13

209 20 0
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

Barcode dan Jeff berkendara selama 10 menit (6 menit untuk membeli Iced Americano) hingga mereka sampai ke sebuah jembatan. Jembatan yang melintasi sebuah sungai ini seringkali disebut sebagai 'Bridge of Wishes'. Konon katanya, siapapun yang membuat permohonan di jembatan ini, pasti akan terwujud. Dengan ketinggian mencapai 75 meter, jembatan yang terletak tepat di samping taman ini terlihat sangat indah dengan cahaya lampu-lampu yang begitu terang.

"Gimana? Kak Jeff suka gak?"

Jeff hanya tersenyum. Sementara Barcode duduk bersandar di pinggir jembatan dan memejamkan matanya sejenak menikmati semilir angin yang berhembus pelan.

"Kak Jeff bisa bikin permohonan apapun disini, katanya bisa terkabul. Tapi punyaku gak terkabul tuh"

"Oh ya? Emangnya apa yang kamu minta?"

"Aku minta ketenangan, tapi gak dikasih, hehe.. bukan gak dikasih sih, mungkin belum waktunya aja, hehe.."

Jeff lalu mendudukkan badannya di samping Barcode. Ia menghabiskan Iced Americano nya sebelum memulai pembicaraan.

"Kamu punya kakak kan?"

"Iya! Kak Jeff juga punya?"

"Aku juga punya kakak laki-laki"

"Wah sama dong! Kakaknya kak Jeff kuliah dimana? Jurusan apa? Sama kayak kak Jeff ya? atau beda?"

"Kakak aku udah meninggal"

Barcode terkejut. Ia tiba-tiba merasa tidak enak karena pertanyaannya yang tidak terkontrol tadi.

"Ma-maaf kak, aku gak tau.."

"Gapapa, santai aja"

"Trus sekarang kak Jeff tinggal sama siapa?"

"Sendiri, karena orang tua aku juga pergi gak tau kemana. Jadi, mau gak mau aku harus kerja sendiri, kuliah, sambil ikutan lomba-lomba yang hadiahnya besar. Perlombaan apapun pasti aku ikutin, soalnya yang aku incer hadiahnya bukan sertifikatnya dan lain-lain, hahaha"

"Tapi kalo gak menang gimana kak?"

"Ya harus menang, minimal juara 3 lah biar tetep dapet hadiah, haha"

"Ihh keren banget.. aku sih boro-boro ikut perlombaan, nilaiku aja ancur semua"

"Waduh, kenapa bisa gitu?"

Jeff sengaja menceritakan sedikit tentang dirinya agar Barcode juga mau untuk bercerita. Sekarang ia semakin penasaran, kiranya apa saja hal yang tersembunyi dibalik senyuman dan tingkah menggemaskan Barcode.

"Aku gak mau kuliah di jurusan yang sekarang. Aku pengen ambil jurusan musik, tapi orang tua aku nyuruh aku buat ambil jurusan ini biar sama kaya kakak"

Ekspresi wajah Barcode seketika berubah menjadi muram. Senyuman yang sedari tadi ia tunjukkan mendadak hilang berganti tangis yang lagi dan lagi menguras habis air matanya. Entah Jeff harus bersyukur karena akhirnya anak ini mau bercerita padanya atau menyesal karena telah melenyapkan lekukan indah dan manis di bibir Barcode.

"A-aku capek, aku bukannya sengaja bolos praktikum atau sengaja bikin nilai-nilaiku jelek, aku bukannya sengaja ngelakuin itu kak, aku cuma capek! Aku udah usaha sebisaku kok, aku udah belajar terus tapi gak tau kenapa rasanya kaya susah banget.. aku susah buat paham sama materinya. Padahal udah semester 4, udah setengah perjalanan, t-tapi gak ada materi yang bisa aku kuasain.. katanya semua perlu waktu, tapi kapan?! Kapan aku harus nunggu sampe waktu itu dateng?! Yang ada aku keburu mati duluan! Sialan!"

Sebenarnya handphone Jeff terus-terusan bergetar, tapi Jeff tidak menghiraukannya. Fokusnya hanya tertuju pada Barcode, ia harus mendengarkan semua ceritanya agar bisa melakukan sesuatu untuk membantunya. Sesekali Jeff menepuk pelan punggung Barcode yang bergetar dan memberitahunya untuk menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya agar lebih tenang.

"Tiap aku kesini, aku pasti selalu bikin permohonan. Aku minta supaya sewaktu aku tidur nanti, Tuhan gak akan pernah bangunin aku lagi. Aku gak mau ketemu hari esok, aku gak mau bikin Kak Natta khawatir, aku gak mau gak mau sedih lagi, aku gak mau nangis terus, aku gak mau hidup.."

Tidak ingin Barcode terus berlarut dalam kesedihan, Jeff kemudian memberikan sebuah permen kapas berukuran sedang berwarna merah muda yang dibelinya di pasar malam tadi. Ia juga memberikannya balon Doraemon milik Barcode sendiri yang cukup lama terikat di setir motor Jeff. Dan seperti sebuah sihir, Barcode langsung tersenyum sambil menghapus sisa air mata di pipinya.

"Nih, makan dulu"

"Kak Jeff sengaja ya mau bikin aku cerita sambil sesenggukan gini? Malu tau"

"Kenapa harus malu? Justru kalo kamu punya masalah, sebaiknya jangan dipendam sendirian. Coba cari temen buat cerita, atau kamu bisa cerita ke siapapun yang kamu percaya. Ada banyak banget orang di dunia ini, jadi jangan pernah ngerasa sendiri, ya? You are not alone, and you'll never be alone. If you ever feel lonely, just remember that I'm here with you, always"

Barcode merasakan wajahnya begitu panas. Sepertinya wajahnya yang sudah memerah karena menangis menjadi semakin merah sekarang. Barcode malu dan menjadi salah tingkah. Jantungnya juga berdegup kencang.

Perasaan apa ini? Mengapa saat Jeff berbicara dalam bahasa Inggris, suaranya terdengar begitu seksi di telinganya?

"Haha, muka kamu merah banget"

"A-apasih kak! Pokoknya jangan kasih tau siapa-siapa soal semua yang udah aku ceritain ya!"

Executor No. 84 [JeffBarcode]Where stories live. Discover now