Bagian 3

4.5K 735 100
                                    

Jangan lupa vote dan komennya cinta✌️






























Pagi ini dihiasi oleh suara barang-barang yang berjatuhan. Kamar yang biasanya tertata rapi itu nampak sangat berantakan. Pakaian tergeletak di ranjang, buku-buku berceceran di lantai, dan benda-benda lainnya teronggok di sana-sini.

“Ya Tuhan... Renjun! Apa-apaan ini?”

Yuta merasakan begitu pening di kelapanya kala melihat kamar pribadi sang Putra yang nampak seperti kapal pecah. Ia tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Putra bungsunya itu.

“Aku sedang mencari kalung peninggalan Ibu, hari ini aku ingin memakainya, tapi aku lupa di mana aku menyimpannya” ujar Renjun yang kini masih sibuk mencari kalung berbandul permata berwarna merah itu.

“Teledor! Menyimpan barang kecil saja tidak mampu, bagaimana Baba bisa percaya padamu?” tukas Yuta.

“Memangnya kapan Baba percaya padaku? Lupa itu manusiawi” balas Renjun tak terima. Pasalnya selama ini Yuta memang selalu menganggap lemah dirinya. Tidak pernah mempercayakan sesuatu walaupun sebenarnya Renjun mampu.

“Renjun, jangan buat baba kesal. Sekarang bereskan kekacauan ini, Baba pening melihatnya. Hari ini Baba harus pergi, nanti lebih baik kau pulang ke rumah nenek. Ingat, jangan buat masalah, Baba tidak ingin mendengar laporan buruk apapun tentang mu, jangan buat mendiang Ibumu menyesal mempertaruhkan hidupnya untuk menyelamatkan mu”

Renjun terdiam setelah Yuta pergi begitu saja. Sudah sangat sering Renjun mendengarkan Yuta bicara begitu padanya. Seolah kepergian sang Ibu adalah kesalahannya. Tak ada yang ingin begini. Jika boleh, Renjun lebih memilih tidak terlahir di dunia, karena meski ia hidup, rasanya tak ada yang menginginkannya. Ayahnya memandang Renjun seolah manusia paling jahat karena menukar nyawa sang Ibu, untuk dapat bertahan hidup di dunia. Renjun pun tak mengerti, ia tak tahu apa yang terjadi di masa lalu, namun mengapa sang Ayah begitu menghakiminya.

Semenjak kecil, Renjun ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama neneknya. Yuta selalu sibuk dengan pekerjaannya. Hingga Renjun menginjak bangku sekolah menengah atas, Yuta baru membawa Renjun pindah, dan tinggal berdua dengan Putranya itu. Meski begitu, Renjun tetap sering ditinggalkan dalam waktu yang lama, berakhir ia sendiri di rumah, atau menginap di tempat sang Nenek.

Yuta memang tidak pernah berlaku kasar seperti memukulnya, namun terkadang ucapannya lebih menyakitkan dari pada sebuah pukulan bagi Renjun. Yuta juga memenuhi tanggung jawabnya, memberikan Renjun fasilitas terbaik, dan berusaha membesarkan sang Putra dengan kehidupan yang berkecukupan. Namun bukan itu yang Renjun harapkan. Ia sudah tak memiliki sosok Ibu dalam kehidupannya, karena sang Ibu meninggal sejak Renjun masih balita. Sekarang ia juga tak merasa memiliki sosok Ayah dalam hidupnya, walaupun Renjun tinggal bersama dalam satu atap dengan Pria yang berstatus sebagai Ayah kandungnya.

Renjun tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan sang Ibu di masa lalu. Ketika Renjun bertanya, Yuta tak pernah mau menceritakannya. Lalu bagaimana bisa Yuta seolah menyalahkannya atas kepergian Winwin. Pagi hari ini sudah diawali dengan perasaan yang begitu buruk, dan Renjun sangat membencinya.


























Renjun berjalan gontai menuju kelasnya. Ya hari ini pemuda Maret itu memiliki jadwal kelas di pagi hari. Sayangnya ia benar-benar sedang tidak bersemangat hari ini, karena kejadian di rumahnya tadi.

Bugh!

“Akh.. Yak! tidak bisakah kau berjalan dengan mata?!” Renjun merasa begitu sial hari ini. Seperti semua orang memang tidak bisa membiarkan ia tenang barang sebentar saja.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang