Bagian 11

4.4K 673 66
                                    

Untuk dapet update jalan cerita, ayo klik bintang, dan bantu komennya ya kawan💙💛

































Ada yang kurang, dan ada yang terasa hilang. Seperti potongan puzzle yang tidak lengkap, menjadikan hari tak menyatu dengan sempurna.

Renjun menjalani kegiatannya seperti biasa. Setelah terakhir kali ia ditemani oleh Jeno beberapa hari lalu untuk pergi ke toko buku, dan mengantarnya pulang, mereka tak saling bertemu lagi. Renjun tak mencari keberadaan dominan itu, walau dalam hati kecilnya ia penasaran kemana perginya si Lelaki Taurus.

Setiap harinya hanya ada satu pesan yang muncul di ponsel Renjun, memberi kabar bahwa hari itu Jeno tidak akan menjemputnya ataupun mengantarnya pulang. Kemudian Renjun akan membalas pesan itu dengan ketus “Aku pun tidak meminta mu melakukannya” meski dalam hati kecil sejujurnya ia menunggu kedatangan lelaki itu.

Hanya satu pesan yang akan Jeno berikan di setiap harinya belakangan ini. Tidak mengatakan penjelasan mengenai kemana Pria itu pergi, atau alasan kenapa ia tidak bisa datang, dan melakukan rutinitasnya. Renjun penasaran, tapi enggan bertanya lebih jauh terkait hal itu.

Renjun tidak ingin membuat Jeno berpikir bahwa dirinya perlahan mulai luluh. Ia masih tetap mempertahankan egonya untuk membuat Jeno benar-benar memperjuangkannya seperti yang dulu ia lakukan.

Hari ini submissive Aries itu, sudah beberapa kali menghela nafasnya. Haechan yang berada tepat di sampingnya, bahkan ikut merasakan lelah mendengar helaan nafas si mungil. “Kau ini kenapa? Dari tadi hanya melihat ponsel mu saja”

Tidak seperti biasanya Jeno belum juga mengirimkan pesan. Renjun pikir mungkin hari ini lelaki itu akan kembali pada rutinitasnya untuk memaksa si manis pulang bersamanya. Namun sedari tadi, Renjun belum melihat batang hidung lelaki 178cm itu. Kelas Renjun bahkan sudah selesai dari beberapa waktu lalu.

“Tidak apa-apa, aku hanya malas pulang ke rumah nenek ku” jawab Renjun bohong atas pertanyaan yang Haechan lontarkan.

“Kalau begitu pulang saja ke rumahku” tanggap Haechan. “Pikirkan dengan baik, jarang sekali aku meminta temanku menginap. Tunggu sebentar aku ingin pesan minuman”

Sejujurnya Renjun ingin sebuah ketenangan. Ruang sendiri untuk dirinya. Jika ia pulang ke rumah Haechan, maka ia hanya akan memperlihatkan kegelisahannya, dan Haechan pasti akan terus bertanya. Renjun tak ingin menjelaskan mengenai isi hatinya lebih lanjut.

Haechan sudah lebih dulu pergi ke stand minuman yang ada di kantin universitas mereka. Karena bosan menunggu, Renjun berinisiatif menyusul, dan juga hendak memesan minuman. Kala langkahnya mendekat pada sahabat barunya itu, ia bisa melihat wajah Haechan yang nampak begitu panik, dengan seseorang lelaki yang tidak bisa Renjun lihat rupanya karena berdiri membelakanginya.

“Apa kau buta?” pertanyaan singkat, dengan sorot dingin nan datar yang keluar menandakan betapa emosinya sosok lelaki yang berada di hadapan Haechan.

“Aku benar-benar tidak sengaja, maaf” jawab Haechan. Renjun tahu bahwa Haechan sangat menyesal, dari logat, dan nada bicaranya yang keluar.

“Haechan ada apa?” Renjun bertanya, kemudian ia bisa melihat minuman cokelat Haechan yang tinggal sedikit, dan berceceran di lantai, juga mengenai kemeja lelaki di hadapannya.

Begitu mendekat, lelaki itu berbalik dan kini Renjun bisa dengan jelas melihat perawakannya. Ia adalah Mark, sepupu yang sering kali terlihat bersama Jeno.

“Aku tidak sengaja menumpahkan minumanku, ini juga karena dia tiba-tiba berbalik saat aku akan mengambil minuman ku” jelas Haechan.

“Pakaian ku kotor, dan kini kau menyalahkan ku?” Mark mendekat, dan mencengkeram pergelangan tangan Haechan yang masih memegang cup berisikan sisa minumannya.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang