Bagian 29

3.2K 408 49
                                    


















“Istirahatlah, aku yang akan menyiapkan segalanya” kening dikecup lembut setelah diantar untuk duduk dengan nyaman di sofa yang lembut.

“Jeno benar Renjun–ah ... Jangan terlalu banyak beraktivitas. Menakutkan melihat mu ke sana ke sini dengan perut besar itu” tukas Haechan pada sang kawan.

“Duduklah dengan nyaman, dan makan camilan ini” Chenle menyimpan camilan yang ia bawa di hadapan Renjun.

“Bayi kecil, saat kau lahir nanti, aku berharap kau akan sekeren paman” tukas Felix sembari mengusap perut besar Renjun. “Bagaimana bisa seperti itu, lebih baik seperti aku. Kau akan menjadi anak yang pintar sepertiku” timpal Han Jisung. Semua orang dibuat tertawa karena perdebatan itu.

Ramai. Hari-hari berat sebelumnya sudah berlalu. Segala hal menyedihkan telah dilalui. Bersama dengan orang-orang tersayang, dalam kehangatan, tak ada yang lebih indah dari itu. Kebersamaan yang dahulu begitu didambakan, kini terasa. Tidak ada lagi air mata yang jatuh karena kesendirian.

Waktu demi waktu dilalui, cerita panjang yang membentuk masa kini, tentu tidak bisa dilupakan begitu saja. Karena kenangan itu, tercipta kebahagiaan yang kini dirasakan. Baik dengan cerita menyakitkan, atau kesenangan yang terselip di sana. Semua momentum sangatlah berarti.

Jika dahulu hanya berpikir kapan semua bisa berakhir, kini hal itu berubah menjadi, bisakah kita hidup lebih lama lagi. Meski semua insan di bumi tahu, tidak akan ada yang bisa menahan jika memang kehidupan harus usai. Setidaknya asa tetap terpanjat, seumpama ada kesempatan untuk diberikan waktu lebih lama.

Semua kebahagiaan yang kini terasa membuat Renjun takut bila ia hanya diberi waktu sebentar. Pasalnya semua orang tahu bahwa ada hal yang harus dibayar untuk mempertahankan nyawa yang kini hidup dalam perutnya. Jika memang nanti ia tidak diberi kesempatan, setidaknya tolong izinkan untuk mendengar tangis buah hatinya walau sebentar saja.

Perasaan senang membuncah melihat tawa orang-orang di sana. Mereka yang begitu Renjun sayangi, mereka yang begitu Renjun cintai. Semua berkumpul, tidak ada lagi batasan, dan tidak ada lagi yang harus disembunyikan.

“Renjun–ah, eomma bawakan banyak buah. Itu baik untuk kesehatan bayi mu”

“Terima kasih Jungwoo eomma ... Kenapa Karina tidak ikut kemari? Aku belum melihatnya sejak beberapa bulan lalu”

Ya, beberapa bulan lalu saat Renjun dan Jeno datang ke kediaman Yuta, dan memberikan kabar bahwa ia mengandung, semua orang nampak bahagia. Namun setelah hari itu, ia merasa sang adik sedikit menghindarinya.

“Karina sedang mengurus keperluan untuk ke luar negeri” jawab Jungwoo.

“Kenapa tidak ada yang memberitahu ku? Kapan ia akan berangkat?” hal ini benar-benar mengejutkan untuk Renjun, pasalnya ia tidak pernah mendapatkan kabar apapun terkait adiknya itu. “Kepergiannya sangat mendadak, perusahaan tempatnya bekerja, memindahkan tugasnya ke sana” jawab Jungwoo.

Sedari dulu Renjun selalu penasaran bagaimana Jungwoo bisa melahirkan Karina tanpa adanya seorang Alpha yang mendampingi. Bukankah jika seseorang memiliki mate, maka tidak akan pernah bisa dipisahkan.

“Eomma ... Bagaimana kau bisa berpisah dengan mate mu? Ah– maaf ... Jika eomma tidak ingin menjawabnya, tidak apa”

Jungwoo tersenyum mendengar pertanyaan Renjun. Semua orang menanyakan hal yang sama padanya dahulu. Seorang omega yang memiliki anak, tanpa seorang mate di sampingnya.

“Tidak apa ... Eomma akan menjawabnya” ingatan Jungwoo mengawang akan kejadian kelam yang membuat ia bisa memiliki Karina. Jungwoo tidak akan pernah menyesali hal itu, meski ia tidak bisa berbohong bahwa semua sangat menyakitkan. Karina adalah malaikat kecil yang hadir di hidupnya.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang