Bagian 19

3.3K 472 58
                                    

Jangan lupa vote & komennya kawan✌️















Ego terkadang membutakan seseorang akan cinta kasih yang mereka miliki. Tak bisa mengungkapkan betapa besar rasa sayang yang disimpan selama ini. Membuat seseorang sulit untuk menyampaikan isi hatinya.

Begitupun apa yang sedang Yuta rasakan pada saat ini. Ulah dari keegoisannya, yang mendorong darah dagingnya sendiri menjauh dari dekapan. Buah hati yang sedari dulu ia nantikan, namun setelah kehadirannya tiba, ia justru membuat Renjun terluka atas hal yang sama sekali tak Renjun ketahui.

Rasa bersalah hinggap di dada, membuat sesak setiap harinya. Mencekik setiap nafasnya, menghantam telak pada atmanya. Apa guna menjadi seorang Ayah, namun tak benar-benar menjadi sosok itu dalam kehidupan Putranya? Membiarkan darah dagingnya berjuang sendiri. Tumbuh tanpa kasih sayang, dan pengawasan darinya.

Beribu maaf ingin Yuta sampaikan pada buah hati tercintanya. Sungguh Yuta sangat menyayangi Renjun, walau semua tertutupi oleh sesaknya kepergian mendiang sang Istri.

Lelaki yang usianya hampir menginjak paruh baya itu menatap seluruh ruangan yang masih meninggalkan aroma Putranya. Menatap setiap figura dengan gambar Renjun yang terpampang di sana. Duduk di ranjang dingin, yang sudah lama tak ditempati oleh sang pemilik.

Netra tajamnya menelisik seluruh sudut pada kamar sang buah hati. Begitu banyak hal yang dilewatkannya selama Renjun tumbuh, dan singgah di kamar ini. Lantas ia berdiri, mendekati meja belajar malaikat hatinya. Telapak tangan kasar itu bergerak mengambil satu figura yang terletak di sana. Mengusap gambar Renjun yang tersenyum merekah, begitu bahagia. Yuta bahkan lupa kapan terakhir kali ia melihat Renjun sebahagia itu menatapnya.

Setiap hari kini merindukan Renjun menjadi rutinitasnya. Tanpa sadar kristal bening terjatuh dari sepasang jenggala kelamnya. Ia usap foto sang Putra, lantas memeluknya erat.

"Maaf ... Renjun, maafkan baba nak"

Yuta menangis, memeluk foto Putra tersayangnya. Segala penyesalan kini ia rasakan. Inginnya untuk bisa memutar waktu, jika saja dulu ia bisa bersikap lebih baik, mungkin ia takkan kehilangan sosok Renjun dalam hidupnya.

Pintu kamar yang temaram itu perlahan terbuka, tanpa menimbulkan suara. Tak disadari oleh seseorang di dalam sana yang masih tersedu dalam tangisnya. "Baba ..."

Mendengar suara lembut sosok yang begitu Yuta rindukan, perlahan tubuhnya berbalik. Begitu terkejutnya ia kala melihat Renjun berdiri diambang pintu. Apakah ini nyata, ataukah hanya delusinya semata.

"... Renjun?"

Langkah yang lebih muda perlahan mendekat pada Ayahnya. Ternyata benar ucapan Jungwoo bahwa Ayahnya kini berada di kamarnya.

Yuta meletakkan foto Putranya dengan tangan bergetar pada meja belajar di belakang tubuhnya. Beralih menggerakkan tungkai untuk mendekat pada sang buah hati. Rasa rindunya semakin besar bahkan setelah melihat Renjun-nya berada di sana.

"Renjun-ah ... Putra baba"

Tubuh kecil itu direngkuh masuk kedalam pelukan. Tangis sang Ayah semakin pecah setelah sekian lama tak memeluk Putra kandungnya.

"Maafkan baba Renjun, tolong maafkan babamu ini" ujar Yuta dalam tangisnya dengan pelukan yang semakin erat. Perlahan tangan Renjun terangkat membalas pelukan sang Ayah. Hatinya tak bisa bohong bahwa ia sangat menyayangi Yuta, walau dengan semua hal yang pernah Yuta lakukan padanya.

"Ampuni baba ..."

Renjun menggeleng dalam dekap Yuta. Air matanya telah jatuh sedari tadi. Ia tak bisa mendengar Yuta terus memohon padanya. "Tidak baba ... Tolong maafkan aku juga" ujarnya dengan suara yang tercekat akibat tangisnya.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang