang saat ini sedang menatapnya penuh tanya.

Mereka berdua duduk saling berhadapan di ruang makan. Tangan Natta terlipat di depan dada, namun tatapan tajamnya terus menatap Barcode. Sedangkan yang ditatap hanya diam tidak berkutik. Ia terlalu takut untuk memulai pembicaraan, karena saat ini kakaknya terlihat begitu menyeramkan.

"Kamu darimana?"

"Dari rumah Jefan"

"Jefan?"

"Temen baru aku"

"Kenapa gak ngomong kalo kamu mau ke rumah temen kamu?"

"Maaf"

Jujur, Natta sangat ingin marah, setidaknya untuk menakut-nakuti Barcode sehingga ia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Tapi Natta tidak tega memarahi adik laki-lakinya itu. Rasa sayangnya pada Barcode lebih besar dibandingkan amarah yang sekarang dirasakannya.

"Trus, kenapa kamu nangis waktu kakak telpon? Kamu juga neriakin kakak, padahal kamu gak pernah ngomong sekeras itu ke kakak sebelumnya?"

Barcode terdiam, pikirannya kembali teringat pada kejadian malam itu. Dimana ia hampir mati tergantung kalau saja eksekutor bayarannya bisa melakukan tugasnya dengan baik. Sementara Natta masih menunggu jawaban dari Barcode.

"Mau cerita gak?"

Pertanyaan Natta hanya dibalas dengan gelengan dan senyuman tipis oleh Barcode. Walaupun adiknya tersenyum, Natta bisa melihat ada kesedihan dari kedua netra indah Barcode yang digenangi air mata itu. Ia kemudian menghampiri adiknya lalu memeluknya sambil mengelus punggungnya pelan.

"Nangis aja gak papa kalo kamu mau, gak usah ditahan. Kakak bakalan peluk kamu sampe kamu ngerasa baikan"

Tangis Barcode akhirnya pecah, bersamaan dengan air hujan yang kembali turun cukup deras malam itu. Ia menangis sekeras yang ia bisa di pelukan kakaknya. Dinginnya udara malam langsung tergantikan dengan rasa hangat dan nyaman yang menyelimuti tubuh Barcode.

"Maaf ya kakak jadi banyak tanya. Kakak cuma khawatir sama kamu, itu aja. Kakak takut kamu kenapa-napa. Tapi kakak gak bakal maksa kamu buat cerita kok. Kalo kamu mau cerita, kakak dengerin. Kalo nggak juga gapapa, kakak gak bakal marah. Kamu pulang ke rumah aja kakak udah bersyukur banget"

"Aku minta maaf.."

"Udah, gak papa"

Executor No. 84 [JeffBarcode]Where stories live. Discover now