Bagian 30 - Last

5.6K 478 160
                                    













"Hai Jeno ... Perkenalkan aku Renjun, a-aku menyukaimu sejak lama"

"Jeno! Aku buatkan bekal makanan untuk mu"

"Selamat pagi pangeran ku yang tampan!"







"Aku tidak akan menyukai dia, Mark"

"Parasit!"

"Pengganggu!"







"... Aku mencintai mu Renjun"










Tidak ada satu pun suara yang terdengar. Tidak ada satu hal pun yang terlihat. Semuanya begitu sunyi dan gelap. Kaki menapaki bumi, tapi jiwa terasa melayang entah kemana.

Dengan tangan berlumur darah, memeluk raga yang terkulai lemas dalam dekapnya. Tidak ada air mata yang jatuh, tidak ada jerit tangis menderu dari sang pemberi rengkuh. Hanya ada tatap nanar, disertai sorot tanpa binar.

Tidak ada pertanyaan pada dunia yang begitu kejam untuk kisahnya. Tidak ada ungkapan dengan kalimat berisikan duka mendalam. Kebisuan menjadi satu-satunya hal yang terjadi, saat tak ada runtun kata yang tepat menggambarkan situasi saat ini.

Akal masih sulit mencerna ketika beberapa waktu lalu tangis manusia kecil menguar, beriringan dengan hembusan nafas terakhir. Seketika tubuh membeku menyaksikan secara langsung kehidupan beriringan dengan kematian. Kedatangan berdampingan dengan kepergiaan.

Siapa sangka sosok yang dahulu selalu ia hindari, selalu ia tepis untuk menjauh, menganggapnya pengganggu, parasit, menjadi sosok yang paling ia takuti kehilangannya. Menjadi sosok yang paling berarti dalam hidupnya. Menjadi sosok yang begitu ia cintai.

"Renjun ..."

Seumpama waktu bisa diputar kembali, segala sakit yang pernah diberi akan Jeno perbaiki. Seandainya diberi kesempatan untuk mengulang segalanya, Jeno yang akan berusaha mengejar cinta Renjun sedari awal. Bila saja ia bisa bersikap lebih baik sebelumnya, mungkin akan lebih banyak waktu untuk mengukir kenangan indah berdua.

"Jeno-ya ... Renjun harus segera dibersihkan nak, lepaskan ia"

Doyoung menangis berlutut di hadapan sang Putra yang masih memeluk jasad menantunya. Begitu mendengar link darurat yang Jeno kirim kan, Doyoung, dan Jaehyun bergegas menemui Putra juga menantunya. Segera ia bantu persalinan sang menantu, begitu sampai di kediaman Jeno. Bayi Renjun lahir dengan selamat, tapi seperti yang sudah ditakdirkan, akan sulit bagi Renjun untuk bertahan. Tepat setelah bayinya lahir, Renjun menghembuskan nafas terakhirnya dalam pelukan Jeno.

"Renjun ... Jangan marah, ayo bangun. Anak kita sudah lahir, kau marah karena aku berjanji untuk terus bersama mu, hm?"

Tanpa air mata, Jeno terus bergumam pada tubuh Renjun yang lemas. "Sayang, kita akan membesarkannya bersama kan?"

"Jeno, eomma mohon jangan begini ..."

"Mundur! Aku yang akan membersihkan omega ku. Renjun-ah ... Aku akan membersihkan mu, setelah itu ayo bangun, dan lihat putra kita bersama ya?"

Jeno mengambil wadah berisikan air yang Doyoung bawa. Ia lantas membaringkan tubuh Renjun, lalu mulai mengusap darah yang berada di tubuh Istrinya dengan handuk kecil. Jeno kecup punggung tangan Renjun dengan penuh kasih sayang.

"Renjunku lelah eomma ..."

Doyoung sudah tak kuat menahan perih melihat keadaan Jeno saat ini. Putranya yang selalu kuat, dan begitu tegar hancur di hadapannya.

"Renjun ... Ku mohon, Renjun-ah .."

Suara Jeno bergetar diiringi air mata yang mulai luruh. Pada akhirnya tangis sang Alpha menguar, sembari menggenggam tangan Omeganya. Seolah tahu akan duka yang dirasakan sang Ayah, bayi kecil Jeno kembali menguarkan tangisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang